Pertama Kali Terjadi, Penyebab Kematian Diteliti oleh Dosen Undiksha
Habitat satwa langka ikan Mola–mola adalah di perairan Nusa Penida, Klungkung. Seekor Mola–mola seberat 100 kg yang terdampar di Pantai Kampung Baru, Buleleng, kini diteliti oleh dosen Undiksha.
Ikan Mola-mola Ditemukan Terdampar di Pantai Kampung Baru, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Seekor ikan Mola–mola yang lebih sering dijumpai di laut dalam Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ditemukan terdampar di Pantai Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada Jumat (12/1) sekitar pukul 17.00 Wita oleh nelayan setempat. Kondisi ikan sepanjang 173 centimetre, lebar 130 centimeter, dan berat sekitar 100 kilogram yang dalam kondisi mati itu pun menjadi tontonan warga sekitar.
Hingga Jumat malam, penelitian atas penyebab kematian ikan Mola–mola itu masih dilakukan oleh dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dan Dinas Perikanan Kabupaten Buleleng.
Kepala Dinas Perikanan Buleleng Ni Made Arnika ditemui Jumat malam di Pantai Kampung Baru, menyebutkan temuan ikan Mola–mola di laut Buleleng ini baru pertama kalinya.
Karena menurutnya ikan yang tergolong satwa langka itu habitatnya bukan di laut Buleleng, melainkan di laut kedalaman 150-300 meter. Bahkan di Bali ikan Mola–mola hanya ditemukan hidup di laut Nusa Penida dan Lembongan, Kabupaten Klungkung. “Memang langka, hanya saja di Indonesia belum termasuk hewan yang dilindungi, sehingga kami belum ada SOP jelas untuk penanganannya,” kata dia.
Informasinya, ikan Mola–mola awalnya ditemukan masih hidup dan beberapa nelayan berupaya membawa kembali ke tengah laut. Namun upaya penyelamatan yang dilakukan tiga kali itu tidak membuahkan hasil dan ikan Mola–mola itu terus terdampar hingga akhirnya mati.
Dinas Perikanan Buleleng berencana mengubur atau mengembalikannya kembali ke laut, setelah penelitian dari Undiksha untuk mencari tahu penyebab kematian ikan itu selesai.
Dosen Jurusan Perikanan dan Keluatan Undiksha Singaraja I Gede Iwan Setia Budi, yang ditemui di lokasi juga mengatakan sejauh ini belum mengetahi secara pasti penyebab kematian ikan Mola–mola itu. Pihaknya selain mengukur panjang, lebar, dan berat ikan juga mengambil sampel DNA pada bagian hati, isi perut, dan daging ikan. Sampel DNA itu akan diteliti untuk mengetahui penyebab pasti kematian ikan.
“Apakah kena jaring atau kena benturan benda, kami belum tahu pasti. Yang jelas laut Buleleng bukan habitat mereka,” katanya. Dia pun tidak yakin penyebab kematian ikan Mola–mola disebabkan karena pengaruh cuaca buruk. Sebab habitat ikan Mola–mola yang hidup di kedalaman laut ratusan meter tidak akan terpengaruh oleh cuaca buruk gelombang pasang yang terjadi di batas kedalaman tertentu.
Untuk diketahui, ikan Mola–mola atau disebut juga sun fish adalah ikan bertulang terbesar di dunia. Konon, tulang ikan Mola–mola dewasa beratnya bisa mencapai 1.000 kilogram. Bentuknya bulat, pipih, dan besar. Berat rata-rata ikan ini 2,2 ton, bahkan ada yang mencapai 5,1 ton. Panjangnya antara 3 meter sampai 4 meter.
Tidak seperti ikan-ikan lain, Mola–mola tidak mempunyai sirip ekor. Tetapi, mereka memiliki sirip yang menyambung dari atas sampai ke bagian bawah perut, disebut juga dengan calvus. Karena bentuk tubuh yang tidak biasa ini, mereka tidak bisa bergerak dengan cepat dan melawan arus.
Ikan ini juga dijuluki sun fish atau ikan matahari karena kebiasaannya yang suka berjemur untuk menghangatkan diri. Karena walaupun hidup di laut, ikan Mola–mola alergi terhadap air dingin. Ikan Mola–mola tidak dapat hidup pada suhu di bawah 12 derajat Celcius.
Saat ikan Mola–mola berjemur, ikan-ikan terumbu karang akan mendekat dan memakan parasit yang ada di kulit ikan Mola–mola. Walaupun bentuknya yang besar dan tidak biasa, namun Mola–mola tidak berbahaya. Ikan Mola–mola sering pelan-pelan menghampiri penyelam untuk sekadar ‘menyapa’ atau memperhatikan. Mola-mola juga bukan predator. Makanan mereka adalah ubur-ubur. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Seekor ikan Mola–mola yang lebih sering dijumpai di laut dalam Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ditemukan terdampar di Pantai Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada Jumat (12/1) sekitar pukul 17.00 Wita oleh nelayan setempat. Kondisi ikan sepanjang 173 centimetre, lebar 130 centimeter, dan berat sekitar 100 kilogram yang dalam kondisi mati itu pun menjadi tontonan warga sekitar.
Hingga Jumat malam, penelitian atas penyebab kematian ikan Mola–mola itu masih dilakukan oleh dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dan Dinas Perikanan Kabupaten Buleleng.
Kepala Dinas Perikanan Buleleng Ni Made Arnika ditemui Jumat malam di Pantai Kampung Baru, menyebutkan temuan ikan Mola–mola di laut Buleleng ini baru pertama kalinya.
Karena menurutnya ikan yang tergolong satwa langka itu habitatnya bukan di laut Buleleng, melainkan di laut kedalaman 150-300 meter. Bahkan di Bali ikan Mola–mola hanya ditemukan hidup di laut Nusa Penida dan Lembongan, Kabupaten Klungkung. “Memang langka, hanya saja di Indonesia belum termasuk hewan yang dilindungi, sehingga kami belum ada SOP jelas untuk penanganannya,” kata dia.
Informasinya, ikan Mola–mola awalnya ditemukan masih hidup dan beberapa nelayan berupaya membawa kembali ke tengah laut. Namun upaya penyelamatan yang dilakukan tiga kali itu tidak membuahkan hasil dan ikan Mola–mola itu terus terdampar hingga akhirnya mati.
Dinas Perikanan Buleleng berencana mengubur atau mengembalikannya kembali ke laut, setelah penelitian dari Undiksha untuk mencari tahu penyebab kematian ikan itu selesai.
Dosen Jurusan Perikanan dan Keluatan Undiksha Singaraja I Gede Iwan Setia Budi, yang ditemui di lokasi juga mengatakan sejauh ini belum mengetahi secara pasti penyebab kematian ikan Mola–mola itu. Pihaknya selain mengukur panjang, lebar, dan berat ikan juga mengambil sampel DNA pada bagian hati, isi perut, dan daging ikan. Sampel DNA itu akan diteliti untuk mengetahui penyebab pasti kematian ikan.
“Apakah kena jaring atau kena benturan benda, kami belum tahu pasti. Yang jelas laut Buleleng bukan habitat mereka,” katanya. Dia pun tidak yakin penyebab kematian ikan Mola–mola disebabkan karena pengaruh cuaca buruk. Sebab habitat ikan Mola–mola yang hidup di kedalaman laut ratusan meter tidak akan terpengaruh oleh cuaca buruk gelombang pasang yang terjadi di batas kedalaman tertentu.
Untuk diketahui, ikan Mola–mola atau disebut juga sun fish adalah ikan bertulang terbesar di dunia. Konon, tulang ikan Mola–mola dewasa beratnya bisa mencapai 1.000 kilogram. Bentuknya bulat, pipih, dan besar. Berat rata-rata ikan ini 2,2 ton, bahkan ada yang mencapai 5,1 ton. Panjangnya antara 3 meter sampai 4 meter.
Tidak seperti ikan-ikan lain, Mola–mola tidak mempunyai sirip ekor. Tetapi, mereka memiliki sirip yang menyambung dari atas sampai ke bagian bawah perut, disebut juga dengan calvus. Karena bentuk tubuh yang tidak biasa ini, mereka tidak bisa bergerak dengan cepat dan melawan arus.
Ikan ini juga dijuluki sun fish atau ikan matahari karena kebiasaannya yang suka berjemur untuk menghangatkan diri. Karena walaupun hidup di laut, ikan Mola–mola alergi terhadap air dingin. Ikan Mola–mola tidak dapat hidup pada suhu di bawah 12 derajat Celcius.
Saat ikan Mola–mola berjemur, ikan-ikan terumbu karang akan mendekat dan memakan parasit yang ada di kulit ikan Mola–mola. Walaupun bentuknya yang besar dan tidak biasa, namun Mola–mola tidak berbahaya. Ikan Mola–mola sering pelan-pelan menghampiri penyelam untuk sekadar ‘menyapa’ atau memperhatikan. Mola-mola juga bukan predator. Makanan mereka adalah ubur-ubur. *k23
1
Komentar