Bupati Mas Sumatri Instruksi Kosongkan 6 Desa di KRB III
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri langsung instruksikan warga di 6 desa Kawasan Rawan Bencana (KRB) III agar segera kosongkan wilayahnya, menyusul erupsi Gunung Agung, Selasa (21/11) sore.
Pengungsi Berdatangan ke GOR Suwecapura
AMLAPURA, NusaBali
Warga yang tinggal tersebar di 41 banjar dalam 6 desa ini diminta untuk mengungsi, karena KRB III dalam radius 6-7,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung itu merupakan daerah berbahaya.
Enam (6) desa KRB III yang warganya diinstruksikan segera mengungsi ini masing-masing Desa Ban (Kecamatan Kubu), Desa Dukuh (Kecamatan Kubu), Desa Besakih (Kecamatan Rendang), Desa Bhuana Giri (Kecamatan Bebandem), Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), dan Desa Sebudi (Kecamatan Selat). Mereka diimbau mengungsi ke daerah terdekat di KRB II atau KRB I. Lebih lanjut, mereka harus mengungsi ke tempat yang telah ditentukan sesuai kesepakatan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Karangasem.
"Kan telah dibentuk Pasebaya Karangasem beranggotakan 28 desa yang berada di KRB III, KRB II, dan KRB I. Apalagi, Pasebaya telah menggelar simulasi tata cara melakukan evakuasi pengungsi di beberapa tempat, itu sangat efektif diimplementasikan," ujar Bpati Mas Sumatri di Amlapura, Selasa petang.
Pengungsi dari desa KRB III, lanjut Mas Sumatri, tidak perlu panik dan tergesa-gesa. Sebab, bencana erupsi yang terjadi baru tahap awal, berupa hujan abu, hujan pasir, dan bau belerang. Warga masih sempat berkemas-kemas membawa barang bersama keluarga, menuju daerah yang lebih aman.
Sementara, Ketua Pasebaya Karangasem, I Gede Pawana, menegaskan sesuai keluarnya instruksi Bupati Mas Sumatri, warga di KRB III telah meninggalkan kampungnya masing-masing, tadi malam. Sebenarnya, kata Gede Pawana, sebelum terjadi erupsi Gunung Agung, warga 6 desa KRB III itu telah mengungsi. Hanya segelintir yang tinggal di kampungnya masing-masing. Karenanya, tadi malam tidak terlihat ada gelombang pengungsi meninggalkan kampungnya. "KRB III telah kosong, semuanya penduduk telah mengungsi. Kami sudah berkoordinasi dengan enam desa, termasuk 28 desa anggota Pasebaya," kata Pawana.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Sebudi, Kecamatan Selat, Jro Mangku Tinggal, saat dihubungi NusaBali tadi malam. Menurut Jro Mangku Tinggal, sudah terjadi hujan abu dan hujan pasir halus di Desa Sebudo, yang berjarak hanya 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. “Semua penduduk kami telah mengungsi sejak Gunung Agung berstatus siaga, 18 September 2017,” katanya.
Sementara itu, para pengungsi KRB III yang sempat pulang kampung, kembali berda-tangan Posko Induk Pengungsian di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Selasa malam. Pantauan NusaBali, para pengungsi datang secara berge-lombang sejak pukul 20.00 Wita. Mereka sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil Cary Pick Up, ada pula naik sepeda motor.
Sebagian besar dari mereka merupakan wajah-wajah lama yang selama ini masih berstatus mengungsi di GOR Swecapura. Makanya, begitu datang mereka dengan cepat menyesuaikan di posko pengungsian. Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, semalam sempat terjun menjenguk pengungsi yang baru balik di GOR Suwecapura.
Ni Made Sudiasih, salah satu pengungsi dari Banjar Telung Buana, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, mengaku sempat pulang kampung bersama keluarga untuk sembahyang piodalan di Pura Puseh, Selasa kemarin. “Rencana semula, malam ini (semalam) kami tidur di Desa Sebudi. Tapi, karena muncul asap pekat, kami jadi takut, hingga langsung balik ke posko pengungsian,” ujar Sudiasih kepada NusaBali setibanya di GOR Swecapura tadi malam.
Sementara, Koordinator Umum Pengungsi di GOR Swecapura, I Nengah Darmawan, mengatakan untuk jumlah pengungsi dari KRB III mencapai 519 jiwa. Namun, banyak dari mereka pulang kampung untuk sembahyang. Mereka semula berencana tinggal di kampungnya selama 3-4 hari ke depan. “Namun, karena erupsi Gunung Agung, mereka langsung kembali ke pengungsian,” katanya. *k16,wan
Komentar