Banjir Lumpur Terjang Rumah
Sebuah rumah gedek dihuni empat warga di bantaran Tukad Unda, wilayah Desa Tangkas, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, nyaris hanyut diterjang banjir lumpur erupsi Gunung Agung.
SEMARAPURA, NusaBali
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penghuninya sudah dievakuasi ke tempat aman. Pantauan NusaBali, Rabu (27/12) siang sekitar pukul 12.30 Wita, rumah berukuran sekitar 3 meter x 4 meter di Jembatan Tangkas tersebut tergenang air Tukad Unda sekitar 20 cm. Kondisi ini sudah terjadi sejak dua Minggu lalu, namun perlahan. Karena terjadi pendangkalan sungai sekitar 2 meter. Padahal sebelum terjadinya banjir lumpur, posisi rumah itu berjarak sekitar 25 meter dari Tukad Unda.
Penghuni rumah tersebut, pasangan suami istri I Made Sebite - Serikah, dan dua anaknya yang sudah dewasa, I Made Suandi dan Komang Astini. Mereka sebelumnya sempat diungsikan oleh petugas BPBD Klungkung dan perangkat Desa Tangkas saat awal terjadi banjir lumpur ke sebuah balai banjar di Desa Tangkas. Hanya saja karena memiliki sejumlah ternak babi, maka mereka memutuskan kembali tinggal di bantaran Tukad Unda. Untuk sementara diberikan tempat tinggal di sebuah bangunan bekas tempat percetakan batako berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya.
Menurut warga sekitar kedua anak dari pasangan itu mengalami ganguan kejiawaan. Saat NusaBali menemuinya, keduanya, I Made Suandi dan Komang Astini, duduk di bangunan tersebut, lebih banyak diam dan senyum-senyum. Sejatinya mereka memiliki rumah di Desa Tangkas, namun lebih memilih tinggal di sana karena lebih mudah mencari rongsokan dan mencari pakan ternak.
Seorang warga sekitar I Wayan Jawa, mengatakan sebelumnya terjadi terjangan banjir lumpur rumah tersebut berjarak sekitar 25 meter dari aliaran Tukad Unda. Namun air terus meluas ke pinggir akibat pendangkalan sungai karena adanya material lumpur dan pasir. “Sebelumnya airnya tidak sampai di sini,” ujarnya.
Sementara itu, sekitar 20 warga mengumpulkan pasir di areal Tukad Unda dengan menggunakan sekop maupuan cangkul. Pencarianm pasir juga menggunakan pelampung dari ban mobil bekas. Selama dua hari dengan tiga orang pencari pasir bisa mengumpulkan 1 truk pasir seharga Rp 800.000. “Biasanya para pencari mencari pasir mulai dari pukul 08.00 Wita-17.00 Wita,” ujar seorang pencari I Ketut Sedana.
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengakui hal tersebut. Kata di, sebelumnya keluarga tersebut sudah dievakuasi, namun balik lagi ke tempat semula. “Besok (Kamis ini, Red), kami akan mengecek ke lokasi untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.*wan
Penghuni rumah tersebut, pasangan suami istri I Made Sebite - Serikah, dan dua anaknya yang sudah dewasa, I Made Suandi dan Komang Astini. Mereka sebelumnya sempat diungsikan oleh petugas BPBD Klungkung dan perangkat Desa Tangkas saat awal terjadi banjir lumpur ke sebuah balai banjar di Desa Tangkas. Hanya saja karena memiliki sejumlah ternak babi, maka mereka memutuskan kembali tinggal di bantaran Tukad Unda. Untuk sementara diberikan tempat tinggal di sebuah bangunan bekas tempat percetakan batako berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya.
Menurut warga sekitar kedua anak dari pasangan itu mengalami ganguan kejiawaan. Saat NusaBali menemuinya, keduanya, I Made Suandi dan Komang Astini, duduk di bangunan tersebut, lebih banyak diam dan senyum-senyum. Sejatinya mereka memiliki rumah di Desa Tangkas, namun lebih memilih tinggal di sana karena lebih mudah mencari rongsokan dan mencari pakan ternak.
Seorang warga sekitar I Wayan Jawa, mengatakan sebelumnya terjadi terjangan banjir lumpur rumah tersebut berjarak sekitar 25 meter dari aliaran Tukad Unda. Namun air terus meluas ke pinggir akibat pendangkalan sungai karena adanya material lumpur dan pasir. “Sebelumnya airnya tidak sampai di sini,” ujarnya.
Sementara itu, sekitar 20 warga mengumpulkan pasir di areal Tukad Unda dengan menggunakan sekop maupuan cangkul. Pencarianm pasir juga menggunakan pelampung dari ban mobil bekas. Selama dua hari dengan tiga orang pencari pasir bisa mengumpulkan 1 truk pasir seharga Rp 800.000. “Biasanya para pencari mencari pasir mulai dari pukul 08.00 Wita-17.00 Wita,” ujar seorang pencari I Ketut Sedana.
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengakui hal tersebut. Kata di, sebelumnya keluarga tersebut sudah dievakuasi, namun balik lagi ke tempat semula. “Besok (Kamis ini, Red), kami akan mengecek ke lokasi untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.*wan
Komentar