Khawatir Dampaknya, Pemerintah Diharap Turun Tangan
Buntut Penutupan Sejumlah Outlet Hardys
DENPASAR, NusaBali
Khawatir dengan dampaknya, pemerintah diharapkan turun tangan menyusul penutupan 5 outlet Hardys yakni di Negara (Jembrana), Buleleng, Tabanan, dan Panjer (Denpasar). Selain menyangkut penyelesaian aspek ketenagakerjaan seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), juga berdampak terhadap aspek bisnis ekonomis. Dikhawatiri persoalan Hardys ini bisa berimbas ketidakpercayaan investor untuk investasi ritel di Bali.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali I Gusti Ketut Sumardayasa mengutarakan hal itu, Kamis (11/1). “Pemerintah bisa memfasilitasi persoalan Hardys ini,” ujar IGK Sumardayasa didampingi Sekretaris Aprindo I Made Abdi Negara.
Sumardayasa menyatakan Aprindo siap diajak rembug untuk memfasilitasi persoalan Hardys. “Kita khawatir kondisi ini berimbas dan memunculkan anggapan bisnis ritel tidak kondusif di Bali,” jelasnya. Padahal kata dia, kondisinya tidak demikian. Bisnis ritel di Bali masih prospek, malah ada yang ekpansi. Itu artinya kondisi bisnis ritel masih kondusif. “Karena itulah kita harap pemerintah, baik Pemprov atau Pemkab/Pemkot turun tangan, sehingga tidak sampai terjadi kepanikan,” kata Sumardayasa.
Ditambahkan Abdi Negara, Aprindo siap melakukan pendampingan dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk sama-sama menyikapi. “Dalam kondisi seperti ini baiknya kita bergandengan tangan, saling mendukung untuk kemudian bisa bangkit bersama” ujarnya.
Terkait kabar penutupan sejumlah Outlet Hardys di Bali ini, Abdi Negara menduga karena masalah internal manajemen yang sangat pelik. Menurutnya, gejala-gejala permasalahan di internal Hardys, sebenarnya sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2016 baik dari sisi kelengkapan barang dan permasalahan dengan pihak supplier dan perbankan. “Tampaknya permasalahan ini tidak bisa diselesaikan oleh manajemen baru,” kata Abdi yang mengaku belum bisa menghubungi pemilik baru Hardys.
Sebelumnya, dengan alasan yang masih belum jelas, 5 outlet Hardys yang tersebar di Bali dikabarkan telah ditutup. Pemilik Hardys I Gede Sedana, pengusaha muda asal Singaraja, tak berhasil diminta konfirmasinya terkait penutupan sejumlah outlet Hardys tersebut.
Sementara Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Bali Luh Made Wiratmi menyatakan, belum mendapat laporan terkait penutupan sejumlah outlet Hardys khususnya dalam kaitan dampaknya terhadap karyawan/tenaga kerja. “Penyelesainnya masalah ketenagakerjaan itu berjenjang, dari Kabupaten/Pemkot,” ujar Luh Wiratmi. Jika di tingkat Kabupaten/Kota mentok, barulah fasilitasi penyelesaiannya di Provinsi. Dia berharap, apa yang diputuskan terkait masalah ketenagaan kerjaan termasuk di Hardys, sudah diselesaikan lewat mekanisme, yakni penyelesaian bipartite yakni antara pengusaha dan karyawan. *k17
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali I Gusti Ketut Sumardayasa mengutarakan hal itu, Kamis (11/1). “Pemerintah bisa memfasilitasi persoalan Hardys ini,” ujar IGK Sumardayasa didampingi Sekretaris Aprindo I Made Abdi Negara.
Sumardayasa menyatakan Aprindo siap diajak rembug untuk memfasilitasi persoalan Hardys. “Kita khawatir kondisi ini berimbas dan memunculkan anggapan bisnis ritel tidak kondusif di Bali,” jelasnya. Padahal kata dia, kondisinya tidak demikian. Bisnis ritel di Bali masih prospek, malah ada yang ekpansi. Itu artinya kondisi bisnis ritel masih kondusif. “Karena itulah kita harap pemerintah, baik Pemprov atau Pemkab/Pemkot turun tangan, sehingga tidak sampai terjadi kepanikan,” kata Sumardayasa.
Ditambahkan Abdi Negara, Aprindo siap melakukan pendampingan dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk sama-sama menyikapi. “Dalam kondisi seperti ini baiknya kita bergandengan tangan, saling mendukung untuk kemudian bisa bangkit bersama” ujarnya.
Terkait kabar penutupan sejumlah Outlet Hardys di Bali ini, Abdi Negara menduga karena masalah internal manajemen yang sangat pelik. Menurutnya, gejala-gejala permasalahan di internal Hardys, sebenarnya sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2016 baik dari sisi kelengkapan barang dan permasalahan dengan pihak supplier dan perbankan. “Tampaknya permasalahan ini tidak bisa diselesaikan oleh manajemen baru,” kata Abdi yang mengaku belum bisa menghubungi pemilik baru Hardys.
Sebelumnya, dengan alasan yang masih belum jelas, 5 outlet Hardys yang tersebar di Bali dikabarkan telah ditutup. Pemilik Hardys I Gede Sedana, pengusaha muda asal Singaraja, tak berhasil diminta konfirmasinya terkait penutupan sejumlah outlet Hardys tersebut.
Sementara Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Bali Luh Made Wiratmi menyatakan, belum mendapat laporan terkait penutupan sejumlah outlet Hardys khususnya dalam kaitan dampaknya terhadap karyawan/tenaga kerja. “Penyelesainnya masalah ketenagakerjaan itu berjenjang, dari Kabupaten/Pemkot,” ujar Luh Wiratmi. Jika di tingkat Kabupaten/Kota mentok, barulah fasilitasi penyelesaiannya di Provinsi. Dia berharap, apa yang diputuskan terkait masalah ketenagaan kerjaan termasuk di Hardys, sudah diselesaikan lewat mekanisme, yakni penyelesaian bipartite yakni antara pengusaha dan karyawan. *k17
Komentar