Pengungsi Mandiri Kehabisan Bekal
Warga Karangasem yang mengungsi ke Lingkungan Sidawa, Desa Tamanbali, Kecamatan/Kabupaten Bangli mulai kehabisan bekal.
BANGLI, NusaBali
Mereka pun mengharapkan bantuan logistik. Para pengungsi ini pun dianjurkan tinggal di Posko Kubu, namun mereka menolak dan pilih pulang kampung.
Salah seorang pengungsi, Ni Nyoman Puriasih, 50, asal Dusun Badeg, Desa Sebudi, Karangasem, mengaku sudah mengungsi di Lingkungan Sidawa, Desa Tamanbali sejak dua bulan lalu. Sementara ia tinggal di rumah milik Gede Arman Parwata. “Kami diberi pijam rumah ini untuk ditempati. Sebelumnya beberapa warga ada yang memberikan bantuan dan saat ini kami sudah kehabisan bekal,” ungkapnya, Rabu (6/12). Puriasih menambahkan, hasil penjualan sapi juga sudah habis.
Puriasih mengharapkan bantuan logistik. Bila tidak ada bantuan karena diharuskan mengungsi di posko yang disiapkan pemerintah, Puriasih berencana pulang kampung. “Kalau tidak ada bantuan, lebih baik saya pulang. Di kampung saya bisa cari ubi untuk makanan dari pada di sini kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tegasnya. Puriasih enggan pindah ke posko karena sakit-sakitan dan membutuhkan tempat yang lebih nyaman.
Terpisah, Perbekel Desa Tamanbali, I Dewa Gede Ngurah Oka mengatakan, jumlah pengungsi mandiri di wilayahnya sebanyak 22 orang. Warga pengungsi ada yang menumpang di rumah kerabat, ada pula yang menyewa rumah. Terkait bantuan, pihaknya sudah menyarankan warga pengungsi tinggal di Posko Kubu yang disiapkan pemerintah. “Kami sudah arahkan, fasilitas maupun kebutuhan di posko sudah disiapkan, sehingga warga tidak kesulitan terutama dalam kebutahan makan, kesehatan maupun pendidikan,” jelasnya. Jika terjadi hal-hal terburuk seperti pengungsi sakit akan cepat mendapat penanganan.
Sementara Komandan Pos Komando Penanganan Bencana Gunung Agung, Letkol Cpn Andy Pranoto mengatakan, dari kesepakatan pengungsi mandiri tidak menerima bantuan. Untuk itu Letkol Andy Pronoto mengarahkan pengungsi mandiri menempati posko yang telah disiapkan pemerintah. Selain mempermudah penyaluran bantuan, juga mempermudah pelayanan maupun pengawasan. Terkait pengungsi di Desa Tamanbali mengaku kehabisan bekal, Letkol Andy Pranoto memerintahkan anggotanya mengecek ke lokasi pengungsian mandiri. “Bila memang alasan karena sakit-sakitan, mestinya bisa dibicarakan lagi, apa yang diperlukan sehingga kami bisa menyiapkan. Banyak warga pengungsi usia lanjut di posko pengungsian dan itu tidak ada masalah,” bebernya.
Diakui, dari pengalaman sebelumnya, warga pengungsi secara mandiri dilayani namun malah memancing warga lain untuk meninggalkan posko pengungisan dan memilih mengungsi secara mandiri. “Kami kesulitan melakukan pengawasan bila banyak pengungsi mandiri. Jangan sampai warga yang berada di zona merah kembali ke kampung yang bisa membahayakan diri mereka,” imbuhnya. Dikatakan, jumlah pengungsi di Bangli per Rabu (6/12) pagi sebanyak 930 jiwa tersebar di posko pengungsian Kubu dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. *e
Mereka pun mengharapkan bantuan logistik. Para pengungsi ini pun dianjurkan tinggal di Posko Kubu, namun mereka menolak dan pilih pulang kampung.
Salah seorang pengungsi, Ni Nyoman Puriasih, 50, asal Dusun Badeg, Desa Sebudi, Karangasem, mengaku sudah mengungsi di Lingkungan Sidawa, Desa Tamanbali sejak dua bulan lalu. Sementara ia tinggal di rumah milik Gede Arman Parwata. “Kami diberi pijam rumah ini untuk ditempati. Sebelumnya beberapa warga ada yang memberikan bantuan dan saat ini kami sudah kehabisan bekal,” ungkapnya, Rabu (6/12). Puriasih menambahkan, hasil penjualan sapi juga sudah habis.
Puriasih mengharapkan bantuan logistik. Bila tidak ada bantuan karena diharuskan mengungsi di posko yang disiapkan pemerintah, Puriasih berencana pulang kampung. “Kalau tidak ada bantuan, lebih baik saya pulang. Di kampung saya bisa cari ubi untuk makanan dari pada di sini kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tegasnya. Puriasih enggan pindah ke posko karena sakit-sakitan dan membutuhkan tempat yang lebih nyaman.
Terpisah, Perbekel Desa Tamanbali, I Dewa Gede Ngurah Oka mengatakan, jumlah pengungsi mandiri di wilayahnya sebanyak 22 orang. Warga pengungsi ada yang menumpang di rumah kerabat, ada pula yang menyewa rumah. Terkait bantuan, pihaknya sudah menyarankan warga pengungsi tinggal di Posko Kubu yang disiapkan pemerintah. “Kami sudah arahkan, fasilitas maupun kebutuhan di posko sudah disiapkan, sehingga warga tidak kesulitan terutama dalam kebutahan makan, kesehatan maupun pendidikan,” jelasnya. Jika terjadi hal-hal terburuk seperti pengungsi sakit akan cepat mendapat penanganan.
Sementara Komandan Pos Komando Penanganan Bencana Gunung Agung, Letkol Cpn Andy Pranoto mengatakan, dari kesepakatan pengungsi mandiri tidak menerima bantuan. Untuk itu Letkol Andy Pronoto mengarahkan pengungsi mandiri menempati posko yang telah disiapkan pemerintah. Selain mempermudah penyaluran bantuan, juga mempermudah pelayanan maupun pengawasan. Terkait pengungsi di Desa Tamanbali mengaku kehabisan bekal, Letkol Andy Pranoto memerintahkan anggotanya mengecek ke lokasi pengungsian mandiri. “Bila memang alasan karena sakit-sakitan, mestinya bisa dibicarakan lagi, apa yang diperlukan sehingga kami bisa menyiapkan. Banyak warga pengungsi usia lanjut di posko pengungsian dan itu tidak ada masalah,” bebernya.
Diakui, dari pengalaman sebelumnya, warga pengungsi secara mandiri dilayani namun malah memancing warga lain untuk meninggalkan posko pengungisan dan memilih mengungsi secara mandiri. “Kami kesulitan melakukan pengawasan bila banyak pengungsi mandiri. Jangan sampai warga yang berada di zona merah kembali ke kampung yang bisa membahayakan diri mereka,” imbuhnya. Dikatakan, jumlah pengungsi di Bangli per Rabu (6/12) pagi sebanyak 930 jiwa tersebar di posko pengungsian Kubu dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. *e
Komentar