Pengungsi Balita Opname karena Sesak Napas
Orangtua Kehabisan Bekal, Dibantu Aparat Desa Kukuh
TABANAN, NusaBali
Pengungsi balita, I Komang Arya Adi Pradnyana, 8 bulan, menjalani rawat inap di Sal Anggrek BRSUD Tabanan sejak 30 Desember 2017 lantaran menderita sesak napas. Karena kehabisan bekal selama menunggu anaknya, orangtua Pradnyana dibantu oleh pihak Desa Kukuh, Kecamatan Marga, lantaran yang bersangkutan mengungsi di Banjar Lodalang, Desa Kukuh.
Ditemui di rumah sakit, Jumat (5/1), kondisi Pradnyana sudah lebih baik. Dan sudah bisa bermain. Menurut ibunya, Ni Nengah Mirah, anaknya sakit sejak Rabu (27/12) diawali batuk dan panas. Karena panasnya makin menjadi dia langsung dibawa ke UGD BRSUD Tabanan pada Sabtu (30/12) sore. “Panasnya waktu itu tinggi sekali dan susah napas,” tutur Mirah, warga Banjar Manik Aji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Saat itu Pradnyana, anak pertamanya, sangat rewel dan tidak bisa tidur. Setelah dirawat beberapa hari kesehatan anaknya semakin pulih, sesak napas, batuk, dan panasnya telah hilang. “Sekarang masih diare saja tetapi tidurnya sudah bisa nyenyak,” imbuh Mirah.
Diakui dia mengungsi di Tabanan kos di Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, bersama suami I Gede Mangku Yasa. Keseharian suaminya hanya bekerja sebagai pembuat bingkai ukiran. Meskipun penghasilannya tidak seberapa namun masih bisa mencukupi keperluan sehari-hari. Bahkan dia banyak dibantu oleh pihak Desa Kukuh. “Saya mengungsi ke Tabanan sejak Oktober 2017, sempat pulang tapi kembali lagi karena status Gunung Agung,” ujarnya.
Menurut dokter jaga, dr Liana, kondisi pasien Pradnyana sudah berangsur pulih. Saat datang pasien menderita diare akut dan radang paru. “Sekarang sudah membaik tinggal diare saja, tetapi instruksi pulang belum ada masih tunggu sampai sembuh total,” jelasnya.
Perbekel Kukuh I Made Sugianto membenarkan jika salah satu pengungsi I Komang Arya Ady Pradnyana dari Banjar Manik Aji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem menjalani opname di BRSUD Tabanan. Dikatakannya, karena orangtuanya kehabisan bekal, pihaknya sudah membantu dana untuk biaya makan dan minum selama menunggu pasien. Serta dibantu juga mengurus administrasi agar dalam berobat bisa tanpa biaya alias gratis. “Kami bantu bersama warga yang mau menyumbang,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika menjelaskan, sejumlah pengungsi saat ini masih ada di Tabanan. Memang ada beberapa yang ingin pulang, tetapi masih dikoordinasikan dengan petugas terkait. Sebab mereka yang pulang mayoritas pengungsi masuk dalam KRB.
Saat ini pengungsi masih tersebar di 10 kecamatan yang ada di Tabanan. Keseluruhan berjumlah sekitar 680-an orang. Terbanyak ada di Kecamatan Baturiti 303 orang. “Pengungsi masih ada, belum semua pulang kampung sebab status Gunung Agung masih awas juga,” tandasnya. *d
Ditemui di rumah sakit, Jumat (5/1), kondisi Pradnyana sudah lebih baik. Dan sudah bisa bermain. Menurut ibunya, Ni Nengah Mirah, anaknya sakit sejak Rabu (27/12) diawali batuk dan panas. Karena panasnya makin menjadi dia langsung dibawa ke UGD BRSUD Tabanan pada Sabtu (30/12) sore. “Panasnya waktu itu tinggi sekali dan susah napas,” tutur Mirah, warga Banjar Manik Aji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Saat itu Pradnyana, anak pertamanya, sangat rewel dan tidak bisa tidur. Setelah dirawat beberapa hari kesehatan anaknya semakin pulih, sesak napas, batuk, dan panasnya telah hilang. “Sekarang masih diare saja tetapi tidurnya sudah bisa nyenyak,” imbuh Mirah.
Diakui dia mengungsi di Tabanan kos di Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, bersama suami I Gede Mangku Yasa. Keseharian suaminya hanya bekerja sebagai pembuat bingkai ukiran. Meskipun penghasilannya tidak seberapa namun masih bisa mencukupi keperluan sehari-hari. Bahkan dia banyak dibantu oleh pihak Desa Kukuh. “Saya mengungsi ke Tabanan sejak Oktober 2017, sempat pulang tapi kembali lagi karena status Gunung Agung,” ujarnya.
Menurut dokter jaga, dr Liana, kondisi pasien Pradnyana sudah berangsur pulih. Saat datang pasien menderita diare akut dan radang paru. “Sekarang sudah membaik tinggal diare saja, tetapi instruksi pulang belum ada masih tunggu sampai sembuh total,” jelasnya.
Perbekel Kukuh I Made Sugianto membenarkan jika salah satu pengungsi I Komang Arya Ady Pradnyana dari Banjar Manik Aji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem menjalani opname di BRSUD Tabanan. Dikatakannya, karena orangtuanya kehabisan bekal, pihaknya sudah membantu dana untuk biaya makan dan minum selama menunggu pasien. Serta dibantu juga mengurus administrasi agar dalam berobat bisa tanpa biaya alias gratis. “Kami bantu bersama warga yang mau menyumbang,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika menjelaskan, sejumlah pengungsi saat ini masih ada di Tabanan. Memang ada beberapa yang ingin pulang, tetapi masih dikoordinasikan dengan petugas terkait. Sebab mereka yang pulang mayoritas pengungsi masuk dalam KRB.
Saat ini pengungsi masih tersebar di 10 kecamatan yang ada di Tabanan. Keseluruhan berjumlah sekitar 680-an orang. Terbanyak ada di Kecamatan Baturiti 303 orang. “Pengungsi masih ada, belum semua pulang kampung sebab status Gunung Agung masih awas juga,” tandasnya. *d
1
Komentar