Perajin Keris Madura
Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Madura adalah mahakarya keris yang dibuat di desa Aeng Tong Tong di Sumenep.
Di tempat inilah penduduk satu desa membuat keris berkualitas dan hampir keseluruhan penduduk desa Aeng Tong Tong ini menjadi empu pembuat keris. Desa ini masih mempertahankan budaya sejak zaman Kerajaan Sumenep. Dahulu para raja Madura mempercayakan pembuatan keris dan senjata untuk prajurit dari desa ini.
Namun seiring berkembangnya waktu, pembuatan keris yang semula hanya berdasarkan pesanan untuk keris pusaka dan senjata sekarang berkembang pada pembuatan keris hias dan untuk suvenir yang dipasarkan hingga ke penjuru dunia.
Keris dari Aeng Tong Tong sangat diminati kolektor dari negara-negara dari Asia Tenggara. Para kolektor mau terus membeli keris dari daerah ini karena motifnya selalu unik dan menarik.
Bunyi keras denting logam yang ditempa, suara besi yang sedang digerinda, terdengar membahana di setiap sudut desa. Untuk membuat sebilah keris ukuran standar dibutuhkan setengah kilogram hingga satu kilogram besi. Hasil kerajinan dijual dengan harga bervariasi tergantung pamor dan modelnya.
Untuk pembuatan keris pusaka, pembuatannya dilakukan dengan syarat dan ritual khusus. Pembuatannya membutuhkan beberapa tahapan seperti mencari waktu yang tepat sesuai perhitungan dari calon pemilik dan diperlukan waktu satu hingga lima tahun, agar pusaka tersebut selaras dengan pemiliknya. Untuk pembuatan keris untuk suvenir yang hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.
Dengan jumlah perajin keris lebih dari 600 orang menjadikan desa Aeng Tongtong bisa disebut menjadi sentra pembuatan keris terbesar di Indonesia.*ant
Namun seiring berkembangnya waktu, pembuatan keris yang semula hanya berdasarkan pesanan untuk keris pusaka dan senjata sekarang berkembang pada pembuatan keris hias dan untuk suvenir yang dipasarkan hingga ke penjuru dunia.
Keris dari Aeng Tong Tong sangat diminati kolektor dari negara-negara dari Asia Tenggara. Para kolektor mau terus membeli keris dari daerah ini karena motifnya selalu unik dan menarik.
Bunyi keras denting logam yang ditempa, suara besi yang sedang digerinda, terdengar membahana di setiap sudut desa. Untuk membuat sebilah keris ukuran standar dibutuhkan setengah kilogram hingga satu kilogram besi. Hasil kerajinan dijual dengan harga bervariasi tergantung pamor dan modelnya.
Untuk pembuatan keris pusaka, pembuatannya dilakukan dengan syarat dan ritual khusus. Pembuatannya membutuhkan beberapa tahapan seperti mencari waktu yang tepat sesuai perhitungan dari calon pemilik dan diperlukan waktu satu hingga lima tahun, agar pusaka tersebut selaras dengan pemiliknya. Untuk pembuatan keris untuk suvenir yang hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.
Dengan jumlah perajin keris lebih dari 600 orang menjadikan desa Aeng Tongtong bisa disebut menjadi sentra pembuatan keris terbesar di Indonesia.*ant
1
Komentar