Gunung Agung Kembali Erupsi
Gunung Agung di Karangasem kembali mengalami erupsi, Jumat (8/12) pagi, ditandai munculnya asap kelabu yang mengepul setinggi 2.100 meter dati atas kawah.
Semburkan Hujan Abu ke Wilayah Desa Dukuh
AMLAPURA, NusaBali
Erupsi kali ini semburkan hujan abu vulkanik ke wilayah Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat semburan asap berwarna kelabu tebal dalam erupsi kali ini bertekanan sedang. "Asap menyembur dengan ketinggian sekitar 2.100 meter di atas kawah puncak Gunung Agng yang condong mengarah ke barat," ungkap Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Jumat kemarin.
Menurut Devy Kamil, letusan Gunung Agung kemarin terjadi sekitar pukul 07.59 Wita. Erupsi dengan asap tekanan sedang tersebut merupakan erupsi lanjutan setelah letusan 21 November 2017 dan 26 November 2017. Letusan ini menandakan bahwa aktivitas vulkanik di dalam Gunung Agung masih tinggi, meski sempat jeda dari erupsi sejak beberapa hari belakangan.
PVMBG mencatat aktivitas kegempaan enam kali dengan frekuensi yang rendah beramplitudo 11-25 milimeter, 3 kali tektonik jauh, dan 8 kali embusan beramplitudo 4-24 milimeter. Kegempaan terus menerus ini terjadi pengamatan mulai tengah malam pukul 00.00 Wita hingga pagi 06.00 Wita, kemudian pagi pukul 06.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita.
Erupsi kemarin menyemburkan hujan abu mengarah ke Desa Dukuh. Terunglap, hampir di seluruh wilayah Desa Dukuh kena hujan abu, dominan di bagian barat. Tapi, kebanyakan abu jatuh di sekitar lereng Gunung Agung. “Jika turun hujan, berpotensi terjadi banjir lahar hujan, di mana abu hanyut menyusuri sungai-sungai yang berhulu di Gunung Agung,” jelas Devy Kamil.
Devy Kamil mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dekat Gunung Agung, tapi di luar radius 8 kilometer dan perluasan sektoral 10 kilometer, agar melakukan kesiapsiagaan, menggunakan masker.
Sebelumnya, PVMBG merekam berkurangnya gas Sulfur Dioksida (SO2) di Gunung Agung. Menurut Devy, hal itu menandakan dua kemungkinan. Pertama, laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik semakin berkurang, hingga pada akhirnya habis dan menuju keseimbangan.
Kemungkinan, kedua terjadi penyumbatan pada pipa magma, sehingga fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang oleh lava di permukaan yang mendingin dan mengeras. Bila kemungkinan pertama yang terjadi, maka potensi erupsi akan berkurang karena magma kehilangan mobilitasnya. Namun, jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka potensi erupsi akan meningkat karena akumulasi tekanan magma bertambah.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Dukuh, Kecamatan Kubu, I Gede Sumiarsa, mengakui terjadi hujan abu di desanya, Jumat kemarin, dengan intensitas cukup tebal. Hanya saja, hujan abu yang terjadi tidak merata, cenderung lebih dominan di bagian barat.
Sumiarsa merasakan terjadinya hujan abu sejak pukul 07.59 Wita hingga pukul 08.30 Wita. Meski demikian hujan abu tidak terlalu mengkhawatirkan, mengingat di Desa Dukuh yang mewilayahi 5 banjar dalam keadaan kosong, karena penduduknya sudah mengungsi. “Warga Desa Dukuh kebanyakan mengungsi ke Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng,” ujar Perbekel Sumiarsa saat dihubungi NusaBali, Jumat kemarin. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Erupsi kali ini semburkan hujan abu vulkanik ke wilayah Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat semburan asap berwarna kelabu tebal dalam erupsi kali ini bertekanan sedang. "Asap menyembur dengan ketinggian sekitar 2.100 meter di atas kawah puncak Gunung Agng yang condong mengarah ke barat," ungkap Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Jumat kemarin.
Menurut Devy Kamil, letusan Gunung Agung kemarin terjadi sekitar pukul 07.59 Wita. Erupsi dengan asap tekanan sedang tersebut merupakan erupsi lanjutan setelah letusan 21 November 2017 dan 26 November 2017. Letusan ini menandakan bahwa aktivitas vulkanik di dalam Gunung Agung masih tinggi, meski sempat jeda dari erupsi sejak beberapa hari belakangan.
PVMBG mencatat aktivitas kegempaan enam kali dengan frekuensi yang rendah beramplitudo 11-25 milimeter, 3 kali tektonik jauh, dan 8 kali embusan beramplitudo 4-24 milimeter. Kegempaan terus menerus ini terjadi pengamatan mulai tengah malam pukul 00.00 Wita hingga pagi 06.00 Wita, kemudian pagi pukul 06.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita.
Erupsi kemarin menyemburkan hujan abu mengarah ke Desa Dukuh. Terunglap, hampir di seluruh wilayah Desa Dukuh kena hujan abu, dominan di bagian barat. Tapi, kebanyakan abu jatuh di sekitar lereng Gunung Agung. “Jika turun hujan, berpotensi terjadi banjir lahar hujan, di mana abu hanyut menyusuri sungai-sungai yang berhulu di Gunung Agung,” jelas Devy Kamil.
Devy Kamil mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dekat Gunung Agung, tapi di luar radius 8 kilometer dan perluasan sektoral 10 kilometer, agar melakukan kesiapsiagaan, menggunakan masker.
Sebelumnya, PVMBG merekam berkurangnya gas Sulfur Dioksida (SO2) di Gunung Agung. Menurut Devy, hal itu menandakan dua kemungkinan. Pertama, laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik semakin berkurang, hingga pada akhirnya habis dan menuju keseimbangan.
Kemungkinan, kedua terjadi penyumbatan pada pipa magma, sehingga fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang oleh lava di permukaan yang mendingin dan mengeras. Bila kemungkinan pertama yang terjadi, maka potensi erupsi akan berkurang karena magma kehilangan mobilitasnya. Namun, jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka potensi erupsi akan meningkat karena akumulasi tekanan magma bertambah.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Dukuh, Kecamatan Kubu, I Gede Sumiarsa, mengakui terjadi hujan abu di desanya, Jumat kemarin, dengan intensitas cukup tebal. Hanya saja, hujan abu yang terjadi tidak merata, cenderung lebih dominan di bagian barat.
Sumiarsa merasakan terjadinya hujan abu sejak pukul 07.59 Wita hingga pukul 08.30 Wita. Meski demikian hujan abu tidak terlalu mengkhawatirkan, mengingat di Desa Dukuh yang mewilayahi 5 banjar dalam keadaan kosong, karena penduduknya sudah mengungsi. “Warga Desa Dukuh kebanyakan mengungsi ke Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng,” ujar Perbekel Sumiarsa saat dihubungi NusaBali, Jumat kemarin. *k16
Komentar