KONI Bali Awasi Cabor Lebih Ketat
KONI harus menerapkan sistem lebih ketat lagi, terutama dalam penentuan cabor. Apakah dikirim atau tidak, harus melihat hasil prestasi di Kejurnas.
DENPASAR, NusaBali
KONI Bali akan melakukan pengawasan lebih ketat lagi kepada cabang olahraga yang mengikuti Kejurnas. Apapun hasil di Kejurnas akan menjadi bahan evaluasi untuk penentuan pengiriman ke PON Papua 2020. Hal itu terpaksa dilakukan, sebagai dampak pengurangan kuota atlet yang bertanding, sekitar 6.500 atlet.
Ini berarti ada pengurangan 8.500 atlet dibandingkan PON Jabar 2016, sekitar 15.000 atlet. Implikasinya pun berimbas terhadap kuota masing-masing kontingen provinsi. Bila dibagi 34 provinsi, maka tiap kontingen hanya kebagian 230 atlet.
"Mau tidak mau, KONI harus menerapkan sistem lebih ketat lagi, terutama dalam penentuan cabor. Apakah dikirim atau tidak, tentu harus melihat hasil prestasi yang diraih cabor di Kejurnas," kata Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi di Denpasar, Jumat (24/11).
Menurut Suwandi, pihaknya tidak ingin sia-sia di PON Papua 2020. Apalagi saat ini Bali membibik target naik satu tingkat menjadi peringkat lima besar. Rival beratnya tuan rumah Papua yang dinilai lebih diuntungkan dengan status tuan rumah. Pesaing berikutnya muncul dari Kalimantan Timur.
"Kita harus berbuat lebih, makanya kami tekan Pengprov cabor. Target dan hasilnya harus jelas, yakni prestasi berupa medali," tegas Suwandi.
Demikian juga termasuk atlet yang dinyatakan lolos PON belum tentu dikirim, jika nanti percuma tidak memiliki peluang besar meraih medali. Namun, kata Suwandi, semua itu akan diputuskan dalam rapat anggota KONI Bali. Ada keputusan bersama yang harus bersama-sama dipertanggungjawabkan dampak dari penciutan kuota atlet yang berlaga di PON Papua 2020.
Terlepas dari semua itu, KONI Bali siap back up cabor yang kurang maksimal di kejurnas yang dijalani. Misalnya tinju, yang hanya meraih satu perak 2 perunggu.
"Itu contoh kecil saja. Tapi semua cabor, termasuk cabor yang sukses meraih emas di kejurnas tetap diberikan pendampingan lebih intensif lagi," kata Suwandi.
Suwandi pun menegaskan, terpenting cabor peraih emas kejurnas harus tetap meningkatkan prestasinya, sedangkan cabor yang belum meraih emas harus mengetahui kendala yang dihadapi. Cabor harus benar-benar mengerti apa yang harus diidentifikasi di kejurnas. Baik kekuatan lawan atau perkembangan kualitas para juara Porprov saat ikut atau turun di kejurnas.
“Kejurnas memang sangat penting. Pasalnya semuanya harus dikoreksi dan dievaluasi, untuk menghasilkan program yang matang manghadapi pra-PON demi mampu lolos di PON Papua 2020," beber Suwandi. Jadi, identifikasi untuk lawan lebih bagus, atletnya bagus dari sisi fisik dan atlet muda, lantas bagaimana cabor Bali menyikapi itu, untuk mampu mengalahkan nantinya. *dek
Ini berarti ada pengurangan 8.500 atlet dibandingkan PON Jabar 2016, sekitar 15.000 atlet. Implikasinya pun berimbas terhadap kuota masing-masing kontingen provinsi. Bila dibagi 34 provinsi, maka tiap kontingen hanya kebagian 230 atlet.
"Mau tidak mau, KONI harus menerapkan sistem lebih ketat lagi, terutama dalam penentuan cabor. Apakah dikirim atau tidak, tentu harus melihat hasil prestasi yang diraih cabor di Kejurnas," kata Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi di Denpasar, Jumat (24/11).
Menurut Suwandi, pihaknya tidak ingin sia-sia di PON Papua 2020. Apalagi saat ini Bali membibik target naik satu tingkat menjadi peringkat lima besar. Rival beratnya tuan rumah Papua yang dinilai lebih diuntungkan dengan status tuan rumah. Pesaing berikutnya muncul dari Kalimantan Timur.
"Kita harus berbuat lebih, makanya kami tekan Pengprov cabor. Target dan hasilnya harus jelas, yakni prestasi berupa medali," tegas Suwandi.
Demikian juga termasuk atlet yang dinyatakan lolos PON belum tentu dikirim, jika nanti percuma tidak memiliki peluang besar meraih medali. Namun, kata Suwandi, semua itu akan diputuskan dalam rapat anggota KONI Bali. Ada keputusan bersama yang harus bersama-sama dipertanggungjawabkan dampak dari penciutan kuota atlet yang berlaga di PON Papua 2020.
Terlepas dari semua itu, KONI Bali siap back up cabor yang kurang maksimal di kejurnas yang dijalani. Misalnya tinju, yang hanya meraih satu perak 2 perunggu.
"Itu contoh kecil saja. Tapi semua cabor, termasuk cabor yang sukses meraih emas di kejurnas tetap diberikan pendampingan lebih intensif lagi," kata Suwandi.
Suwandi pun menegaskan, terpenting cabor peraih emas kejurnas harus tetap meningkatkan prestasinya, sedangkan cabor yang belum meraih emas harus mengetahui kendala yang dihadapi. Cabor harus benar-benar mengerti apa yang harus diidentifikasi di kejurnas. Baik kekuatan lawan atau perkembangan kualitas para juara Porprov saat ikut atau turun di kejurnas.
“Kejurnas memang sangat penting. Pasalnya semuanya harus dikoreksi dan dievaluasi, untuk menghasilkan program yang matang manghadapi pra-PON demi mampu lolos di PON Papua 2020," beber Suwandi. Jadi, identifikasi untuk lawan lebih bagus, atletnya bagus dari sisi fisik dan atlet muda, lantas bagaimana cabor Bali menyikapi itu, untuk mampu mengalahkan nantinya. *dek
Komentar