Sebelum Tewas Dikeroyok, Korban Diberi Obat Tidur
Kasus Pembunuhan Pensiunan Polisi
DENPASAR, NusaBali
Inilah sekilas kronologis pembunuhan Aipda I Made Suanda, 58, pensiunan polisi yang mayatnya ditemukan membusuk di sebuah rumah kontrakan kawasa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Selasa (19/12) pagi. Sebelum dibunuh dengan cara dikeroyok empat pelaku, pensiunan polisi asal Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung ini sempat hendak diracuni dengan diberi obat tidur untuk memuluskan aksi komplotan penggelapan mobil.
Aksi pembunuhan sadis ini berawal ketika otak pelaku, Gede Ngurah Astika alias Sandi, 32, berencana membeli mobil Honda Jazz warna putih DK 1985 CN milik korban Aipda Made Suanda. Saat itu, tersangka Ngurah Astika merencanakan aksi jahatnya untuk transaksi mobil tersebut di sebuah rumah kontrakan yang sudah disewanya di Jalan Nuansa Kori Nomor 30 Denpasar kawasan Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Barat.
Lalu, Jumat (15/12) siang, korban Aipda Made Suanda diajak bertemu di rumah ko-ntrakan milik Koe Gandhi Ganesti, 53, yang baru disewa tersangka Ngurah Astika tersebut. “Rumah kontrakan itu baru disewa Ngurah Astika, di mana pemilik rumah diberi uang muka Rp 1 juta,” jelas sumber NusaBali di kepolisian, Senin (25/12).
Menurut sumber tadi, korban Aipda Made Suanda juga disuruh membawa lengkap surat-surat mobil, termasuk BPKB. Saat korban datang, ketiga pelaku lainnya yang sudah berada di rumah tersebut, yakni Dewa Made Budianta, Dewa Made Sudiana, dan Putu Veri Permadi, berpura-pura menyapu dan beres-beres rumah. Bahkan, tersangka Dewa Sudiana sempat membuatkan minuman yang sudah diisi obat tidur untuk korban.
Saat korban datang, tersangka Ngurah Astika berpura-pura menanyakan kondisi mobil layaknya pembeli sungguhan. Korban juga diminta menenggak minuman yang sudah diisi obat tidur. Namun, setelah menenggak minuman tersebut, korban ternyata tidak juga tidur. Tersangka Dewa Sudiana yang kesal karena obat tidurnya tidak mempan, kemudian memukul kepala korban dengan helm.
Selanjutnya, tiga pelaku lainnya termasuk Ngurah Astika ikut mengeroyok korban hingga membenturkan kepalanya ke tembok. Bahkan, gelas yang digunakan korban untuk minum juga dipakai memukul kepala Aipda Made Suwanda hingga akhirnya tewas. “Jadi, rencana awal, para pelaku akan meracuni korban dengan memberi obat tidur. Setelah itu, mereka akan membawa lari mobil korban untuk dijual,” jelas sumber tersebut.
Awalnya, keempat pelaku tidak tahu kalau korbannya itu adalah pensiunan polisi. Begitu korban tewas, jasadnya dibiarkan tergeletak di lantai salah satu kamar rumah kontrakan tersebut. Tiga pelaku yakni Dewa Made Budianta, Dewa Made Sudiana, dan Putu Veri Permadi ditugasi tersangka Ngurah Astika membersihkan rumah.
Sedangkan mobil Jazz milik korban dibawa tersangka Ngurah Astika untuk dijual. Hanpdhone dan barang-barang lainnya milik korban juga diambil, sebelum kemudian dibuang di kawasan Ubung. Saat ini, barang-barang bukti tersebut masih dicari petugas.
Singkat cerita, mobil Jazz milik korban laku dijual sebesar Rp 80 juta. Habis itu, keempat pelaku bertemu di tempat kos tersangka Ngurah Astika di kawasan Desa Pesiapan, Kecamatan Tabanan. Saat itulah Ngurah Astika mengakui mobil korban hanya laku Rp 80 juta. Dari uang tersebut, ketiga pelaku lainnya masing-masing diberi Rp 10 juta.
Istri tersangka Ngurah Astika yang berada di tempat kos saat pembagian uang, juga mendapat bagian Rp 10 juta. Sisanya, Rp 40 juta diambil tersangka Ngurah Astika. “Setelah berbagi uang, mereka kabur dan berpencar. Ngurah Astika sendiri langsung pindah kos hari itu juga ke kawasan Kerambuitan, Tabanan,” papar sumber tersebut.
Perburuan yang dilakukan polisi untuk menangkap keempat pelaku, banyak mengalami kendala. Apalagi, para pelaku juga sudah mengetahui sedang diburu polisi, karena fotonya tersebar di media sosial. “Ngurah Astika langsung pindah kos. Sedangkan Putu Veri yang harusnya menikah, juga tidak nongol di tempat pernikahannya (di kawasan Busungbiu, Buleleng, Red), padahal sudah kita sanggongi di sana. Malah adiknya yang disuruh menjadi mempelai laki-laki,” katanya.
Dari catatan kepolisian, tersangka Ngurah Astika merupakan pelaku penggelapan mobil yang sudah lama masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Bahkan, Ngurah Astika sudah beberapa kali diburu polisi, namun selalu lolos. “Laporan polisi untuk penggelapan mobil yang dilakukan Ngurah Astika sudah banyak.” *rez
Aksi pembunuhan sadis ini berawal ketika otak pelaku, Gede Ngurah Astika alias Sandi, 32, berencana membeli mobil Honda Jazz warna putih DK 1985 CN milik korban Aipda Made Suanda. Saat itu, tersangka Ngurah Astika merencanakan aksi jahatnya untuk transaksi mobil tersebut di sebuah rumah kontrakan yang sudah disewanya di Jalan Nuansa Kori Nomor 30 Denpasar kawasan Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Barat.
Lalu, Jumat (15/12) siang, korban Aipda Made Suanda diajak bertemu di rumah ko-ntrakan milik Koe Gandhi Ganesti, 53, yang baru disewa tersangka Ngurah Astika tersebut. “Rumah kontrakan itu baru disewa Ngurah Astika, di mana pemilik rumah diberi uang muka Rp 1 juta,” jelas sumber NusaBali di kepolisian, Senin (25/12).
Menurut sumber tadi, korban Aipda Made Suanda juga disuruh membawa lengkap surat-surat mobil, termasuk BPKB. Saat korban datang, ketiga pelaku lainnya yang sudah berada di rumah tersebut, yakni Dewa Made Budianta, Dewa Made Sudiana, dan Putu Veri Permadi, berpura-pura menyapu dan beres-beres rumah. Bahkan, tersangka Dewa Sudiana sempat membuatkan minuman yang sudah diisi obat tidur untuk korban.
Saat korban datang, tersangka Ngurah Astika berpura-pura menanyakan kondisi mobil layaknya pembeli sungguhan. Korban juga diminta menenggak minuman yang sudah diisi obat tidur. Namun, setelah menenggak minuman tersebut, korban ternyata tidak juga tidur. Tersangka Dewa Sudiana yang kesal karena obat tidurnya tidak mempan, kemudian memukul kepala korban dengan helm.
Selanjutnya, tiga pelaku lainnya termasuk Ngurah Astika ikut mengeroyok korban hingga membenturkan kepalanya ke tembok. Bahkan, gelas yang digunakan korban untuk minum juga dipakai memukul kepala Aipda Made Suwanda hingga akhirnya tewas. “Jadi, rencana awal, para pelaku akan meracuni korban dengan memberi obat tidur. Setelah itu, mereka akan membawa lari mobil korban untuk dijual,” jelas sumber tersebut.
Awalnya, keempat pelaku tidak tahu kalau korbannya itu adalah pensiunan polisi. Begitu korban tewas, jasadnya dibiarkan tergeletak di lantai salah satu kamar rumah kontrakan tersebut. Tiga pelaku yakni Dewa Made Budianta, Dewa Made Sudiana, dan Putu Veri Permadi ditugasi tersangka Ngurah Astika membersihkan rumah.
Sedangkan mobil Jazz milik korban dibawa tersangka Ngurah Astika untuk dijual. Hanpdhone dan barang-barang lainnya milik korban juga diambil, sebelum kemudian dibuang di kawasan Ubung. Saat ini, barang-barang bukti tersebut masih dicari petugas.
Singkat cerita, mobil Jazz milik korban laku dijual sebesar Rp 80 juta. Habis itu, keempat pelaku bertemu di tempat kos tersangka Ngurah Astika di kawasan Desa Pesiapan, Kecamatan Tabanan. Saat itulah Ngurah Astika mengakui mobil korban hanya laku Rp 80 juta. Dari uang tersebut, ketiga pelaku lainnya masing-masing diberi Rp 10 juta.
Istri tersangka Ngurah Astika yang berada di tempat kos saat pembagian uang, juga mendapat bagian Rp 10 juta. Sisanya, Rp 40 juta diambil tersangka Ngurah Astika. “Setelah berbagi uang, mereka kabur dan berpencar. Ngurah Astika sendiri langsung pindah kos hari itu juga ke kawasan Kerambuitan, Tabanan,” papar sumber tersebut.
Perburuan yang dilakukan polisi untuk menangkap keempat pelaku, banyak mengalami kendala. Apalagi, para pelaku juga sudah mengetahui sedang diburu polisi, karena fotonya tersebar di media sosial. “Ngurah Astika langsung pindah kos. Sedangkan Putu Veri yang harusnya menikah, juga tidak nongol di tempat pernikahannya (di kawasan Busungbiu, Buleleng, Red), padahal sudah kita sanggongi di sana. Malah adiknya yang disuruh menjadi mempelai laki-laki,” katanya.
Dari catatan kepolisian, tersangka Ngurah Astika merupakan pelaku penggelapan mobil yang sudah lama masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Bahkan, Ngurah Astika sudah beberapa kali diburu polisi, namun selalu lolos. “Laporan polisi untuk penggelapan mobil yang dilakukan Ngurah Astika sudah banyak.” *rez
Komentar