Tim SAR Hentikan Pencarian Pekak Kandi
Selain pencarian yang dilakukan Tim SAR, upaya niskala juga ditempuh keluarga. Ada lebih dari lima orang paranormal dimintai petunjuk.
NEGARA, NusaBali
Tim SAR Gabungan Jembrana, Jumat (12/1), menghentikan operasi pencarian terhadap pekak (kakek) I Wayan Kandi, 70, asal Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, yang dilaporkan hilang dari rumahnya, Minggu (7/1) malam. Operasi dihentikan setelah empat hari, Senin (8/1) hingga Kamis (11/1), pencarian tidak membuahkan hasil ataupun petunjuk tanda-tanda keberadaan pekak Kandi.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Jumat kemarin, mengatakan, selama empat hari operasi pencarian sudah dilakukan penyisiran seputaran kawasan hutan sekitar tempat tinggal pekak Kandi. Bahkan pada hari terakhir, Kamis (11/1), dilakukan operasi pencarian besar-besaran melibatkan 35 personel BPBD, 12 personel SAR, 35 personel Polsek Pekutatan, 12 personel Koramil Pekutatan, dan ratusan masyarakat dari lima tempek se-Banjar Adat Badingkayu.
Dalam operasi pencarian besar-besaran tersebut, kata Eko, semua berkumpul di Bale Banjar Badingkayu, dan menyisir seluruh penjuru arah mata angin. Masing-masing 1 tempek menyisir wilayah tenggara (timur-selatan), 1 tempek menyisir wilayah timur laut (timur-utara), 1 tempek menyisir wilayah barat laut (barat-utara), dan 2 tempek menyisir wilayah barat daya (barat-selatan). Namun dari hasil pencarian mulai pukul 07.00 hingga 13.00 Wita atau selama 6 jam, dengan mongobok-obok kawasan hutan sekitar hingga masuk Sungai Yeheleh, yang berbatasan langsung dengan Selabih, Tabanan, tidak membuahkan hasil apapun.
“Kami pastikan sudah memaksimalkan upaya pencarian, dan semua kawasan hutan sudah kami sisir. Tetapi, ya tidak ada tanda-tanda apapun,” ujar Eko yang juga warga Banjar Badingkayu.
Eko yang memiliki hubungan keluarga sepupu dengan pekak Kandi, mengatakan, pihak keluarga juga bingung harus bagaimana menemukan pekak Kandi. Pasalnya, berbagai cara pencarian sudah dilakukan. Mulai menyebar informasi ke warga maupu keluarga, namun tidak ada satu pun yang melihat ke mana arah pekak Kandi pergi setelah diketahui menghilang, Minggu (7/1) malam. Termasuk sudah diupayakan meminta petunjuk sejumlah paranormal, namun belum membuahkan hasil. “Sudah ada lebih dari lima paranomal sempat dimintai bantuan. Bahkan mencari paranormal sampai di Melaya. Ada juga keluarga di Denpasar, pun menanyakan hal serupa. Kebetulan ada juga paranormal yang ikut sampai turun mencari malam-malam ke tengah hutan, tetapi tetap tidak ada hasil,” tambah Eko yang juga mantan Camat Pekutatan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pekak Kandi yang terakhir diketahui dalam kondisi sakit, menghilang dari rumahnya, Minggu (7/1) sekitar pukul 22.30 Wita. Terakhir yang bersangkutan diketahui sedang beristirahat di kamar rumahnya karena sakit pada Minggu malam tersebut. Ketika meninggal rumah itu, pekak Kandi mengenakan baju kaos warna kuning dan celana training warna biru, dan sandal jepit warna putih dengan tali warna biru. *ode
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Jumat kemarin, mengatakan, selama empat hari operasi pencarian sudah dilakukan penyisiran seputaran kawasan hutan sekitar tempat tinggal pekak Kandi. Bahkan pada hari terakhir, Kamis (11/1), dilakukan operasi pencarian besar-besaran melibatkan 35 personel BPBD, 12 personel SAR, 35 personel Polsek Pekutatan, 12 personel Koramil Pekutatan, dan ratusan masyarakat dari lima tempek se-Banjar Adat Badingkayu.
Dalam operasi pencarian besar-besaran tersebut, kata Eko, semua berkumpul di Bale Banjar Badingkayu, dan menyisir seluruh penjuru arah mata angin. Masing-masing 1 tempek menyisir wilayah tenggara (timur-selatan), 1 tempek menyisir wilayah timur laut (timur-utara), 1 tempek menyisir wilayah barat laut (barat-utara), dan 2 tempek menyisir wilayah barat daya (barat-selatan). Namun dari hasil pencarian mulai pukul 07.00 hingga 13.00 Wita atau selama 6 jam, dengan mongobok-obok kawasan hutan sekitar hingga masuk Sungai Yeheleh, yang berbatasan langsung dengan Selabih, Tabanan, tidak membuahkan hasil apapun.
“Kami pastikan sudah memaksimalkan upaya pencarian, dan semua kawasan hutan sudah kami sisir. Tetapi, ya tidak ada tanda-tanda apapun,” ujar Eko yang juga warga Banjar Badingkayu.
Eko yang memiliki hubungan keluarga sepupu dengan pekak Kandi, mengatakan, pihak keluarga juga bingung harus bagaimana menemukan pekak Kandi. Pasalnya, berbagai cara pencarian sudah dilakukan. Mulai menyebar informasi ke warga maupu keluarga, namun tidak ada satu pun yang melihat ke mana arah pekak Kandi pergi setelah diketahui menghilang, Minggu (7/1) malam. Termasuk sudah diupayakan meminta petunjuk sejumlah paranormal, namun belum membuahkan hasil. “Sudah ada lebih dari lima paranomal sempat dimintai bantuan. Bahkan mencari paranormal sampai di Melaya. Ada juga keluarga di Denpasar, pun menanyakan hal serupa. Kebetulan ada juga paranormal yang ikut sampai turun mencari malam-malam ke tengah hutan, tetapi tetap tidak ada hasil,” tambah Eko yang juga mantan Camat Pekutatan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pekak Kandi yang terakhir diketahui dalam kondisi sakit, menghilang dari rumahnya, Minggu (7/1) sekitar pukul 22.30 Wita. Terakhir yang bersangkutan diketahui sedang beristirahat di kamar rumahnya karena sakit pada Minggu malam tersebut. Ketika meninggal rumah itu, pekak Kandi mengenakan baju kaos warna kuning dan celana training warna biru, dan sandal jepit warna putih dengan tali warna biru. *ode
Komentar