Muncul Lubang Besar di Dalam Kawah
Fenomena Pasca Terjadinya Erupsi Freatik Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Erupsi freatik (letusan gas disertai hembusan asap yang mengeluarkan material abu) Gunung Agung, Selasa (21/11) lalu, menimbulkan fenomena alam. Pasca erupsi, muncal lubang besar berdiameter sekitar 60 meter di dalam kawah puncak Gunung Agung.
Lubang berdiameter 60 meter ini terekam, Jumat (24/11) sekitar pukul 11.50 Wita. Perekaman kondisi kawah Gunung Agung ini dilakukan pesawat tanpa awak drone jenis AI 450 oleh tim Aero Terrascan Bandung yang dikoordinasikan Feri Ametia Pratama dari Lapangan Umum Banjar Selat Kelod, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMGB Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, mengatakan lubang besar berdiameter 60 meter di kawah Gunung Agung ini terbentuk setelah terjadi erupsi freatik. Perkembangan selanjutnya, apakah lubang akan semakin membesar dan magma cepat keluar, menruut Devy, tergantung energi magma itu sendiri.
Devy menegaskan, munculnya lubang besar di kawah Gunung Agung ini belum tentu menandakan magma akan cepat keluar, sehingga terjadi letusan hebat. Pasalnya, energi magma belum terlalu kuat untuk menerobos ke atas. “Saat ini, posisi magma masih di kedalaman sekitar 4 kilometer dari dasar kawah Gunung Agung. Sekarang energi magma belum kuat, apalagi tidak terjadi gempa tremor," jelas Devy kepada NusaBali di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kawasan Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat kemarin.
Disinggung apakah dinding lubang bisa keropos, sehingga memudahkan asap putih keluar dari dapur magma, menurut Devy, belum bisa diprediksi. Selama ini, Gunung Agung terlihat tenang, padahal di dalamnya terutama di kedalaman 4 kilometer dari kawah, terus bergolak.
Itu sebabnya, PVMBG selama ini terus menerbangkan drone untuk merekam kondisi terkini kawah Gunung Agung, termasuk mengecek sejauh mana munculnya uap air, gas, fluida, dan sejenisnya. Hanya saja, jata Devy, muncul kendala karena setiapkali menerbangkan drone, sering terhalang kabut tebal, sehingga kondisi kawah Gunung Agung tidak terekam kamera pesawat tanpa awak itu.
Sementara, tenaga ahli PVMBG Kementerian ESDM, Umar Rosadi, mengatakan Tim Drone PVMBG kembali menerbangkan drone untuk memantau kondisi terbaru kawah Gunung Agung, sejak Kamis lalu. “Kami melakukan penerbangan drone untuk memperbarui data visual kondisi kawah Gunung Agung dan sekaligus mendeteksi kadar gas yang dikeluarkan Gunung Agung,” ungkap Umar Rosadi dilansir Antara secara terpisah, Jumat kemarin.
Umar mengatakan, penerbangan drone tersebut menggunakan pesawat berjenis Ai450 yang juga dilengkapi dengan sensor untuk mengukur kadar gas yang dikeluarkan Gunung Agung. Drone tersebut memiliki ukuran lebih besar dari pesawat jenis Ai300 yang biasa digunakan. Pada drone Ai450 ini terpasang sensor multigas yang dapat mendeteksi kadar Sulfur Dioksida (SO2) dan kadar Hidrogen Sulfida (H2S) yang dikeluarkan Gunung Agung setelah peningkatan aktivitas vulkanik.
"Penerbangan kali ini kami fokuskan untuk mendeteksi kadar Sulfur Dioksida dan Hidrogen Sulfida setelah letusan freatik Gunung Agung, Selasa lalu," papar Umar. Dalam penerbangan tersebut, tim drone sempat mengalami kendala yaitu hujan yang turun di sekitar kawasan Gunung Agung. Mereka pun harus menunggu hingga hujan reda, sebelum dapat melakukan pemantauan menggunakan drone.
Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali membangun 35 shelter (hunian sementara) bagi warga pengungsi Gunung Agung di Kantor UPTD Pertanian Rendang, Karangasem. "Pembangunan hunian sementara ini sebagai respons kami atas permintaan masyarakat yang mengharapkan tempat pengungsian lebih layak," ujar Koordinator Shelter PMI Provinsi Bali, I Wayan Winata, di Amlapura, Jumat kemarin.
Menurut Winata, hunian sementara tersebut dibangun di atas lahan percobaan yang ,ilik UPTD Pertanian Rendang. Tenda shelter yang dibangun puluhan relawan PMI bersama warga tersebut memiliki kerangka dari bambu dan sekat yang dapat digunakan sebagai dapur pengungsi di dalam tenda. *k16
Lubang berdiameter 60 meter ini terekam, Jumat (24/11) sekitar pukul 11.50 Wita. Perekaman kondisi kawah Gunung Agung ini dilakukan pesawat tanpa awak drone jenis AI 450 oleh tim Aero Terrascan Bandung yang dikoordinasikan Feri Ametia Pratama dari Lapangan Umum Banjar Selat Kelod, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMGB Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, mengatakan lubang besar berdiameter 60 meter di kawah Gunung Agung ini terbentuk setelah terjadi erupsi freatik. Perkembangan selanjutnya, apakah lubang akan semakin membesar dan magma cepat keluar, menruut Devy, tergantung energi magma itu sendiri.
Devy menegaskan, munculnya lubang besar di kawah Gunung Agung ini belum tentu menandakan magma akan cepat keluar, sehingga terjadi letusan hebat. Pasalnya, energi magma belum terlalu kuat untuk menerobos ke atas. “Saat ini, posisi magma masih di kedalaman sekitar 4 kilometer dari dasar kawah Gunung Agung. Sekarang energi magma belum kuat, apalagi tidak terjadi gempa tremor," jelas Devy kepada NusaBali di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kawasan Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat kemarin.
Disinggung apakah dinding lubang bisa keropos, sehingga memudahkan asap putih keluar dari dapur magma, menurut Devy, belum bisa diprediksi. Selama ini, Gunung Agung terlihat tenang, padahal di dalamnya terutama di kedalaman 4 kilometer dari kawah, terus bergolak.
Itu sebabnya, PVMBG selama ini terus menerbangkan drone untuk merekam kondisi terkini kawah Gunung Agung, termasuk mengecek sejauh mana munculnya uap air, gas, fluida, dan sejenisnya. Hanya saja, jata Devy, muncul kendala karena setiapkali menerbangkan drone, sering terhalang kabut tebal, sehingga kondisi kawah Gunung Agung tidak terekam kamera pesawat tanpa awak itu.
Sementara, tenaga ahli PVMBG Kementerian ESDM, Umar Rosadi, mengatakan Tim Drone PVMBG kembali menerbangkan drone untuk memantau kondisi terbaru kawah Gunung Agung, sejak Kamis lalu. “Kami melakukan penerbangan drone untuk memperbarui data visual kondisi kawah Gunung Agung dan sekaligus mendeteksi kadar gas yang dikeluarkan Gunung Agung,” ungkap Umar Rosadi dilansir Antara secara terpisah, Jumat kemarin.
Umar mengatakan, penerbangan drone tersebut menggunakan pesawat berjenis Ai450 yang juga dilengkapi dengan sensor untuk mengukur kadar gas yang dikeluarkan Gunung Agung. Drone tersebut memiliki ukuran lebih besar dari pesawat jenis Ai300 yang biasa digunakan. Pada drone Ai450 ini terpasang sensor multigas yang dapat mendeteksi kadar Sulfur Dioksida (SO2) dan kadar Hidrogen Sulfida (H2S) yang dikeluarkan Gunung Agung setelah peningkatan aktivitas vulkanik.
"Penerbangan kali ini kami fokuskan untuk mendeteksi kadar Sulfur Dioksida dan Hidrogen Sulfida setelah letusan freatik Gunung Agung, Selasa lalu," papar Umar. Dalam penerbangan tersebut, tim drone sempat mengalami kendala yaitu hujan yang turun di sekitar kawasan Gunung Agung. Mereka pun harus menunggu hingga hujan reda, sebelum dapat melakukan pemantauan menggunakan drone.
Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali membangun 35 shelter (hunian sementara) bagi warga pengungsi Gunung Agung di Kantor UPTD Pertanian Rendang, Karangasem. "Pembangunan hunian sementara ini sebagai respons kami atas permintaan masyarakat yang mengharapkan tempat pengungsian lebih layak," ujar Koordinator Shelter PMI Provinsi Bali, I Wayan Winata, di Amlapura, Jumat kemarin.
Menurut Winata, hunian sementara tersebut dibangun di atas lahan percobaan yang ,ilik UPTD Pertanian Rendang. Tenda shelter yang dibangun puluhan relawan PMI bersama warga tersebut memiliki kerangka dari bambu dan sekat yang dapat digunakan sebagai dapur pengungsi di dalam tenda. *k16
Komentar