Pasamuhan Agung, MGPSSR Bahas Peningkatan Kualitas SDM
Pasamuhan Agung Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) kembali digelar di akhir tahun 2017, tepatnya Senin (25/12) di Sekretariat setempat, Jalan Cekomaria, Peguyangan Kangin, Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Acara yang dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika tersebut, akan membahas beberapa hal, diantaranya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Dr dr I Wayan Wita SpJP mengatakan, Pasamuhan Agung 2017 merupakan ajang evaluasi program kerja yang sudah berlangsung selama setahun. Peserta pasamuhan kemarin dihadiri sekitar 250 orang dari pasemetonan MGPSSR di seluruh Nusantara. Prof Wita berharap pasamuhan ini bisa melahirkan program-program inovatif khususnya menyongsong Ulang Tahun MGPSSR bulan April 2018 mendatang dan Maha Sabha MGPSSR pada tahun tahun 2019.
Adapun MGPSSR telah berhasil membangun Pura Punduk Dawa di Klungkung. Pihaknya berharap lebih terbangun lagi jalinan Wasudewam Kutumbhakam utamanya Semeton Pasek dengan adanya pura tersebut. “Diharapkan menjadi pusat persembahyangan dan melaksanakan wasudewam kutumbhakam. Tidak saja menjadi pusat persembahyangan, kami berharap pura tersebut juga bisa jadi pusat pendidikan bukan saja agama, tapi juga pendidikan modern,” harapnya.
Pihaknya tidak menampik bahwa masih banyak warga Pasek yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurutnya, ini membutuhkan perhatian khusus dari MGPSSR. Prof Wita juga mengajak Semeton Pasek untuk menggunakan momentum erupsi Gunung Agung meningkatkan kebersamaan dan persatuan. Termasuk Sekretariat MGPSSR Pusat sempat menjadi tempat pengungsian sameton dari Karangasem. “Perlu kita bahas bagaimana mengelola Pura, bagaimana mengembangkan sumber daya manusia dan bagaimana mengangkat semeton yang masih di bawah garis kemiskinan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ketua Panitia Pasamuhan Agung, I Made Raka menambahkan, ada beberapa agenda yang harus dilakukan. Seperti menata kesulinggihan sesuai dengan aguron-guron atau Siwa Sesana dari Sulinggih. Begitu juga keinginan membentuk lembaga hukum untuk membantu semeton-semeton yang tengah kesulitan hukum. “Kami juga akan bahas kelanjutan pura di Punduk Dawa. Terkait peningkatan SDM, salah satu yang harus kita kejar adalah pendidikan. Karena pendidikan, kita yakini seyakin-yakinnya, pendidikan mampu membawa perubahan masyarakatnya,” katanya.
Sementara Gubernur Bali Made Mangku Pastika, berpesan agar pengurus MGPSSR dapat merumuskan program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya warga pesemetonan. Pastika mengatakan, 75 persen siswa SMA/SMK Bali Mandara berasal dari Semeton Pasek, padahal syarat utama masuk ke SMA/SMK tersebut adalah harus miskin. “Pasamuhan ini hendaknya juga merumuskan program-program yang konkret untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ucapnya.
Gubernur Patika menambahkan, SDM inilah yang nantinya akan membawa, mengangkat derajat dan martabat, baik secara sosial, ekonomi dan politik sehingga bisa berperan lebih dalam pembangunan Bali dan Nusantara. Menurutnya, secara kelembagaan dan kerohanian MGPSSR sudah sangat solid sehingga dapat menjadi modal dan landasan yang kuat untuk lepas landas. *ind
Acara yang dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika tersebut, akan membahas beberapa hal, diantaranya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Dr dr I Wayan Wita SpJP mengatakan, Pasamuhan Agung 2017 merupakan ajang evaluasi program kerja yang sudah berlangsung selama setahun. Peserta pasamuhan kemarin dihadiri sekitar 250 orang dari pasemetonan MGPSSR di seluruh Nusantara. Prof Wita berharap pasamuhan ini bisa melahirkan program-program inovatif khususnya menyongsong Ulang Tahun MGPSSR bulan April 2018 mendatang dan Maha Sabha MGPSSR pada tahun tahun 2019.
Adapun MGPSSR telah berhasil membangun Pura Punduk Dawa di Klungkung. Pihaknya berharap lebih terbangun lagi jalinan Wasudewam Kutumbhakam utamanya Semeton Pasek dengan adanya pura tersebut. “Diharapkan menjadi pusat persembahyangan dan melaksanakan wasudewam kutumbhakam. Tidak saja menjadi pusat persembahyangan, kami berharap pura tersebut juga bisa jadi pusat pendidikan bukan saja agama, tapi juga pendidikan modern,” harapnya.
Pihaknya tidak menampik bahwa masih banyak warga Pasek yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurutnya, ini membutuhkan perhatian khusus dari MGPSSR. Prof Wita juga mengajak Semeton Pasek untuk menggunakan momentum erupsi Gunung Agung meningkatkan kebersamaan dan persatuan. Termasuk Sekretariat MGPSSR Pusat sempat menjadi tempat pengungsian sameton dari Karangasem. “Perlu kita bahas bagaimana mengelola Pura, bagaimana mengembangkan sumber daya manusia dan bagaimana mengangkat semeton yang masih di bawah garis kemiskinan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ketua Panitia Pasamuhan Agung, I Made Raka menambahkan, ada beberapa agenda yang harus dilakukan. Seperti menata kesulinggihan sesuai dengan aguron-guron atau Siwa Sesana dari Sulinggih. Begitu juga keinginan membentuk lembaga hukum untuk membantu semeton-semeton yang tengah kesulitan hukum. “Kami juga akan bahas kelanjutan pura di Punduk Dawa. Terkait peningkatan SDM, salah satu yang harus kita kejar adalah pendidikan. Karena pendidikan, kita yakini seyakin-yakinnya, pendidikan mampu membawa perubahan masyarakatnya,” katanya.
Sementara Gubernur Bali Made Mangku Pastika, berpesan agar pengurus MGPSSR dapat merumuskan program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya warga pesemetonan. Pastika mengatakan, 75 persen siswa SMA/SMK Bali Mandara berasal dari Semeton Pasek, padahal syarat utama masuk ke SMA/SMK tersebut adalah harus miskin. “Pasamuhan ini hendaknya juga merumuskan program-program yang konkret untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ucapnya.
Gubernur Patika menambahkan, SDM inilah yang nantinya akan membawa, mengangkat derajat dan martabat, baik secara sosial, ekonomi dan politik sehingga bisa berperan lebih dalam pembangunan Bali dan Nusantara. Menurutnya, secara kelembagaan dan kerohanian MGPSSR sudah sangat solid sehingga dapat menjadi modal dan landasan yang kuat untuk lepas landas. *ind
1
Komentar