Sampah Kiriman Meluas
Siklon angin barat mengirim ‘sampah kiriman’ dan menerjang sejumlah pantai membuat kewalahan.
Pantai Kelan dan Kedonganan Darurat Sampah
MANGUPURA, NusaBali
Sampah kiriman semakin meluas di Kabupaten Badung. Seminggu sebelumnya sampah kiriman menjejali Pantai Kuta, Legian, dan Seminyak, kini meluas ke Pantai Canggu, Petitenget dan Kedonganan.
Bahkan untuk wilayah Kelan dan Kedonganan, Kecamatan Kuta, juga mulai diterjang sampah kiriman akibat siklon angin barat. Tak ayal, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) pun langsung menetapkan darurat sampah di kampung nelayan tesebut.
Jika di Kuta hingga Legian sampah kiriman dominan adalah kayu dan ranting pohon, di Kelan dan Kedonganan dominan sampah plastik. “Melihat sampah kiriman yang mulai menerjang Pantai Kelan dan Kedonganan, maka kami sudah tetapkan darurat sampah,” ungkap Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan, Jumat (1/12) kemarin.
Sebelumnya, pejabat asal Sempidi, Mengwi telah menetapkan darurat sampah untuk wilayah Kuta hingga Legian. Bahkan telah mengerahkan sebanyak 700 petugas kebersihan sebagai langkah penanganan. Sementara untuk di kawasan pesisir di Kuta Utara, seperti Canggu dan Pererenan statusnya masih siaga.
“Dalam menghadapi masalah sampah laut kiriman ini kami menanganinya secara menyeluruh. Karena semua pantai yang ada di Badung punya nilai lebih semuanya. Namun demikian kami tetap mengambil asas prioritas terhadap tempat yang paling darurat dan banyak dikunjungi oleh wisatawan,” tuturnya.
Dalam upaya pembersihan kawasan pesisir yang jadi pusat perkampungan nelayan di Gumi Keris, Dinas LHK sudah menyiagakan sebanyak 130 petugas kebersihan. Alat berat yang ada di Kuta pun terpaksa harus diperbantukan ke lokasi supaya memudahkan petugas dalam pengangkutan.
“Memang tidak bisa seketika kami angkut ke TPA Suwung. Karena katerbatasan armada jadi kami terpaksa kumpulkan dulu. Makanya kami mohon permakluman, karena situasinya memang krodit sementara petugas dan sarana prasarana kami tidak memadai,” kata Merthawan.
Tapi mantan Kabag Humas Setda Badung itu meyakinkan akan berupayan optimal menangani sampah kiriman. Idealnya, lanjut Merthawan, masing-masing zona yakni Kuta Selatan, Kuta dan Kuta Utara, memiliki masing-masing enam unit lowder dan 10 truk pengangkut sampah. Tapi yang ada, Dinas LHK Badung hanya memiliki 3 lowder dan jumlah truk yang jauh dari ideal.
Berdasarkan catatan Dinas LHK Badung, sejak sampah kiriman mulai menerjang kawasan pesisir di Badung, total kurang lebih 477 ton sampah telah dikumpulkan oleh seluruh petugas yang berjumlah 700-an orang. Di pantai se-Kuta Utara ada 76,5 ton, jumlah sampah kiriman pantai wilayah Kuta dan Legian sebanyak 378 ton, sedangkan di kawasan pesisir pantai ujung selatan kurang lebih 22,5 ton. Namun demikian baru sekitar 453 ton saja yang sudah diangkut ke TPA Suwung.
Meski masalah sampah kiriman ini merupakan sampah rutin setiap tahunnya, namun tahun ini LHK lebih antisipasi. Hal itu seiring terjadinya banjir yang terjadi di Pulau Jawa. Dari pengalaman sebelumnya, jika terjadi banjir besar di Jawa dan Jakarata maka tahun berikutnya akan terjadi penumpukan sampah yang besar di Badung.
“Penyebaran sampah itu tergantung angin. Meskipun pengalaman sebelumnya setahun setelah banjir baru ada efeknya di Badung, kami tetap waspada. Apalagi adanya siklon cempaka dan dahlia yeng terjadi belakangan. Bias saja sampah itu langsung migrasi,” tuturnya. *asa, p
MANGUPURA, NusaBali
Sampah kiriman semakin meluas di Kabupaten Badung. Seminggu sebelumnya sampah kiriman menjejali Pantai Kuta, Legian, dan Seminyak, kini meluas ke Pantai Canggu, Petitenget dan Kedonganan.
Bahkan untuk wilayah Kelan dan Kedonganan, Kecamatan Kuta, juga mulai diterjang sampah kiriman akibat siklon angin barat. Tak ayal, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) pun langsung menetapkan darurat sampah di kampung nelayan tesebut.
Jika di Kuta hingga Legian sampah kiriman dominan adalah kayu dan ranting pohon, di Kelan dan Kedonganan dominan sampah plastik. “Melihat sampah kiriman yang mulai menerjang Pantai Kelan dan Kedonganan, maka kami sudah tetapkan darurat sampah,” ungkap Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan, Jumat (1/12) kemarin.
Sebelumnya, pejabat asal Sempidi, Mengwi telah menetapkan darurat sampah untuk wilayah Kuta hingga Legian. Bahkan telah mengerahkan sebanyak 700 petugas kebersihan sebagai langkah penanganan. Sementara untuk di kawasan pesisir di Kuta Utara, seperti Canggu dan Pererenan statusnya masih siaga.
“Dalam menghadapi masalah sampah laut kiriman ini kami menanganinya secara menyeluruh. Karena semua pantai yang ada di Badung punya nilai lebih semuanya. Namun demikian kami tetap mengambil asas prioritas terhadap tempat yang paling darurat dan banyak dikunjungi oleh wisatawan,” tuturnya.
Dalam upaya pembersihan kawasan pesisir yang jadi pusat perkampungan nelayan di Gumi Keris, Dinas LHK sudah menyiagakan sebanyak 130 petugas kebersihan. Alat berat yang ada di Kuta pun terpaksa harus diperbantukan ke lokasi supaya memudahkan petugas dalam pengangkutan.
“Memang tidak bisa seketika kami angkut ke TPA Suwung. Karena katerbatasan armada jadi kami terpaksa kumpulkan dulu. Makanya kami mohon permakluman, karena situasinya memang krodit sementara petugas dan sarana prasarana kami tidak memadai,” kata Merthawan.
Tapi mantan Kabag Humas Setda Badung itu meyakinkan akan berupayan optimal menangani sampah kiriman. Idealnya, lanjut Merthawan, masing-masing zona yakni Kuta Selatan, Kuta dan Kuta Utara, memiliki masing-masing enam unit lowder dan 10 truk pengangkut sampah. Tapi yang ada, Dinas LHK Badung hanya memiliki 3 lowder dan jumlah truk yang jauh dari ideal.
Berdasarkan catatan Dinas LHK Badung, sejak sampah kiriman mulai menerjang kawasan pesisir di Badung, total kurang lebih 477 ton sampah telah dikumpulkan oleh seluruh petugas yang berjumlah 700-an orang. Di pantai se-Kuta Utara ada 76,5 ton, jumlah sampah kiriman pantai wilayah Kuta dan Legian sebanyak 378 ton, sedangkan di kawasan pesisir pantai ujung selatan kurang lebih 22,5 ton. Namun demikian baru sekitar 453 ton saja yang sudah diangkut ke TPA Suwung.
Meski masalah sampah kiriman ini merupakan sampah rutin setiap tahunnya, namun tahun ini LHK lebih antisipasi. Hal itu seiring terjadinya banjir yang terjadi di Pulau Jawa. Dari pengalaman sebelumnya, jika terjadi banjir besar di Jawa dan Jakarata maka tahun berikutnya akan terjadi penumpukan sampah yang besar di Badung.
“Penyebaran sampah itu tergantung angin. Meskipun pengalaman sebelumnya setahun setelah banjir baru ada efeknya di Badung, kami tetap waspada. Apalagi adanya siklon cempaka dan dahlia yeng terjadi belakangan. Bias saja sampah itu langsung migrasi,” tuturnya. *asa, p
1
Komentar