Jalur Rawan Bencana Jadi Jebakan
Jenis bus dan truk tidak kuat nanjak, hingga harus berhenti di tengah jalan.
Pengalihan Arus Pasca Putus Jembatan Tukad Daya
SINGARAJA, NusaBali
Petugas memberlakukan pengalihan arus lalulintas (lalin) kendaraan dari arah Gilimanuk menuju Denpasar melalui Buleleng, dan sebaliknya. Pengalihan itu, pasca putus jembatan Gilimanuk, Jembrana - Denpasar di Desa Desa Tukad Daya, Jembrana, sejak Sabtu (23/1) malam.
Pengalihan itu mengakibatkan sejumlah ruas jalan antar kabupaten di Buleleng krodit. Paling parah terjadi di ruas jalan Singaraja - Bedugul. Tidak sedikit kendaraan berukuran besar seperti bus dan truk terjabak di jalur rawan Singaraja – Bedugul, Tabanan. Jalur ini dikenal cukup rawan selain memiliki tanjakan dan tikungan tajam juga rawan longsor.
Seluruh kendaraan yang keluar dari kapal ferry di Pelabuhan Gilimanuk, Jembarana, dialihkan menuju Singaraja. Pengalihan ke Singaraja ini ada beberapa jalur yang bisa dilewati, yakni Seririt - Banyuatis - Bedugul dan Singaraja - Karangasem atau Singaraja - Kintamani.
Namun pengalihan arus dihari pertama, Sabtu hingga Minggu (24/1), hampir semua kendaraan umum maupun pribadi melintasi jalur Seririt - Singaraja - Bedugul. Selain para pengemudi tidak tahu jalur alternatif lainnya, rambu petunjuk arah juga belum terpasang. Kondisi itu sempat menimbulkan penumpukan kendaraan bermuatan barang di terminal bongkar muat di Jalan A Yani Barat, Singaraja. Sambil mencari informasi jalur Singaraja - Bedugul, para sopir juga memilih berisitirahat. Setelah mendapat informasi jalur, mereka langsung berangkat. Akibatnya, tidak sedikit kendaraan berukuran besar jenis bus, truk dan trailer dengan roda 10 dan bobot 20 ton terjabak di jalur rawan Singaraja – Bedugul. Kondisi ini terutama saat memasuki wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada. Ketika menikung, kendaraan tersebut harus mengambil haluan cukup banyak.
Selain karena pengemudi tidak mengetahui medan, usia kendaraan juga sangat berpengaruh untuk lolos dari tanjakan dan tikungan tajam di wilayah Gitgit. Jalur itu pun cukup padat merayap. Sejumlah kendaraan seperti bus dan truk sempat tidak kuat nanjak, hingga harus berhenti di tengah jalan. “Biasanya satu jam sudah sampai di puncak (kawasan Desa Wanagiri, Sukasada, Red), tapi kemarin bisa tiga jam lebih, iringan-iringan kendaraan padat karena didepan ada bus pariwisata dan truk,” ungkap Nyoman Sukarsa, warega yang sempat terjebak iring-irigan kendaraan saat menuju Denpasar lewat jalur Singaraja - Bedugul, Minggu (24/1) pagi.
Sukarsa yang asal Desa Suwug, Kecamatan Sawan ini mengaku, sudah biasa pergi ke Denpasar melintasi jalur Singaja - Bedugul hanya membutuhkan waktu 2 sampai 2,5 jam untuk sampai di tujuan. Namun, pada Minggu pagi, waktu yang ditempuh sampai di Denpasar menjadi 6 jam karena banyaknya kendaraan besar yang melintas di jalur Singaraja - Bedugul. “Tapi waktu pulang (balik lagi ke Singaraja, Red) sudah lumayan lancar, mungkin sudah mulai ada pengaturan arus,” ucapnya, Senin (25/1) pagi.
Pantauan NusaBali dijalur Singaraja - Bedugul, Senin siang, arus lalin cukup lancar, kendati terkadang terlihat iring-iringan kendaraan karena di depan iring-iringan ada kendaraan bus atau truk. Iring-iringan kendaraan terjadi karena kendaraan di belakang bus atau truk tidak bisa mendahului karena banyaknya tikungan disamping ruas jalan juga sempit. Beberapa kendaraan truk terlihat parkir di pinggir jalan karena mesin bermasalah. “Karena terus nanjak, air radiator terus berkurang karena mesin terlalu panas, jadi berhenti. Kalau dihitung sudah banyak sekali berhenti, harus ngisi air radiator dulu,” kata Sodik, 56 sopir truk asal Surabaya, Jawa Timur.
Ia bersama rekannya, hendak mengantar pesanan springbad menuju Denpasar. Sodik mengaku sudah tiba di Singaraja, sejak Minggu malam sekitar pukul 20.00 Wita. Namun karena belum mengenal jalur Singaraja -Bedugul, Sodik bersama rekannya mengaku menginap di terminal bongkar muat Jalan A Yani Singaraja.
Sodik mengungkapkan, ia sudah bisa mengirim barang ke Denpasar dari Surabaya. Ia bisa berangkat dari Surabaya pada pukul 08.00 Wita, dan diperkirakan sudah sampai di Denpasar pada 23.00 Wita, dalam kondisi lancar. “Kalau seperti sekarang, medannya berat, bisa enam jaman baru sampai di Denpasar,” ujar Sodik yang baru pertamakali melewati jalur Singaraja-Bedugul.
Sementara itu, Kabag Ops Polres Buleleng Kompol Ketut Gelgel seizing Kapolres Buleleng AKBP Harry Harry Haryadi B, Senin (25/1) siang, menepis kalau pengalihan arus tanpa dibarengi dengan penempatan rambu penunjuk arah. Kompol Gelgel menegaskan, sejak mendapat informasi ada jembatan putus di Jembarana, pihaknya sudah menyiapkan tiga jalur alternatif yakni lewat Seririt – Banyuatuis - Bedugul dan Singaraja - Karangasem. “Kendaraan ringan bisa lewat Sukasada, Pancasari, kendaraan berat lewat Karangasem, sedangkan untuk mobil kecil dan truk sedang bisa lewat Busungbiu, Pupuan. Dan kita juga sudah pasang rambu pengalihan arus,” katanya.
Kompol Gelgel juga mengaku sudah tempatkan sejumlah personel di titik rawan jalur alternatif antisipasi kemacetan lalin. Personel yang ditempatkan mengatur arus ketika terjadi kemacetan akibat padatnya arus lalin. “Seperti di jaluar Singaraja-Bedugul, Polres bersama Polsek Sukasada sudah tempatkan personelnya di titik rawan kemacetan, tapi sejauh ini belum terjadi kemacetan, memang padat tapi lancar,” ujarnya.
Ditempat terpisah Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Buleleng I Gede Gunawan AP sempat memantau perkembangan arus di jalur Singaraja - Bedugul. Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Dishub Provinsi untuk mengalihkan arus ke tiga jalur yakni Seririt – Banyuatis - Bedugul dan Singaraja-Karangasem. “Kita sudah mulai pasang rambu petunjuk arah, dan kita minta agar kendaraan barang agar diarahkan ke jalur Singaraja-Karangasem,” katanya. 7 k19
1
Komentar