Kapolri Antisipasi Strategi Bahrun Naim
Densus 88 belum konfirmasi soal tewasnya tokoh ISIS itu
JAKARTA, NusaBali
Polri belum bisa memastikan kabar kematian anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia Muhammad Bahrun Naim alias Abu Rayyan alias Abu Aishah. Kepolisian juga tetap waspada dengan kemungkinan strategi Bahrun agar tak lagi dikejar kepolisian.
“Sampai saat ini sudah dicek Densus 88, intelijen, mereka belum mengkonfirmasi. Namun, dari media sosial memang berkembang isu itu bahwa dia meninggal. Kami belum bisa memastikan, kecuali bisa mendapatkan orang tertentu yang tahu dari mata kepalanya sendiri di jaringan itu, baru kita pastikan,” kata Kapolri jenderal Tito Karnavian, di pangkalan udara Pondok Cabe, Tangerang, Selasa (5/12) seperti dilansir cnnindonesia.
Tito menyebut, pihaknya mengetahui bahwa kabar kematian Bahrun itu hanya dari media sosial yang digunakan kelompok teroris. Namun, katanya, Polri harus mencari sumber resmi yang akurat untuk memastikan kematian Bahrun. Sumber tersebut adalah lembaga yang memiliki akses ke Suriah, seperti Interpol, Amerika, Rusia, Inggris dan Arab.
Verifikasi melalui sumber resmi diperlukan untuk menghindari kabar bohong. Sebab bisa jadi kabar kematian itu dihembuskan sebagai bentuk strategi teroris. “Bisa ini dia benar-benar meninggal, bisa tidak. Ini trik dia supaya tidak dikejar,” ungkap Tito. Polri juga melakukan pencarian terhadap penyebar informasi kematian Bahrun di media sosial. Namun, ia enggan menyampaikannya secara rinci demi kepentingan pencarian.
“Saya ngomong begini kan pasti sampai ke mereka juga. Itu (informasi rinci) enggak saya sampaikan dulu sekarang,” imbuhnya. Jika memang kabar itu benar, Tito membenarkan bahwa kematian bahrun berpotensi mengurangi aksi teror di Indonesia.
“Sangat (berpotensi mengurangi teror). Peran dia adalah intermediary (perantara) antara ISIS elite, ISIS central, dengan kelompok pimpinan dan tokoh-tokoh, bahkan kepada operatif, artinya pelaku langsung yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Tito mencontohkannya dengan kasus bom di Jl. MH. Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Bahrun dituding sebagai dalang insiden yang menewaskan delapan orang. Ia diyakini menjadi penyuplai dana untuk para pelaku. Kasus lainnya adalah penangkapan teroris di Balong, Ponorogo, Jawa Timur. Teroris tersebut tergabung dalam grup Telegram bernama "Warkop" yang juga dihuni Bahrun. “Jadi peran dia mirip dengan peran Hambali pada saat jaman Al-Qaeda dengan JI (Jamaah Islamiyah) Indonesia, perantara itu disini (adalah) Bahrun Naim,” imbuhnya.
Sebelumnya, tersebar cuplikan layar (screenshot) melalui aplikasi pesan Whatsapp soal kabar kematian Bahrun. Dalam pesan itu terdapat keterangan (caption) yang disertakan bersama foto Bahrun bahwa pria kelahiran 1983 itu tewas pada Jumat (30/11). “Inalilahi wa inna ilahi raji’un, telah gugur syahid saudara kita mujahid Bahrun Naim di Abu Hamam pada tanggal 30 November,” tulis keterangan dalam cuplikan layar dari grup WhatsApp, Senin (4/12).
Bahrun mulai dikenal luas setelah polisi menyebutnya sebagai dalang aksi teror di Jl. MH. Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Ia bergabung dengan ISIS dan dipercaya mengendalikan jaringan teror di Indonesia. Di dunia teror, Bahrun bukan benar-benar baru. Tahun 2010, ia dipenjara dua tahun atas kepemilikan ratusan butir peluru milik salah seorang anggota Jemaah Islamiyah. *
Polri belum bisa memastikan kabar kematian anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia Muhammad Bahrun Naim alias Abu Rayyan alias Abu Aishah. Kepolisian juga tetap waspada dengan kemungkinan strategi Bahrun agar tak lagi dikejar kepolisian.
“Sampai saat ini sudah dicek Densus 88, intelijen, mereka belum mengkonfirmasi. Namun, dari media sosial memang berkembang isu itu bahwa dia meninggal. Kami belum bisa memastikan, kecuali bisa mendapatkan orang tertentu yang tahu dari mata kepalanya sendiri di jaringan itu, baru kita pastikan,” kata Kapolri jenderal Tito Karnavian, di pangkalan udara Pondok Cabe, Tangerang, Selasa (5/12) seperti dilansir cnnindonesia.
Tito menyebut, pihaknya mengetahui bahwa kabar kematian Bahrun itu hanya dari media sosial yang digunakan kelompok teroris. Namun, katanya, Polri harus mencari sumber resmi yang akurat untuk memastikan kematian Bahrun. Sumber tersebut adalah lembaga yang memiliki akses ke Suriah, seperti Interpol, Amerika, Rusia, Inggris dan Arab.
Verifikasi melalui sumber resmi diperlukan untuk menghindari kabar bohong. Sebab bisa jadi kabar kematian itu dihembuskan sebagai bentuk strategi teroris. “Bisa ini dia benar-benar meninggal, bisa tidak. Ini trik dia supaya tidak dikejar,” ungkap Tito. Polri juga melakukan pencarian terhadap penyebar informasi kematian Bahrun di media sosial. Namun, ia enggan menyampaikannya secara rinci demi kepentingan pencarian.
“Saya ngomong begini kan pasti sampai ke mereka juga. Itu (informasi rinci) enggak saya sampaikan dulu sekarang,” imbuhnya. Jika memang kabar itu benar, Tito membenarkan bahwa kematian bahrun berpotensi mengurangi aksi teror di Indonesia.
“Sangat (berpotensi mengurangi teror). Peran dia adalah intermediary (perantara) antara ISIS elite, ISIS central, dengan kelompok pimpinan dan tokoh-tokoh, bahkan kepada operatif, artinya pelaku langsung yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Tito mencontohkannya dengan kasus bom di Jl. MH. Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Bahrun dituding sebagai dalang insiden yang menewaskan delapan orang. Ia diyakini menjadi penyuplai dana untuk para pelaku. Kasus lainnya adalah penangkapan teroris di Balong, Ponorogo, Jawa Timur. Teroris tersebut tergabung dalam grup Telegram bernama "Warkop" yang juga dihuni Bahrun. “Jadi peran dia mirip dengan peran Hambali pada saat jaman Al-Qaeda dengan JI (Jamaah Islamiyah) Indonesia, perantara itu disini (adalah) Bahrun Naim,” imbuhnya.
Sebelumnya, tersebar cuplikan layar (screenshot) melalui aplikasi pesan Whatsapp soal kabar kematian Bahrun. Dalam pesan itu terdapat keterangan (caption) yang disertakan bersama foto Bahrun bahwa pria kelahiran 1983 itu tewas pada Jumat (30/11). “Inalilahi wa inna ilahi raji’un, telah gugur syahid saudara kita mujahid Bahrun Naim di Abu Hamam pada tanggal 30 November,” tulis keterangan dalam cuplikan layar dari grup WhatsApp, Senin (4/12).
Bahrun mulai dikenal luas setelah polisi menyebutnya sebagai dalang aksi teror di Jl. MH. Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Ia bergabung dengan ISIS dan dipercaya mengendalikan jaringan teror di Indonesia. Di dunia teror, Bahrun bukan benar-benar baru. Tahun 2010, ia dipenjara dua tahun atas kepemilikan ratusan butir peluru milik salah seorang anggota Jemaah Islamiyah. *
Komentar