Khidmat, Kremasi Pensiunan Polisi yang Tewas Terbunuh
Kremasi almarhum Aiptu I Made Suanda, pensiunan polisi yang tewas dibunuh, di Krematorium Santhayana Jalan Ceko Maria, Peguyangan, Denpasar Utara, Rabu (3/1), berlangsung khidmat.
MANGUPURA, NusaBali
Rangkaian upacara yang berlangsung pukul 07.30 sampai 15.00 Wita, dipuput dua sulingggih yakni Ida Pandita Mpu Upadhyana Tanaya, dari Gria Reka Eka Sari Buana dan Ida Pandita Mpu Brahma Darmaya Daksa dari Gria Manik Segara.
Penjemputan jenazah almarhum di RSUP Sanglah pada pukul 07.00 Wita yang dirangkaikan dengan acara mapamit. Kemudian dilakukan nyiramang layon oleh keluarga dan kerabat almarhum. Selanjutnya, pihak keluarga mendoakan jenazah. Sekitar pukul 10.00 Wita, jenazah Aiptu Suanda langsung dimasukkan ke ruang kremasi, kemudian dilakukan ngelanus di Pantai Sanur sekitar pukul 15.00 Wita.
Adik kandung almarhum, Wayan Sudana Bima, 45, mengatakan prosesi kremasi tidak diiringi upacara militer, karena setelah tahun 2017 ini peraturan dari kepolisian tidak melaksanakan upacara tersebut bagi pensiunan dan meninggal tidak dalam tugas. “Ya kami memaklumi itu. Karena peraturan, kami cukup dengan doa untuk mengantarkan beliau,” ucapnya.
Dengan kejadian tersebut, pihaknya berharap keluarga tabah dan segera melewati prosesi tersebut untuk kemudian mengawal proses hukum para pelaku. Bima berharap para pelaku dihukum setimpal. “Kami akan kawal proses mereka (tersangka), kami harap mereka dihukum mati,” ujarnya.
Sementara istri almarhum, Luh Rai Sukawati, 54, mengatakan sosok suaminya sangat baik dan humoris. Dirinya tidak memiliki firasat apapun dan suaminya tidak meninggalkan pesan apapun sebelum meninggal. Namun saat itu jam dinding di rumahnya yang berukuran cukup besar tiba-tiba terjatuh.
Ternyata, jam tersebut menandakan suaminya meninggalkan Luh Rai dan 3 anaknya untuk selamanya. “Tidak ada firasat apapun, hanya jam dinding yang jatuh waktu itu. Kami sudah mengikhlaskan, semoga mendapat tempat terbaik,” kata Luh Rai.
Sementara Bendesa Adat Dharmasaba Made Suardana mengatakan tidak ada masalah dengan kremasi yang dilakukan pihak keluarga. Karena seluruh warga desa adat menyetujui keputusan keluarga agar upacara krama dan upacara Pura Prajapati sama-sama berjalan dengan baik. “Kami tidak ada masalah, dan semua setuju. Karena almarhum juga berkelakuan baik, dia rajin ngayah,” tuturnya.
Seperti diketahui, Aiptu I Made Suada, 58, ditemukan tewas membusuk di sebuah rumah kontrakan di Jalan Nuansa Kori Utama Nomor 30 Denpasar, Selasa (19/12) sekitar pukul 07.00 Wita. Pensiunan polisi asal Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung ini diduga tewas dibunuh, karena ditemukan luka bekas kekerasan benda tajam di tubuhnya. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Ni Luh Sukawati dan tiga orang anak, Ari Desianti, Made Kristiana, dan Komang Tria Paramita Anggraini. *m
Penjemputan jenazah almarhum di RSUP Sanglah pada pukul 07.00 Wita yang dirangkaikan dengan acara mapamit. Kemudian dilakukan nyiramang layon oleh keluarga dan kerabat almarhum. Selanjutnya, pihak keluarga mendoakan jenazah. Sekitar pukul 10.00 Wita, jenazah Aiptu Suanda langsung dimasukkan ke ruang kremasi, kemudian dilakukan ngelanus di Pantai Sanur sekitar pukul 15.00 Wita.
Adik kandung almarhum, Wayan Sudana Bima, 45, mengatakan prosesi kremasi tidak diiringi upacara militer, karena setelah tahun 2017 ini peraturan dari kepolisian tidak melaksanakan upacara tersebut bagi pensiunan dan meninggal tidak dalam tugas. “Ya kami memaklumi itu. Karena peraturan, kami cukup dengan doa untuk mengantarkan beliau,” ucapnya.
Dengan kejadian tersebut, pihaknya berharap keluarga tabah dan segera melewati prosesi tersebut untuk kemudian mengawal proses hukum para pelaku. Bima berharap para pelaku dihukum setimpal. “Kami akan kawal proses mereka (tersangka), kami harap mereka dihukum mati,” ujarnya.
Sementara istri almarhum, Luh Rai Sukawati, 54, mengatakan sosok suaminya sangat baik dan humoris. Dirinya tidak memiliki firasat apapun dan suaminya tidak meninggalkan pesan apapun sebelum meninggal. Namun saat itu jam dinding di rumahnya yang berukuran cukup besar tiba-tiba terjatuh.
Ternyata, jam tersebut menandakan suaminya meninggalkan Luh Rai dan 3 anaknya untuk selamanya. “Tidak ada firasat apapun, hanya jam dinding yang jatuh waktu itu. Kami sudah mengikhlaskan, semoga mendapat tempat terbaik,” kata Luh Rai.
Sementara Bendesa Adat Dharmasaba Made Suardana mengatakan tidak ada masalah dengan kremasi yang dilakukan pihak keluarga. Karena seluruh warga desa adat menyetujui keputusan keluarga agar upacara krama dan upacara Pura Prajapati sama-sama berjalan dengan baik. “Kami tidak ada masalah, dan semua setuju. Karena almarhum juga berkelakuan baik, dia rajin ngayah,” tuturnya.
Seperti diketahui, Aiptu I Made Suada, 58, ditemukan tewas membusuk di sebuah rumah kontrakan di Jalan Nuansa Kori Utama Nomor 30 Denpasar, Selasa (19/12) sekitar pukul 07.00 Wita. Pensiunan polisi asal Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung ini diduga tewas dibunuh, karena ditemukan luka bekas kekerasan benda tajam di tubuhnya. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Ni Luh Sukawati dan tiga orang anak, Ari Desianti, Made Kristiana, dan Komang Tria Paramita Anggraini. *m
Komentar