Rumah Terancam Ambruk, Sekeluarga Tinggal di Bekas Kandang Ayam
Tiga kepala keluarga (KK) yang tinggal satu pekarangan harus pindah tempat tinggal karena rumahnya rawan longsor.
BANGLI, NusaBali
Ketiga KK yang rumahnya terancam longsor itu masing-masing I Nyoman Sukanda, I Wayan Mada, dan Wayan Rumping. Mirisnya, keluarga Nyoman Sukanda memilih tinggal di bekas kandang ayam dan berdampingan dengan kandang sapi milik kerabatnya di Banjar/Desa Demulih, Kecamatan Susut Bangli.
Rumah Nyoman Sukanda dalam kondisi rusak parah. Tembok rumah ambruk, dinding retak, dan lantai anjlok. Sejak beberapa minggu terakhir ini, Sukanda dan keluarga memilih tinggal di bekas kandang ayam, berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Setelah kandang ayam dibersihkan, Sukanda lalu pasang gedeg untuk dinding. Kandang ayam itu pun disulap jadi satu ruangan kamar tidur untuk tempat Sukanda dan anak-anaknya istirahat.
‘Rumah’ baru keluarga Sukanda tidak sepenuhnya nyaman. Jika turun hujan lebat, air akan masuk ke dalam kamar berlantai tanah itu. “Agar kasur tidak basah. kami gunakan balok untuk alas kasur,” ungkap Sukanda, Minggu (7/1). Sukanda juga membuat kamar mandi darurat dengan dinding karung plastik dekat kandang sapi. Begitu pula untuk memasak menggunakan tungku. Air minum dari PDAM yang sudah terpasang sebelumnya. Untuk penerangan, Sukanda menyambung listrik di rumah tetangga terdekat.
Sukanda bersama istrinya, Ni Nyoman Suryati, mengungkapkan pondasi rumahnya ambrol akibat tanah yang labil. Sebelumnya, terjadi gempa dampak dari erupsi Gunung Agung, setelah itu turun hujan lebat. Selang beberapa waktu setelah hujan reda, tiba-tiba tembok kamar ambrol. “Syukur saat kejadian itu kondisi rumah yang terdiri dari dua kamar tidur kosong, sehingga keluarga kami selamat,” ungkapnya.
Satu kamar tersebut ditempati kedua anaknya, Ni Nengah Yuningsih dan Komang Arya, sedangkan satu kamar lagi ditempati Sukanda bersama istri. “Kondisi rumah saudara kami hampir sama, temboknya mulai retak dan lantainya mengalami penurunan,” ujarnya. Sukanda dan keluarga memilih pindah lantaran was-was mengingat rumah tetangganya, I Ketut Suwidnya juga rawan ambruk. Pondasi rumahnya sudah mulai retak dan rawan ambles. “Bila sampai pondasi rumah itu ambrol, materialnya akan menimpa rumah kami yang ada di bawahnya,” tuturnya.
Sukanda mengungkapkan, ayahnya, I Wayan Kerta, tidak mau diajak pindah. Menurut Sukanda, ayahnya bersikukuh untuk tetap tinggal di rumah. “Sudah beberapa kali saya rayu untuk tinggal bareng tapi tetap bersikukuh tinggal di rumah. Kebetulan kamarnya berada di posisi yang lebih aman,” jelas Sukanda. Sebagai masyarakat kurang mampu, Sukanda mengaku telah mendapat bantuan beras miskin, KIS, dan bantuan siswa miskin. Hanya saja terkait bencana yang menimpa rumahnya, Sukanda belum melapor. *e
Rumah Nyoman Sukanda dalam kondisi rusak parah. Tembok rumah ambruk, dinding retak, dan lantai anjlok. Sejak beberapa minggu terakhir ini, Sukanda dan keluarga memilih tinggal di bekas kandang ayam, berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Setelah kandang ayam dibersihkan, Sukanda lalu pasang gedeg untuk dinding. Kandang ayam itu pun disulap jadi satu ruangan kamar tidur untuk tempat Sukanda dan anak-anaknya istirahat.
‘Rumah’ baru keluarga Sukanda tidak sepenuhnya nyaman. Jika turun hujan lebat, air akan masuk ke dalam kamar berlantai tanah itu. “Agar kasur tidak basah. kami gunakan balok untuk alas kasur,” ungkap Sukanda, Minggu (7/1). Sukanda juga membuat kamar mandi darurat dengan dinding karung plastik dekat kandang sapi. Begitu pula untuk memasak menggunakan tungku. Air minum dari PDAM yang sudah terpasang sebelumnya. Untuk penerangan, Sukanda menyambung listrik di rumah tetangga terdekat.
Sukanda bersama istrinya, Ni Nyoman Suryati, mengungkapkan pondasi rumahnya ambrol akibat tanah yang labil. Sebelumnya, terjadi gempa dampak dari erupsi Gunung Agung, setelah itu turun hujan lebat. Selang beberapa waktu setelah hujan reda, tiba-tiba tembok kamar ambrol. “Syukur saat kejadian itu kondisi rumah yang terdiri dari dua kamar tidur kosong, sehingga keluarga kami selamat,” ungkapnya.
Satu kamar tersebut ditempati kedua anaknya, Ni Nengah Yuningsih dan Komang Arya, sedangkan satu kamar lagi ditempati Sukanda bersama istri. “Kondisi rumah saudara kami hampir sama, temboknya mulai retak dan lantainya mengalami penurunan,” ujarnya. Sukanda dan keluarga memilih pindah lantaran was-was mengingat rumah tetangganya, I Ketut Suwidnya juga rawan ambruk. Pondasi rumahnya sudah mulai retak dan rawan ambles. “Bila sampai pondasi rumah itu ambrol, materialnya akan menimpa rumah kami yang ada di bawahnya,” tuturnya.
Sukanda mengungkapkan, ayahnya, I Wayan Kerta, tidak mau diajak pindah. Menurut Sukanda, ayahnya bersikukuh untuk tetap tinggal di rumah. “Sudah beberapa kali saya rayu untuk tinggal bareng tapi tetap bersikukuh tinggal di rumah. Kebetulan kamarnya berada di posisi yang lebih aman,” jelas Sukanda. Sebagai masyarakat kurang mampu, Sukanda mengaku telah mendapat bantuan beras miskin, KIS, dan bantuan siswa miskin. Hanya saja terkait bencana yang menimpa rumahnya, Sukanda belum melapor. *e
Komentar