Lagi, Warga Digigit Anjing Rabies
Anjing Nino tiba-tiba bergelagat aneh, emosional hingga akhirnya tega mengigit pergelangan tangan kiri Ketut Catur.
GIANYAR, NusaBali
Mengawali tahun 2018, Gianyar kembali dikagetkan kemunculan kasus gigitan anjing positif rabies. Korbannya salah seorang warga perumahan Jalan Banteng, Banjar Celuk, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Ketut Catur Udaya,54, dan istrinya Sang Ayu Sumargi,53. Mirisnya, anjing penebar virus rabies itu tidak lain merupakan anjing peliharaan korban. Kasus gigitan anjing bernama Nino itu terjadi pada Minggu (31/12/2017).
Saat itu, Nino yang sempat hilang selama tiga hari akhirnya pulang kembali. Namun kondisi Nino tampak lusuh tak makan dan kotor tak terawat. Si pemilik, Ketut Catur pun merangkulnya kemudian membersihkan tubuh Nino dari kotoran. Namun, anjing Nino tiba-tiba bergelagat aneh, emosional hingga akhirnya tega mengigit pergelangan tangan kiri Ketut Catur. Bagaikan zombie, Nino pun kembali galak dan mengincar sang istri hingga berhasil digigit pada jari kiri Sang Ayu.
Kabar gigitan anjing itu pun terdengar oleh Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar. Segera kedua korban disarankan mencari Vaksin Anti Rabies (VAR). Sementara petugas melakukan observasi terhadap Nino. Sejatinya, masa observasi dilakukan selama 14 hari. Namun si Nino keburu tewas pada hari kedua pasca mengigit, yakni pada Selasa (2/1). Petugas pun langsung mengambil sampel otak Nino untuk di cek lab. Selanjutnya, jasad Nino dikubur di sekitar rumah. “Hasil Lab, anjing itu positif rabies,” ungkap Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Ngakan Putu Readi, usai mengunjungi rumah korban Kamis (4/1) kemarin. Untuk mencegah merebaknya virus rabies, pihaknya pun akan melakukan sosialisasi kepada warga sekitar, vaksinasi anjing, dan eliminasi selektif pada radius 100 meter dari lokasi kejadian. Pihaknya pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Gianyar akan turut serta membersihkan kota seni ini dari rabies. “Caranya sangat sederhana dan mudah. Rawat dengan baik anjing pel
iharaan, rutin vaksin tiap tahun dan jangan membuang anjing sembarangan di kuburan atau di pasar. Dengan bantuan masyarakat, astungkara tahun 2020 nanti Gianyar bisa bebas kasus gigitan anjing positif Rabies,” jelasnya.
Ngakan Putu Readi mengatakan saat melakukan observasi pada anjing Nino, petugas tidak menemukan tanda-tanda rabies. Namun petugas sudah meminta agar anjing itu diikat atau dikurung. “Saat dicek petugas, secara kasat mata memang tidak ada kelihatan tanda-tanda anjing rabies. Makanya tidak dieliminasi, menunggu perkembangan. Ternyata setelah 2 hari, anjing itu mati,” jelasnya.
Petugas peternakan kembali melakukan pengecekan, dan dari hasil laboratorium diketahui anjing itu positif rabis. “Ini yang cukup unik, sehari sebelum mati, secara kasat mata tidak ada tanda-tanda rabies pada anjing ini, tapi setelah mati dan dicek lebih dalam di lab, baru bisa dipastikan positif rabies,” ujarnya.
Pemilik anjing Ketut Catur Udaya dan istrinya Sang Ayu Sumargi yang sempat tergigit anjing langsung diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) di puskesmas Blahbatuh. Selain itu ada juga Sang Putu Asmara yang bertugas mengubur anjing tersebut, diberikan VAR. Karena yang bersangkutan merasa takut saat mengubur anjing itu kondisi tangannya sedang luka. “Sang Putu Asmara ini hanya ketakutan saja, karena sempat mengubur anjing itu, pas ada luka di tangnnya tapi bukan gigitan,” ujarnya.
Dikatakan, pasca temuan itu, Kadis Pertanian Gianyar Ir I Made Raka bersama tim dari Dinas Peternakan Provinsi Bali langsung turun ke rumah Ketut Catur Udaya. Petugas Peternakan Gianyar juga kembali melakukan sosialisasi terhadap aparat Desa setempat. “Kami juga akan melakukan penelusuran sumber rabies dari anjing ini, dan sesuai SOP akan dilakukan eliminasi selektif di kawasan itu,” katanya.
Ngakan Readi juga membeberkan setiap tahun sesungguhnya sudah terjadi penurunan kasus rabies di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data 2016 tercatat ada 38 temuan anjing positif rabies, pada 2017 temuan ini menurun menjadi 7 anjing positif rabies. “Memasuki 2018 kami sudah temukan satu kasus ini,” katanya.
Dia mengingatkan untuk mewujudkan zero rabies di kawasan seni ini, dibutuhkan pemahaman seluruh komponen masyarakat, yakni merawat anjing dengan baik berupa diikat atau dikurung hingga vaksinasi rutin setahun sekali. “Kami sebenarnya tidak ingin melakukan eliminasi, tapi kalau ingin menjaga anjing Bali, tolong secara bersama merawat anjing dengan baik,” pesannya. *nvi
Saat itu, Nino yang sempat hilang selama tiga hari akhirnya pulang kembali. Namun kondisi Nino tampak lusuh tak makan dan kotor tak terawat. Si pemilik, Ketut Catur pun merangkulnya kemudian membersihkan tubuh Nino dari kotoran. Namun, anjing Nino tiba-tiba bergelagat aneh, emosional hingga akhirnya tega mengigit pergelangan tangan kiri Ketut Catur. Bagaikan zombie, Nino pun kembali galak dan mengincar sang istri hingga berhasil digigit pada jari kiri Sang Ayu.
Kabar gigitan anjing itu pun terdengar oleh Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar. Segera kedua korban disarankan mencari Vaksin Anti Rabies (VAR). Sementara petugas melakukan observasi terhadap Nino. Sejatinya, masa observasi dilakukan selama 14 hari. Namun si Nino keburu tewas pada hari kedua pasca mengigit, yakni pada Selasa (2/1). Petugas pun langsung mengambil sampel otak Nino untuk di cek lab. Selanjutnya, jasad Nino dikubur di sekitar rumah. “Hasil Lab, anjing itu positif rabies,” ungkap Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Ngakan Putu Readi, usai mengunjungi rumah korban Kamis (4/1) kemarin. Untuk mencegah merebaknya virus rabies, pihaknya pun akan melakukan sosialisasi kepada warga sekitar, vaksinasi anjing, dan eliminasi selektif pada radius 100 meter dari lokasi kejadian. Pihaknya pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Gianyar akan turut serta membersihkan kota seni ini dari rabies. “Caranya sangat sederhana dan mudah. Rawat dengan baik anjing pel
iharaan, rutin vaksin tiap tahun dan jangan membuang anjing sembarangan di kuburan atau di pasar. Dengan bantuan masyarakat, astungkara tahun 2020 nanti Gianyar bisa bebas kasus gigitan anjing positif Rabies,” jelasnya.
Ngakan Putu Readi mengatakan saat melakukan observasi pada anjing Nino, petugas tidak menemukan tanda-tanda rabies. Namun petugas sudah meminta agar anjing itu diikat atau dikurung. “Saat dicek petugas, secara kasat mata memang tidak ada kelihatan tanda-tanda anjing rabies. Makanya tidak dieliminasi, menunggu perkembangan. Ternyata setelah 2 hari, anjing itu mati,” jelasnya.
Petugas peternakan kembali melakukan pengecekan, dan dari hasil laboratorium diketahui anjing itu positif rabis. “Ini yang cukup unik, sehari sebelum mati, secara kasat mata tidak ada tanda-tanda rabies pada anjing ini, tapi setelah mati dan dicek lebih dalam di lab, baru bisa dipastikan positif rabies,” ujarnya.
Pemilik anjing Ketut Catur Udaya dan istrinya Sang Ayu Sumargi yang sempat tergigit anjing langsung diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) di puskesmas Blahbatuh. Selain itu ada juga Sang Putu Asmara yang bertugas mengubur anjing tersebut, diberikan VAR. Karena yang bersangkutan merasa takut saat mengubur anjing itu kondisi tangannya sedang luka. “Sang Putu Asmara ini hanya ketakutan saja, karena sempat mengubur anjing itu, pas ada luka di tangnnya tapi bukan gigitan,” ujarnya.
Dikatakan, pasca temuan itu, Kadis Pertanian Gianyar Ir I Made Raka bersama tim dari Dinas Peternakan Provinsi Bali langsung turun ke rumah Ketut Catur Udaya. Petugas Peternakan Gianyar juga kembali melakukan sosialisasi terhadap aparat Desa setempat. “Kami juga akan melakukan penelusuran sumber rabies dari anjing ini, dan sesuai SOP akan dilakukan eliminasi selektif di kawasan itu,” katanya.
Ngakan Readi juga membeberkan setiap tahun sesungguhnya sudah terjadi penurunan kasus rabies di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data 2016 tercatat ada 38 temuan anjing positif rabies, pada 2017 temuan ini menurun menjadi 7 anjing positif rabies. “Memasuki 2018 kami sudah temukan satu kasus ini,” katanya.
Dia mengingatkan untuk mewujudkan zero rabies di kawasan seni ini, dibutuhkan pemahaman seluruh komponen masyarakat, yakni merawat anjing dengan baik berupa diikat atau dikurung hingga vaksinasi rutin setahun sekali. “Kami sebenarnya tidak ingin melakukan eliminasi, tapi kalau ingin menjaga anjing Bali, tolong secara bersama merawat anjing dengan baik,” pesannya. *nvi
1
Komentar