Denpasar Tetap Gelar Tawur Agung
Kondisi Nyepi bertepatan dengan Nguncal Balung, juga beberapa kali pernah terjadi yakni tahun 2005 (10 Maret) dan tahun 2009 (25 Maret). Saat itu prosesnya seperti biasa artinya upacara Tawur Kesanga tetap dilakukan.
Meski Berada pada Nguncal Balung
DENPASAR, NusaBali
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938 yang jatuh pada 9 Maret 2016 mendatang berada pada nguncal balung, yakni rentang waktu mulai hari Galungan 10 Februari (Buda Kliwon Dunggulan) sampai 16 Maret (Buda Kliwon Paang). Menurut kepercayaan Hindu yang termuat dalam Lontar Swamandala, pada saat nguncal balung Ida Betara sedang melaksanakan yoga (mayoga). Terkait ini, paruman sulinggih se-Badung, yang melibatkan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP), Majelis Alit Desa Pakraman (MADP) dan Bendesa Adat se-Badung menghasilkan kesepakatan sementara tidak melaksanakan Tawur Kesanga dan Pamelastian. Namun, hasil paruman ini akan diserahkan ke Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali untuk dibahas kembali, sehingga menjadi satu kesatuan.
Berbeda dengan Badung, Kota Denpasar malah sudah memastikan akan tetap melaksanakan Tawur Agung sebagaimana biasanya. Bahkan persiapan telah dilakukan pada bagian Kesra Pemkot Denpasar. “Pada Tilem Kesanga dan Pangerupukan serangkaian Nyepi Saka 1938, Selasa 8 Maret mendatang, Denpasar tetap akan melaksanakan upacara pecaruan,” jelas Kabag Kesra Pemkot Denpasar Drs I Gusti Ngurah Bagus Mataram di kantornya, Kamis (28/1) kemarin.
Dia menegaskan bahwa semua persiapan terkait pecaruan sudah disiapkan. “Kami sudah sempat berkoordinasi dengan koordinator sulinggih Denpasar, Ida Pedanda Gede Telaga, Sanur mempertanyakan penyelenggaraan pecaruan tawur kesanga nanti. Karena ada wacana di Badung tidak akan menggelar upacara pecaruan pada Tilem Kesanga mendatang. Setelah kami koordinasikan dengan Ida Peranda, proses dan pelaksanaan pecaruan tetap berjalan seperti pada Tilem Kesanga sebelumnya,” ujarnya.
Dikatakan, sulinggih yang akan muput upacara pecaruan mendatang sudah pula disusun. Sulinggih yang dilibatkan pun dari semua unsur, yakni Sarwa Sadaka, Ciwa (Ida Pedanda Gede Telaga), Budha (Ida Peranda Istri Budha), Bujangga (Ida Resi Bujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti), Dukuh (Ida Jro Dukuh Udhalaka Dharma), Pande (Ida Sri Empu Dharma Sunu), dan Pasek (Ida Pandita Empu Jaya Putra Pemuteran). I Gusti Ngurah Bagus Mataram berharap semua kegiatan tawur di tingkat desa masih tetap seperti biasa. Termasuk nunas tirta usai Tawur Agung juga berjalan seperti biasa. “Kami berharap semua prajuru ada di masing-masing desa tidak bertanya-tanya terkait Tawur Kesanga ini. Kami informasikan semua berlangsung seperti biasa. Karena tidak ada kaitannya tawur dengan nguncal balung. Apalagi, Tilem Kesanga itu memang untuk menggelar upacara pecaruan,” jelasnya
Sementara itu, PHDI Provinsi Bali akan membahas pelaksanaan Tawur Agung pada 1 Februari mendatang. “Setiap tahun, masing-masing pengurus di kabupaten akan menggelar paruman (rapat,red) terkait pelaksanaan Nyepi termasuk segala upacara terkaitnya. Kami sudah mengetahui yang dari Badung (tanpa Tawur,red). Tapi keputusan kabupaten belumlah final,” kata Ketua PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana saat dikonfirmasi Minggu (24/1).
Menurut Sudiana, kondisi Nyepi bertepatan dengan Nguncal Balung, juga beberapa kali pernah dan akan terjadi lagi. "Tahun 2005 tanggal 10 Maret dan Tahun 2009 tanggal 25 Maret, kondisinya sama. Saat itu prosesnya seperti biasa artinya upacara Tawur Kesanga tetap dilakukan. Nanti tahun 2024 akan ketemu lagi," kata Sudiana.
Kendati dua periode sebelumnya tetap dilaksanakan seperti biasa, namun untuk tahun ini Sudiana belum bisa memberikan kepastian sebelum Paruman Agung digelar. Sementara ini, pihaknya masih menunggu hasil-hasil paruman dari masing-masing kabupaten/kota. "Setelahnya tangga 1 Februari nanti, kami di provinsi barulah menggelar paruman melibatkan pusat, walaka, kanwil, gubernur, termasuk pula penyusun kalender Bali. Sebelum ada hasil, kami (PHDI Bali,red) belum bisa memutuskan,” jelasnya.7 nv
1
Komentar