Belasan Pedagang Ubung Gulung Tikar
Pasca dipindahkannya terminal bus Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) ke Terminal Mengwi, Badung, belasan pemilik toko di kawasan Terminal Ubung, Denpasar, gulung tikar alias bangkrut.
Pasca Pemindahan Terminal Bus AKAP ke Mengwi
DENPASAR, NusaBali
Para pedagang memilih menutup tokonya karena hasil yang didapatkan sangat minim. Namun ada juga pedagang yang mencoba bertahan karena tersangkut cicilan yang mereka harus bayar.
Salah satu pedagang yang berada di Blok Utara Terminal Ubung, Made Sutiasih, 30, saat ditemui ditokonya, Kamis (7/12), mengatakan, ia yang sudah berjualan selama 27 tahun di terminal ini sangat merasakan dampak dari dilarang bus AKAP menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal Ubung.
Sutiasih yang menjual aneka makanan dan cemilan ini mengatakan, kendati masih ada penumpang yang diturunkan di Terminal Ubung yang diangkut bus AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi), mereka jarang berbelanja seperti penumpang yang datang dari luar Bali.
Sutiasih mengaku memilih bertahan karena tersangkut cicilan di koperasi yang harus ia lunasi. "Penurunannya drastis sekali, saya bertahan karena saya harus bayar cicilan dan sudah punya langganan sopir bus AKDP. Kalau nggak begitu saya pasti tutup juga ini, karena perhari jualannya cuma Rp 200 ribu-Rp 300 ribu. Berbeda dengan dulu bisa sampai Rp 2 juta jualannya," keluh Sutiasih.
Dikatakannya, kini penjualannya sangat minim ditambah orang Bali yang minat berbelanjanya sangat sedikit. Berbeda dengan penumpang yang dari luar Bali, sekali berbelanja kata Sutiasih, sampai Rp 60 ribu perorangnya. "Sekarang satu persatu memilih tutup. Bayangkan berapa penghasilannya, kemarin sempat ngobrol dengan pedagang yang lain mereka hanya dapat Rp 25 ribu dari jam 9 pagi sampai 3 sore. Gimana mereka mau bertahan. Ada yang pindah ke (Terminal) Mengwi dua pedagang. Yang lainnya pilih tutup. Tak kuat," ujar Sutiasih.
Sutiasih pun berharap, Pemerintah Kota Denpasar memberikan solusi bagi pedagang yang saat ini kebingungan untuk mencari penghidupan mereka. "Semoga pemerintah bisa memberikan solusi bagi kami. Kami sudah bingung dengan penjualan ini sedangkan utang kami banyak masih kami harus bayar, belum lagi biaya anak sekolah dan kuliah," ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Angkutan Dishub Kota Denpasar, Hari Edi mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih fokus untuk mendukung pelayanan ke Terminal Mengwi. “Kalau untuk pedagang sebenarnya masih bisa mendapatkan pendapatan dari bus AKDP yang masih beroperasi. Bahkan saat ini juga sudah ada bus Trans Sarbagita yang sudah mulai beroperasi di Terminal Ubung,” ujarnya.
Sehingga untuk kedepannya, kata dia, pihaknya masih tetap pada rencana Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra yang akan memanfaatkan Terminal Ubung sebagai stop over untuk angkutan pariwisata maupun angkutan umum lainnya. "Kami masih fokus dengan pelayanan ke Terminal Mengwi. Namun sesuai dengan statement walikota bahwa Terminal Ubung akan digunakan stop over, jadi pedagang juga masih bisa mendapatkan penghasilan dari sana," jelasnya. *m
DENPASAR, NusaBali
Para pedagang memilih menutup tokonya karena hasil yang didapatkan sangat minim. Namun ada juga pedagang yang mencoba bertahan karena tersangkut cicilan yang mereka harus bayar.
Salah satu pedagang yang berada di Blok Utara Terminal Ubung, Made Sutiasih, 30, saat ditemui ditokonya, Kamis (7/12), mengatakan, ia yang sudah berjualan selama 27 tahun di terminal ini sangat merasakan dampak dari dilarang bus AKAP menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal Ubung.
Sutiasih yang menjual aneka makanan dan cemilan ini mengatakan, kendati masih ada penumpang yang diturunkan di Terminal Ubung yang diangkut bus AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi), mereka jarang berbelanja seperti penumpang yang datang dari luar Bali.
Sutiasih mengaku memilih bertahan karena tersangkut cicilan di koperasi yang harus ia lunasi. "Penurunannya drastis sekali, saya bertahan karena saya harus bayar cicilan dan sudah punya langganan sopir bus AKDP. Kalau nggak begitu saya pasti tutup juga ini, karena perhari jualannya cuma Rp 200 ribu-Rp 300 ribu. Berbeda dengan dulu bisa sampai Rp 2 juta jualannya," keluh Sutiasih.
Dikatakannya, kini penjualannya sangat minim ditambah orang Bali yang minat berbelanjanya sangat sedikit. Berbeda dengan penumpang yang dari luar Bali, sekali berbelanja kata Sutiasih, sampai Rp 60 ribu perorangnya. "Sekarang satu persatu memilih tutup. Bayangkan berapa penghasilannya, kemarin sempat ngobrol dengan pedagang yang lain mereka hanya dapat Rp 25 ribu dari jam 9 pagi sampai 3 sore. Gimana mereka mau bertahan. Ada yang pindah ke (Terminal) Mengwi dua pedagang. Yang lainnya pilih tutup. Tak kuat," ujar Sutiasih.
Sutiasih pun berharap, Pemerintah Kota Denpasar memberikan solusi bagi pedagang yang saat ini kebingungan untuk mencari penghidupan mereka. "Semoga pemerintah bisa memberikan solusi bagi kami. Kami sudah bingung dengan penjualan ini sedangkan utang kami banyak masih kami harus bayar, belum lagi biaya anak sekolah dan kuliah," ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Angkutan Dishub Kota Denpasar, Hari Edi mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih fokus untuk mendukung pelayanan ke Terminal Mengwi. “Kalau untuk pedagang sebenarnya masih bisa mendapatkan pendapatan dari bus AKDP yang masih beroperasi. Bahkan saat ini juga sudah ada bus Trans Sarbagita yang sudah mulai beroperasi di Terminal Ubung,” ujarnya.
Sehingga untuk kedepannya, kata dia, pihaknya masih tetap pada rencana Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra yang akan memanfaatkan Terminal Ubung sebagai stop over untuk angkutan pariwisata maupun angkutan umum lainnya. "Kami masih fokus dengan pelayanan ke Terminal Mengwi. Namun sesuai dengan statement walikota bahwa Terminal Ubung akan digunakan stop over, jadi pedagang juga masih bisa mendapatkan penghasilan dari sana," jelasnya. *m
Komentar