Kredit Tumbuh 8,1% Sepanjang 2017
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Rijanto, Jumat, mengatakan pertumbuhan tahunan kredit perbankan sepanjang 2017 sebesar 8,1 persen (year on year/yoy), atau meningkat tipis dibandingkan 2016 yang sebesar 7,8 persen (yoy).
JAKARTA, NusaBali
Realisasi pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan proyeksi Bank Sentral yang berada di bias bawah proyeksi pertumbuhan kredit sebesar 8-10 persen. "Pertumbuhan kredit 2017 sebesar 8,1 persen setahun penuh. Namun, yang luar biasa sekali adalah pembiayaan dari pasar modal juga meningkatnya luar biasa," ujar Erwin di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta.
Di sisi lain, Erwin menyebutkan pembiayaan yang disalurkan terhadap kegiatan ekonomi melalui instrumen surat utang tumbuh pesat, dan mengkompensasi lambannya pertumbuhan kredit perbankan. Pertumbuhan pembiayaan di pasar modal sepanjang 2017, kata Erwin, melebihi 35 persen. "Sehingga kalau kita jumlah itu akan jauh lebih besar. Kira-kira hampir sekitar 11 persen karena pasar modal kita di atas 35 persen," ujar dia. Sayangnya, Erwin belum merinci lebih lanjut pendorong pertumbuhan kredit di akhir 2017.
Sementara itu, menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, pertumbuhan kredit 2017, masih berpeluang menyentuh dua digit atau 10 persen. Pasalnya, kata Wimboh, di akhir 2017 atau Desember 2017, pertumbuhan penyaluran kredit menggeliat, mengingat permintaan pembiayaan juga meningkat baik dari korporasi maupun individu.
Wimboh menyebut kredit konsumsi dan kredit modal kerja menjadi penopang pertumbuhan kredit di akhir tahun. "Tapi memang masih 'missed' (meleset) jika berdasarkan Rencana Bisnis Bank yang sebesar 11,8 persen. Tapi masih mendekati dua digit untuk pertumbuhannya," ujar dia.
BI dan OJK sama-sama memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan pulih pada 2018, karena kondisi ekonomi domestik yang membaik dan konsolidasi perbankan yang segera tuntas. Dua regulator tersebut memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan di 2018 sebesar 10-12 persen (yoy).*ant
Di sisi lain, Erwin menyebutkan pembiayaan yang disalurkan terhadap kegiatan ekonomi melalui instrumen surat utang tumbuh pesat, dan mengkompensasi lambannya pertumbuhan kredit perbankan. Pertumbuhan pembiayaan di pasar modal sepanjang 2017, kata Erwin, melebihi 35 persen. "Sehingga kalau kita jumlah itu akan jauh lebih besar. Kira-kira hampir sekitar 11 persen karena pasar modal kita di atas 35 persen," ujar dia. Sayangnya, Erwin belum merinci lebih lanjut pendorong pertumbuhan kredit di akhir 2017.
Sementara itu, menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, pertumbuhan kredit 2017, masih berpeluang menyentuh dua digit atau 10 persen. Pasalnya, kata Wimboh, di akhir 2017 atau Desember 2017, pertumbuhan penyaluran kredit menggeliat, mengingat permintaan pembiayaan juga meningkat baik dari korporasi maupun individu.
Wimboh menyebut kredit konsumsi dan kredit modal kerja menjadi penopang pertumbuhan kredit di akhir tahun. "Tapi memang masih 'missed' (meleset) jika berdasarkan Rencana Bisnis Bank yang sebesar 11,8 persen. Tapi masih mendekati dua digit untuk pertumbuhannya," ujar dia.
BI dan OJK sama-sama memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan pulih pada 2018, karena kondisi ekonomi domestik yang membaik dan konsolidasi perbankan yang segera tuntas. Dua regulator tersebut memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan di 2018 sebesar 10-12 persen (yoy).*ant
1
Komentar