Pengungsi Mulai Berdatangan ke Bangli
Ratusan pengungsi kembali mendatangi pokso pengungsian di Bangli pasca erupsi Gunung Agung, Minggu (26/11).
BANGLI, NusaBali
Pengungsi menempati posko induk di Kelurahan Kubu, Bangli dan posko di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bangli, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. Hampir sepekan posko pengungsian SKB kosong, kini ratusan warga kembali menempati posko tersebut.
Pengungsi yang datang sebagian besar pengungsi yang sebelumnya mengungsi di wilayah Bangli. Salah seorang pengungsi asal Banjar Cegi, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Ni Wayan Simpen mengaku berangkat dari kampungnya saat subuh. Kondisi gelap dan berdebu membuat Simpen dan keluarga panik. Lantaran terburu-buru, ia tidak membawa apa-apa ke lokasi pengungsian. “Saya tidak bawa apa, kalau isi berkemas takutnya saya ditinggal,” ujarnya.
Sebelumnya, Simpen mengungsi di Desa Tanggahan Peken, Kecamatan Susut. Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan kembali ke rumah di Banjar Cegi, Desa Ban. Sementara I Wayan Ngarti yang juga pengungsi mengaku baru mengungsi ke Bangli, sebelumnya Ia tinggal bersama anaknya yang tinggal di wilayah Badung. Ngarti asal Banjar Perasan, Desa Bonyoh, Kecamatan Kubu ini diajak oleh kerabatnya yang sebelumnya mengungsi di SKB Bangli. “Tadi jam 06.00 Wita kami berangkat dari kampung dan untuk sementara kami mengungsi di sini,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Bangli I Nengah Sukarta menyampaikan, pergerakan pengungsi masih berangsung. Pihaknya masih terus melakukan pendataan jumlah pengungsi yang datang ke posko induk maupun posko di SKB Bangli. Sukarta menilai logistik masih aman. Beras yang tersedia hampir 22 ton hanya perlu lauk pauk. “Telur baru didatangkan, logistik lain sudah kami order di posko Tanah Ampo. Ketersediaan logistik masih aman,” sebutnya. Hari pertama pengungsi yang baru datang mendapatkan nasi bungkus karena belum ada perlengkapan masak.
Koordinator logistik posko pengungsian, I Made Wista menambahkan kendala yang dialami pihaknya saat ini yakni kurangnya perlengkapan memasak. Para pengungsi sedikit yang membawa perlengkapan memasak. Sebelumnya pengungsi mendapat bantuan kompor, namun saat balik ke tempat asal kompor juga ikut dibawa. Hanya saja saat ini warga yang kembali kepengungsian tidak membawa perlengkapan. Ada beberapa warga yang sudah membawa perlengkapan sehingga bisa memasak secara mandiri,” jelasnya. Selain kompor juga terkendala gas elpiji, seperti sebelumnya untuk 700 jiwa yang terbagi beberapa kelompok setiap hari menghabiskan 6 tagung gas elpiji isian 15 kilogram. *e
Pengungsi menempati posko induk di Kelurahan Kubu, Bangli dan posko di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bangli, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. Hampir sepekan posko pengungsian SKB kosong, kini ratusan warga kembali menempati posko tersebut.
Pengungsi yang datang sebagian besar pengungsi yang sebelumnya mengungsi di wilayah Bangli. Salah seorang pengungsi asal Banjar Cegi, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Ni Wayan Simpen mengaku berangkat dari kampungnya saat subuh. Kondisi gelap dan berdebu membuat Simpen dan keluarga panik. Lantaran terburu-buru, ia tidak membawa apa-apa ke lokasi pengungsian. “Saya tidak bawa apa, kalau isi berkemas takutnya saya ditinggal,” ujarnya.
Sebelumnya, Simpen mengungsi di Desa Tanggahan Peken, Kecamatan Susut. Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan kembali ke rumah di Banjar Cegi, Desa Ban. Sementara I Wayan Ngarti yang juga pengungsi mengaku baru mengungsi ke Bangli, sebelumnya Ia tinggal bersama anaknya yang tinggal di wilayah Badung. Ngarti asal Banjar Perasan, Desa Bonyoh, Kecamatan Kubu ini diajak oleh kerabatnya yang sebelumnya mengungsi di SKB Bangli. “Tadi jam 06.00 Wita kami berangkat dari kampung dan untuk sementara kami mengungsi di sini,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Bangli I Nengah Sukarta menyampaikan, pergerakan pengungsi masih berangsung. Pihaknya masih terus melakukan pendataan jumlah pengungsi yang datang ke posko induk maupun posko di SKB Bangli. Sukarta menilai logistik masih aman. Beras yang tersedia hampir 22 ton hanya perlu lauk pauk. “Telur baru didatangkan, logistik lain sudah kami order di posko Tanah Ampo. Ketersediaan logistik masih aman,” sebutnya. Hari pertama pengungsi yang baru datang mendapatkan nasi bungkus karena belum ada perlengkapan masak.
Koordinator logistik posko pengungsian, I Made Wista menambahkan kendala yang dialami pihaknya saat ini yakni kurangnya perlengkapan memasak. Para pengungsi sedikit yang membawa perlengkapan memasak. Sebelumnya pengungsi mendapat bantuan kompor, namun saat balik ke tempat asal kompor juga ikut dibawa. Hanya saja saat ini warga yang kembali kepengungsian tidak membawa perlengkapan. Ada beberapa warga yang sudah membawa perlengkapan sehingga bisa memasak secara mandiri,” jelasnya. Selain kompor juga terkendala gas elpiji, seperti sebelumnya untuk 700 jiwa yang terbagi beberapa kelompok setiap hari menghabiskan 6 tagung gas elpiji isian 15 kilogram. *e
Komentar