MUTIARA WEDA : Selamat Tahun Baru
Sebagaimana halnya matahari memberikan cahaya, sensibilitas mengantarkan pada kasih sayang, bunga menyajikan bau semerbak, semoga tahun baru ini membawa keberuntungan.
Surya samvednapushpayeh diptih karunyagandhdhane,
Labdhva shubham navvarshesmin kuryatsarvasya mangalam.
(New Year Greating)
Banyak orang bertanya, ‘Pada saat tahun baru, apanya sebenarnya yang baru? Apakah ada sesuatu yang benar-benar baru? Apa bedanya atau di mana letak perbedaan antara tahun yang lalu dengan tahun yang baru?’ Banyak lagi pertanyaan lainnya tentang tahun baru mereka lontarkan, dan akhirnya mereka terjebak di dalamnya. Tidak ada apapun yang ditemukannya baru. Mereka tidak menemukan apa-apa. Yang ada hanya pergantian hari sebagaimana sebelumnya. Yang ditemukan hanya perayaan dari orang-orang saja, dan mereka gagal menemukan bahwa ada sesuatu yang benar-benar baru datang.
Jika kita lihat dari perspketif Upanisad, di mana dinyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini telah diadakan sedemikian sempurna beserta dengan seluruh kejadiannya, sehingga sesuatu yang mengada yang berbeda di kemudian hari sepertinya mustahil. Para yogi pun sering mengatakan bahwa, apa yang diajarkannya tidak ada yang baru. Apa yang ditularkannya kepada masyarakat bersifat kuno, telah ada sejak awal, dan akan ada selamanya. Para yogi tidak menambahkan atau mengurangi, ia hanya mengulanginya saja, tidak lebih. Apa yang diajarkan oleh guru-guru modern sama dengan apa yang diajarkan oleh para Maharsi di zaman purba. Hal ini sesuai dengan Bhagavad-gita: “apa yang telah ada akan selamanya ada, dan apa yang tidak ada tidak akan pernah mengada”. Semuanya telah sempurna demikian adanya.
Namun, di sisi lain, bagi mereka yang memiliki pemikiran optimistik, mereka melihat akan ada perubahan di masa depan, dan jika kita menginginkan perubahan itu terjadi ke arah yang lebih baik, maka akan terjadilah seperti itu. Mahatma Gandhi menyebutkan “It’s a new life every day”. Baginya, ada kehidupan yang baru setiap hari. Artinya kehidupan kemarin akan berbeda dengan saat ini dan akan berbeda pula besok. Setiap hari adalah sebuah kehidupan yang baru. Kehidupan tidak pernah berulang dan akan baru setiap harinya. Hal ini sangat bertentangan dengan mereka yang mencoba menemukan sesuatu yang baru di tahun baru. Para pencari ini hanya menemukan suatu pengulangan hari-hari yang membosankan. Bagaimana bisa Gandhi menemukan kehidupan baru setiap hari, sementara para pencari ini hanya menemukan sesuatu yang berulang-ulang saja?
Mereka tampak berbeda oleh karena menggunakan kacamata yang berbeda. Hari-hari yang dilalui oleh mereka persis sama, tetapi persepsi mereka terhadap hal yang sama itu berbeda dan bahkan bertentangan. Gandhi melihat hari-hari tersebut dari kacamata ‘masa kini’, sehingga setiap saat menjadi baru. Sementara mereka, para pencari, melihat dari kacamata ‘masa lalu,’ sehingga apa yang ada hanya suatu pengulangan yang membosankan. Maksudnya, Gandhi melihatnya dari keagungan realisasi diri, dari kondisi ‘moment to moment’. Sementara itu, para pancari melihatnya dari pikirannya sendiri. Pikiran sepenuhnya merupakan produk masa lalu, sehingga apapun yang muncul dari pikiran telah menjadi masa lalu.
Masalahnya, hanya ketika seseorang mampu membawa kesadarannya ke ‘masa kini’, ia akan melihat ada yang baru di tahun baru. Tetapi mereka yang berkubang di dalam pikirannya sendiri, ia akan selamanya terjebak di dalam keputusasaan dan selalu dalam penantian akan adanya sesuatu yang baru di masa depan. Lalu, jika demikian halnya, apakah ada sesuatu yang bersifat baru secara eksistensi jika seseorang telah mampu membawa kesadarannya ke ‘masa kini’? Jika demikian halnya, bagaimana dengan pernyataan upanisad yang menyatakan bahwa segala sesuatunya telah lengkap dan tidak ada apapun yang baru? Kembali ini menjadi paradoks, namun, bukan berarti tidak menemukan titik damai. Titik damainya tidak terletak pada jawaban yang diinginkan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, namun terletak pada apakah seseorang mampu membawa kesadarannya pada kondisi ‘saat ini’ atau tidak. Dan jika dia telah mampu, maka dia baru mengerti atas ucapan ‘tahun baru’ yang setiap tahun mereka ucapkan, dan akan mengerti pula isi mantra di atas. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Labdhva shubham navvarshesmin kuryatsarvasya mangalam.
(New Year Greating)
Banyak orang bertanya, ‘Pada saat tahun baru, apanya sebenarnya yang baru? Apakah ada sesuatu yang benar-benar baru? Apa bedanya atau di mana letak perbedaan antara tahun yang lalu dengan tahun yang baru?’ Banyak lagi pertanyaan lainnya tentang tahun baru mereka lontarkan, dan akhirnya mereka terjebak di dalamnya. Tidak ada apapun yang ditemukannya baru. Mereka tidak menemukan apa-apa. Yang ada hanya pergantian hari sebagaimana sebelumnya. Yang ditemukan hanya perayaan dari orang-orang saja, dan mereka gagal menemukan bahwa ada sesuatu yang benar-benar baru datang.
Jika kita lihat dari perspketif Upanisad, di mana dinyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini telah diadakan sedemikian sempurna beserta dengan seluruh kejadiannya, sehingga sesuatu yang mengada yang berbeda di kemudian hari sepertinya mustahil. Para yogi pun sering mengatakan bahwa, apa yang diajarkannya tidak ada yang baru. Apa yang ditularkannya kepada masyarakat bersifat kuno, telah ada sejak awal, dan akan ada selamanya. Para yogi tidak menambahkan atau mengurangi, ia hanya mengulanginya saja, tidak lebih. Apa yang diajarkan oleh guru-guru modern sama dengan apa yang diajarkan oleh para Maharsi di zaman purba. Hal ini sesuai dengan Bhagavad-gita: “apa yang telah ada akan selamanya ada, dan apa yang tidak ada tidak akan pernah mengada”. Semuanya telah sempurna demikian adanya.
Namun, di sisi lain, bagi mereka yang memiliki pemikiran optimistik, mereka melihat akan ada perubahan di masa depan, dan jika kita menginginkan perubahan itu terjadi ke arah yang lebih baik, maka akan terjadilah seperti itu. Mahatma Gandhi menyebutkan “It’s a new life every day”. Baginya, ada kehidupan yang baru setiap hari. Artinya kehidupan kemarin akan berbeda dengan saat ini dan akan berbeda pula besok. Setiap hari adalah sebuah kehidupan yang baru. Kehidupan tidak pernah berulang dan akan baru setiap harinya. Hal ini sangat bertentangan dengan mereka yang mencoba menemukan sesuatu yang baru di tahun baru. Para pencari ini hanya menemukan suatu pengulangan hari-hari yang membosankan. Bagaimana bisa Gandhi menemukan kehidupan baru setiap hari, sementara para pencari ini hanya menemukan sesuatu yang berulang-ulang saja?
Mereka tampak berbeda oleh karena menggunakan kacamata yang berbeda. Hari-hari yang dilalui oleh mereka persis sama, tetapi persepsi mereka terhadap hal yang sama itu berbeda dan bahkan bertentangan. Gandhi melihat hari-hari tersebut dari kacamata ‘masa kini’, sehingga setiap saat menjadi baru. Sementara mereka, para pencari, melihat dari kacamata ‘masa lalu,’ sehingga apa yang ada hanya suatu pengulangan yang membosankan. Maksudnya, Gandhi melihatnya dari keagungan realisasi diri, dari kondisi ‘moment to moment’. Sementara itu, para pancari melihatnya dari pikirannya sendiri. Pikiran sepenuhnya merupakan produk masa lalu, sehingga apapun yang muncul dari pikiran telah menjadi masa lalu.
Masalahnya, hanya ketika seseorang mampu membawa kesadarannya ke ‘masa kini’, ia akan melihat ada yang baru di tahun baru. Tetapi mereka yang berkubang di dalam pikirannya sendiri, ia akan selamanya terjebak di dalam keputusasaan dan selalu dalam penantian akan adanya sesuatu yang baru di masa depan. Lalu, jika demikian halnya, apakah ada sesuatu yang bersifat baru secara eksistensi jika seseorang telah mampu membawa kesadarannya ke ‘masa kini’? Jika demikian halnya, bagaimana dengan pernyataan upanisad yang menyatakan bahwa segala sesuatunya telah lengkap dan tidak ada apapun yang baru? Kembali ini menjadi paradoks, namun, bukan berarti tidak menemukan titik damai. Titik damainya tidak terletak pada jawaban yang diinginkan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, namun terletak pada apakah seseorang mampu membawa kesadarannya pada kondisi ‘saat ini’ atau tidak. Dan jika dia telah mampu, maka dia baru mengerti atas ucapan ‘tahun baru’ yang setiap tahun mereka ucapkan, dan akan mengerti pula isi mantra di atas. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Komentar