Pasebaya Gunung Agung Pasang Portal Permanen
Banyak wisatawan dan oknum berdalih sembahyang namun kenyataannya mendaki Gunung Agung.
AMLAPURA, NusaBali
Relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem pun merasa kecolongan. Tak ingin kecolongan lagi, relawan Pasebaya Gunung Agung kembali pasang portal permanen lengkap dengan gembok dan pipa besi agar sepeda motor lewat. Ketua Pasebaya, I Gede Pawana, yang memimpin pemasangan portal di dua titik di jalur mendaki Gunung Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Rabu (10/1) malam.
Portal yang terpasang sebelumnya dipasag di depan bangunan embung Desa Sebudi dan di dekat jaba Pura Pasar Agung lengkap dengan gembok. “Kali ini dipasang lebih rapat agar sepeda motor tidak bisa lewat. Kemarin sepeda motor diselundupkan di bagian bawah,” jelas Gede Pawana. Dikatakan, tidak hanya wisatawan yang nekat mendaki Gunung Agung walau telah dipasangi portal dan tanda larangan, warga lokal juga nekat melanggar ketentuan pemerintah.
Gede Pawana mengaku heran dengan masyarakat yang nekat berwisata naik Gunung Agung. “Kan sudah jelas, radius 6 kilometer dari kawah Gunung Agung berbahaya dan dilarang, makanya jangan berwisata ke Gunung Agung, kan masih banyak objek wisata yang aman untuk dikunjungi,” kata perbekel yang identik dengan warna poleng ini. Sementara Sekretaris Pasebaya I Wayan Suara mengatakan, selama ini berupaya berjuang mengedukasi masyarakat agar mengerti dari KRB III wajib mengungsi dan dilarang mendaki Gunung Agung. “Tetap saja ada yang membandel, jalan satu-satunya menutup rapat dengan portal permanen, agar steril dari aktivitas mendaki Gunung Agung,” kata Wayan Suara yang Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.
Sedangkan relawan, I Komang Eka Semara Putra, mengatakan gara-gara ada enam orang mendaki Gunung Agung kemudian tersesat, relawan Pasebaya Gunung Agung selama dua hari disibukkan mengurus pendaki itu. “Relawan yang terjun ke lapangan, termasuk saya, sampai tidak tidur. Menginap di lereng Gunung Agung, besoknya mendaki Gunung Agung mengevakuasi pendaki yang tersesat,” katanya. *k16
Portal yang terpasang sebelumnya dipasag di depan bangunan embung Desa Sebudi dan di dekat jaba Pura Pasar Agung lengkap dengan gembok. “Kali ini dipasang lebih rapat agar sepeda motor tidak bisa lewat. Kemarin sepeda motor diselundupkan di bagian bawah,” jelas Gede Pawana. Dikatakan, tidak hanya wisatawan yang nekat mendaki Gunung Agung walau telah dipasangi portal dan tanda larangan, warga lokal juga nekat melanggar ketentuan pemerintah.
Gede Pawana mengaku heran dengan masyarakat yang nekat berwisata naik Gunung Agung. “Kan sudah jelas, radius 6 kilometer dari kawah Gunung Agung berbahaya dan dilarang, makanya jangan berwisata ke Gunung Agung, kan masih banyak objek wisata yang aman untuk dikunjungi,” kata perbekel yang identik dengan warna poleng ini. Sementara Sekretaris Pasebaya I Wayan Suara mengatakan, selama ini berupaya berjuang mengedukasi masyarakat agar mengerti dari KRB III wajib mengungsi dan dilarang mendaki Gunung Agung. “Tetap saja ada yang membandel, jalan satu-satunya menutup rapat dengan portal permanen, agar steril dari aktivitas mendaki Gunung Agung,” kata Wayan Suara yang Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.
Sedangkan relawan, I Komang Eka Semara Putra, mengatakan gara-gara ada enam orang mendaki Gunung Agung kemudian tersesat, relawan Pasebaya Gunung Agung selama dua hari disibukkan mengurus pendaki itu. “Relawan yang terjun ke lapangan, termasuk saya, sampai tidak tidur. Menginap di lereng Gunung Agung, besoknya mendaki Gunung Agung mengevakuasi pendaki yang tersesat,” katanya. *k16
Komentar