Petang, Abiansemal, Mengwi Rawan Longsor
BPBD Badung berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan menyiagakan alat berat di kantor Kecamatan Petang.
MANGUPURA, NusaBali
Musim penghujan, sejumlah daerah di Badung mendapat atensi lebih karena rawan bencana tanah longsor. Daerah yang menjadi atensi adalah Kecamatan Petang, Abiansemal, dan sebagian wilayah Mengwi. Mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerjasama dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) telah menyiagakan alat berat di wilayah Petang.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Bina Marga. Satu alat berat kami siagakan di kantor Kecamatan Petang. Karena pengalaman selama ini musibah tanah longsor kerap terjadi di Petang. Kalau terjadi apa-apa kan jauh jaraknya dari Puspem Badung (di Sempidi, Mengwi, Red),” kata Kepala BPBD Kabupaten Badung Nyoman Wijaya, Jumat (29/1).
Di Petang, dari hasil pemetaan yang dilakukan, tingkat kerawanan akan terjadinya longsor merata di semua desa. Ada tujuh desa di Petang, yakni Desa Beloksidan, Pelaga, Sulangai, Petang, Pangsan, Getasan, dan Carangsari. “Wilayahnya kebetulan pegunungan, jadi rawan akan terjadinya longsor. Tak hanya longsor tapi juga angin kencang juga rawan di Petang,” ungkap Wijaya.
Sedangkan untuk Abiansemal dan Mengwi, Wijaya menambahkan, hanya sebagian daerah saja yang rawan. “Di Abiansemal itu contohnya di Pasar Latu, dan kalau di Mengwi yakni di Penarungan dan Sempidi. Yang jelas tidak semua,” bebernya.
Mengantisipasi segala kemungkinan terburuk, pihaknya memastikan sudah memasang rambu-rambu peringatan pada titik paling rawan. Bahkan dengan Dinas BMP Badung, sudah sepakat menyiagakan satu alat berat di kantor Kecamatan Petang. Dan pihak kecamatan disebutkan sudah menyetujui.
Dikatakannya, selain rawan longsor wilayah Badung juga rawan terjadi gempa bumi dan angin kencang/puting beliung. BPBD mengidentifikasi hampir merata di seluruh kecamatan. Sementara, kawasan rawan terjadinya banjir paling rawan di Kecamatan Kuta. Karena pengalaman tahun lalu, curah hujan yang tinggi menyebabkan air dari Tukad Mati meluap dan mengakibatkan Kuta banjir.
Masih di wilayah Kuta, lanjut Wijaya, juga rawan terjadinya tsunami. Tsunami bisa juga terjadi di Kuta Utara dan Kuta Selatan.
Untuk mengantisipasi kerawanan pohon tumbang karena angin kencang, pihaknya mengklaim sudah intens berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Terutama dalam hal pemangkasan pohon perindang. Begitu juga dengan pihak PLN. Sehingga kalau terjadi bencana pohon tumbang dan listrik padam, bisa langsung ditindaklanjuti.
Wijaya juga menegaskan sudah berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya; dalam hal ini Dinas Pemadam Kebakaran, BMP, DKP, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, DCK, Dinas Kesehatan, RSUD Badung, PMI, pihak PLN, PDAM, Basarnas, TNI, dan Polri. “Kami koordinasi bersama-sama mengantisipasi bila mana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Bagaimana kesiapan personel, peralatan, serta sarana dan prasarana? Menurut Wijaya, kekuatan personel yang dimiliki diterjunkan penuh. Jumlahnya 35 orang. Para personel ini terbagi menjadi tiga shift jaga. Pertama dari pukul 07.00 sampai 15.30 Wita, kemudian dilanjutkan dengan shift kedua dari pukul 15.30 sampai 22.00 Wita. Dan shift terakhir dari pukul 22.00 Wita sampai pagi.
“Mereka standby 24 jam di pos jaga. Tapi bila sewaktu-waktu dibutuhkan, seluruh personel ini kami turunkan seluruhnya. Seperti kejadian pohon tumbang beberapa waktu lalu (Rabu, 27/1), itu kan terjadi di 11 titik secara bersamaan. Jadi kami terjunkan seluruhnya (35 personel),” kata Wijaya. 7 asa
Komentar