Pengungsi di Desa Tembok Terima Masker, Bak Penampung Air Ditutup
‘Hujan’ lapili (butiran abu) terjadi di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Sabtu (9/12) sekitar pukul 08.30 Wita. Di Desa Tembok, Tejakula, Buleleng, pengendara motor dari arah barat merasakan paparan abu vullanik menempel di pakaian yang dikenakan.
Lapili Gunung Agung Terjang Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem
AMLAPURA, NusaBali
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mendeteksi Gunung Agung mengeluarkan butiran abu berbentuk bulat (lapili) sebesar biji yang menerjang Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Sabtu kemarin. Pengamatan selama 18 jam terakhir, Sabtu (9/12) pukul 00.00 – 18.00 Wita, Gunung Agung meletus delapan kali, ditandai mengepulkan asap tebal putih dan abu. Letusan itu menimbulkan hujan abu bergerak ke barat laut, menimpa Desa Ban, Desa Tianyar, dan Desa Kubu, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Tetapi hujan abu tidak berlangsung lama, dengan intensitas tipis. Letusan juga disertai 18 kali hembusan selama pukul 00.00 – 12.00 Wita. Bahkan di Desa Ban terjadi hujan lapili, bentuknya bulat mirip pelor dengan material abu, sekitar pukul 08.30 Wita.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM I Gede Santika, mengungkapkan selama enam jam pertama, pukul 00.00 – 06.00 Wita, terjadi enam kali letusan dengan amplitudo 25 mm, durasi 130-160 detik, ditandai hembusan 3 kali amplitudo 4-25 mm, durasi 65-135 detik. Sedangkan asap yang keluar bergerak ke barat laut, juga disertai munculnya sinar api di ketinggian 1.000-2.000 meter. Munculnya sinar api yang menyebabkan asap menjulang setinggi 1.000-2.000 meter berwarna merah pertanda terjadi erupsi dengan keluarnya lava pijar di lantai kawah. Hanya saja erupsinya efusif (bergerak lambat).
Menyusul letusan 2 kali di periode pukul 06.00-12.00 Wita, dengan amplitudo 25 mm, durasi 105-130 detik, dengan asap putih campur abu setinggi 2.000 meter, intensitas tebal, bertekanan sedang berhembus ke barat laut. Juga terjadi hembusan 15 kali selama 70-130 detik, total 18 kali hembusan.
Berbicara hujan lapili yang terjadi di Desa Ban, menurut I Gede Suantika itu terjadi radius 3 kilometer dari kawah Gunung Agung. Lapili berasal dari bahasa Latin lapillus, yang berupa kerikil atau batu kecil, adalah tefrit yaitu material yang jatuh dari udara selama letusan gunung berapi atau pada jatuhnya meteorit, yang memiliki diameter rata-rata 2–64 mm.
Menurut Gede Suantika, lapili ‘terbuat’ dari abu, jika dipencet akan hancur. “Hanya terjadi di Desa Ban, sedangkan dua desa lagi di Desa Tianyar dan Desa Kubu, hanya hujan abu intensitas rendah,” ujarnya saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu kemarin.
Walau terjadi 8 kali letusan disertai 18 kali hembusan, pantauan seismik (kegempaan) nyaris tidak ada. Hanya dua kali gempa vulkanik dangkal, low frekuensi 22 kali, tetapi terjadi tremor menerus pukul 06.00-12.00 Wita hingga pukul 12.00-18.00 Wita.
Disinggung kondisi deformasi (perubahan bentuk Gunung Agung) dan kondisi geokimia (hasil pengukuran gas), Gede Suantika menyebutkan, fisik Gunung Agung cenderung mengempes. Sedangkan gas yang keluar kali ini relatif kecil, cenderung menurun dari 200 ton menjadi 100 ton SO2 (sulfur dioksida) atau gas belerang per hari. Sebelumnya rata-rata yang keluar 1.300 ton per hari. Sehingga gas kali ini hanya tercium di sekitar puncak Gunung Agung.
Meski demikian, Gede Suantika tetap merekomendasikan agar menjauhi Gunung Agung radius 8 kilometer dengan perluasan 10 kilometer di utara-timur laut, dan tenggara-selatan barat daya.
Di bagan lain Perbekel Ban, Kecamatan Kubu, I Wayan Potag mengakui sempat terjadi hujan abu yang jatuh berupa butiran-butiran menimpa atap bangunan hingga terdengar berisik. Setelah butiran-butiran itu diambil dan ditekan, hancur jadi abu. “Hujan abu berlangsung singkat sekitar pukul 08.30 Wita, bentuknya butiran. Saat saya ambil butiran itu, tidak terasa panas,” katanya.
Sementara itu, abu vulkanik akibat letusan Gunung Agung mulai ‘berhembus’ hingga ke Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Sabtu siang kemarin. Warga mulai merasakan paparan abu vulkanik sekitar pukul 11.00 Wita. Ketika itu warga merasakan perih di bagian mata. Sejumlah pengendara sepeda motor terutama yang datang dari arah barat, juga merasakan paparan abu vullanik menempel di pakaian yang dikenakan. Demikian halnya dengan sepeda motor yang terparkir di ruang terbuka, abu menempel pada bagian sadel.
Munculnya paparan abu vulkanik itu diperkirakan akibat letusan Gunung Agung yang terjadi Sabtu pagi. Karena arah angin ke barat daya, maka abu vukanik berhembus mengikuti arah angin. Para relawan langsung mengimbau warga dan pengungsi agar mengenakan masker. Terutama bagi anak-anak dan lansia. Syukurnya hujan abu tak berlangsung lama, hanya sekitar satu jam, begitu arah angin berbalik ke arah ke utara.
“Begitu hujan abu, langsung kami imbau warga agar menggunakan masker dan alat pelindung diri lainnya. Bak-bak penampungan air juga sudah kami minta tutup. Di desa kami ini kan banyak ada bak penampungan air hujan. Jadi biar tidak tercemar nanti,” kata Koordinator Relawan Desa Tembok Dewa Willy Asmawan.
Meski hanya terjadi selama satu jam, warga dan pengungsi tetap diimbau waspada. Terlebih prediksi hembusan angin mengarah ke barat laut, atau ke arah Buleleng. Dampaknya abu vulkanik bisa sewaktu-waktu berhembus ke wilayah Buleleng. “Sejauh ini hanya hujan abu itu saja. Pasir atau material lain itu nggak ada,” imbuhnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Made Subur, mengatakan, dari hasil pemantauan BPBD Buleleng hujan abu bukan hanya terjadi di Desa Tembok. Sejumlah warga di Desa Sambirenteng juga melaporkan hal serupa. Hanya saja abu tidak setebal yang ada di Desa Tembok.
Subur memastikan pasokan masker yang ada di Buleleng, cukup bagi warga dan pengungsi. Setidaknya ada 45 ribu lembar masker yang siap didistribusikan pada masyarakat di Tejakula, baik warga setempat maupun pengungsi.
“Nanti kami akan konsentrasikan di Tembok. Kan di sana yang paling banyak pengungsi, warganya banyak, dan jaraknya juga dekat. Segera kami koordinasikan drop masker cadangan ke sana,” tegas Subur. Apabila hujan abu kembali turun, warga diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan. Jika harus keluar ruangan, warga diimbau mengenakan masker, baju lengan panjang, topi, serta kaca mata.
Sementara Dinas Sosial (Dinsos) Buleleng melalui Posko Induk sudah distribusikan masker ke para pengungsi yang ada di Desa Tembok, Sabtu siang. Bantuan masker itu diserahkan oleh Kadis Sosial Buleleng Gede Komang. *k16, k19
Komentar