Selasar Gedung BEI Ambruk, 72 Orang Terluka
Selasar di Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan, mendadak ambruk, Senin (15/1) siang pukul 11.56 WIB.
JAKARTA, NusaBali
Akibat musibah ini, 72 korban yang didominasi mahasiswa terluka, hingga harus dilarikan ke berbagai rumah sakit. Selasar Tower II Gedung BEI yang ambruk ini tingginya mencapai 6 meter. Selasar ambruk sepanjang 30 meter. Seorang pekerja di Tower II BEI, Sugeng, 35, sempat melihat puluhan mahasiswa berdiri di selasar sesaat sebelum tempat itu ambruk. Mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Sumatra Selatan tersebut sedang melakukan kunjungan ke Kantor BEI.
Setelah melihat rombongan mahasiswa tersebut, Sugeng kemudian menuju kantornya yang berada di Lantai 16. Namun, sesaat setelah itu, dia mendengar suara gemuruh. Sugeng kaget melihat selasar sudah ambruk. Menurut Sugeng, suara selasar jatuh terdengar dari Lantai 16. "Suaranya kayak orang bawa barang jatuh, gitu,” ungkap Sugeng.
Sesaat setelah selasar jatuh berikut rombongan mahasiswa di atasnya, lift di Gedung Tower II langsung tidak aktif. Karyawan yang panik pun berlarian lewat tangga darurat.
Pihak kepolisian masih mendata korban robohnya selasar di Gedung Tower II BEI ini. Berdasarkan data sementara, jumlah korban luka mencapai 72 orang. Tidak ada korban tewas dalam musibah ini. Para korban dilarikan ke berbagai rumah sakit di Ibukota Jakarta. "Sementara korban 72 orang, masih dilajukan pendataan terus. Mudah-mudahan tidak ada penambahan," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, kepada detikcom kemarin sore.
Polisi juga masih menyelidiki penyebab musibah ambruknya selasar Tower II Gedung BEI, Jakarta Selatan ini. Namun, polisi memastikan ambruknya selasar ini bukan karena serngan teror bom. “Sampai saat ini dapat dipastikan ini bukan karena bahan peledak atau bom," ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto, di lokasi TKP, Senin kemarin.
Irjen Setyo mengatakan kondisi di lokasi TKP sudah diantisipasi oleh petugas internal Gedung BEI dan Polri. "Penyebab musibah masih penyelidikan. Korban dibawa ke 3 rumah sakit. Dalam lokasi tidak ada korban lagi," tandas Irjen Setyo.
Sementara, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, korban terparah ambruknya selasar Tower II Gedung BEI adalah mengalami patah tulang. “Saya pastikan tidak ada korban jiwa. Korban yang paling berat adalah patah tulang," jelas Tito Silistio kepada wartawan di Gedung BEI, Senin kemarin.
Tito menjelaskan, para korban luka umumnya adalah mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan ke Gedung BEI. Mereka semua sudah dibawa ke rumah sakit. Tito memastikan seluruh biaya perawatan para korban di rumah sakit akan ditanggung pihak BEI. "Insyaallah, karena korban hampir semuanya mahasiswa yang sedang berkunjung," kata Tito.
Dirut PT BEI ini sekaligus meminta maaf atas musibah yang menyebabkan 72 korban terluka ini. “Kita minta maaf atas musibah ini," tandas Tito yang kemarin ikut membantu evakuasi para korban luka dari gedung BEI.
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Warsito menilai peristiwa ambruknya selasar di Tower II Gedung BEI sebagai freak accident atau kecelakaan yang aneh. "Kalau orang Barat biasa sebut freak accident, kejadian aneh, nggak mungkin ah, tapi kejadian. Kalau ini bangunan tua, ya yalah. Tapi, bangunan sebagus ini, menurut saya, aneh tapi nyata," katanya.
Menurut Setyo, dalam blueprint akan terlihat Gedung BEI dibangun dengan kekuatan yang bisa bertahan berapa tahun. Jika bagian gedung roboh lebih cepat daripada batasan usia yang ditentukan, wajar bila ada kemungkinan kecerobohan pemeliharaan gedung.
"Bangunan punya blueprint. Pasti ada kekuatannya untuk berapa tahun. Misalnya, kekuatan dibangun untuk 25 tahun. Nah, ini belum sampai 25 tahun (sudah roboh). Lha, ini ada apa? Pertanyaannya seperti itu," ujar Setyo. "Gedung tinggi ada waktu tertentu dicek. Nggak mungkin nggak dicek. Memang ini mungkin lolos pengamatan. Freak accident tadi."
Di sisi lain, Director of Cushman & Wakefield Indonesia, Farida Riyadi, mengatakan Tower II Gedung BEI yang selasarnya ambruk ini belum pernah direnovasi, sejak dibangun periode 1997-1998. Namun, pemeriksaan bangunan dipastikan telah dilakukan berkala setiap tahunnya. Pemeriksaan terakhir dilakukan Mei 2017 lalu. Menurut Farida, ada 20 penyewa (tenant) pada Tower II. *
Akibat musibah ini, 72 korban yang didominasi mahasiswa terluka, hingga harus dilarikan ke berbagai rumah sakit. Selasar Tower II Gedung BEI yang ambruk ini tingginya mencapai 6 meter. Selasar ambruk sepanjang 30 meter. Seorang pekerja di Tower II BEI, Sugeng, 35, sempat melihat puluhan mahasiswa berdiri di selasar sesaat sebelum tempat itu ambruk. Mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Sumatra Selatan tersebut sedang melakukan kunjungan ke Kantor BEI.
Setelah melihat rombongan mahasiswa tersebut, Sugeng kemudian menuju kantornya yang berada di Lantai 16. Namun, sesaat setelah itu, dia mendengar suara gemuruh. Sugeng kaget melihat selasar sudah ambruk. Menurut Sugeng, suara selasar jatuh terdengar dari Lantai 16. "Suaranya kayak orang bawa barang jatuh, gitu,” ungkap Sugeng.
Sesaat setelah selasar jatuh berikut rombongan mahasiswa di atasnya, lift di Gedung Tower II langsung tidak aktif. Karyawan yang panik pun berlarian lewat tangga darurat.
Pihak kepolisian masih mendata korban robohnya selasar di Gedung Tower II BEI ini. Berdasarkan data sementara, jumlah korban luka mencapai 72 orang. Tidak ada korban tewas dalam musibah ini. Para korban dilarikan ke berbagai rumah sakit di Ibukota Jakarta. "Sementara korban 72 orang, masih dilajukan pendataan terus. Mudah-mudahan tidak ada penambahan," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, kepada detikcom kemarin sore.
Polisi juga masih menyelidiki penyebab musibah ambruknya selasar Tower II Gedung BEI, Jakarta Selatan ini. Namun, polisi memastikan ambruknya selasar ini bukan karena serngan teror bom. “Sampai saat ini dapat dipastikan ini bukan karena bahan peledak atau bom," ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto, di lokasi TKP, Senin kemarin.
Irjen Setyo mengatakan kondisi di lokasi TKP sudah diantisipasi oleh petugas internal Gedung BEI dan Polri. "Penyebab musibah masih penyelidikan. Korban dibawa ke 3 rumah sakit. Dalam lokasi tidak ada korban lagi," tandas Irjen Setyo.
Sementara, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, korban terparah ambruknya selasar Tower II Gedung BEI adalah mengalami patah tulang. “Saya pastikan tidak ada korban jiwa. Korban yang paling berat adalah patah tulang," jelas Tito Silistio kepada wartawan di Gedung BEI, Senin kemarin.
Tito menjelaskan, para korban luka umumnya adalah mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan ke Gedung BEI. Mereka semua sudah dibawa ke rumah sakit. Tito memastikan seluruh biaya perawatan para korban di rumah sakit akan ditanggung pihak BEI. "Insyaallah, karena korban hampir semuanya mahasiswa yang sedang berkunjung," kata Tito.
Dirut PT BEI ini sekaligus meminta maaf atas musibah yang menyebabkan 72 korban terluka ini. “Kita minta maaf atas musibah ini," tandas Tito yang kemarin ikut membantu evakuasi para korban luka dari gedung BEI.
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Warsito menilai peristiwa ambruknya selasar di Tower II Gedung BEI sebagai freak accident atau kecelakaan yang aneh. "Kalau orang Barat biasa sebut freak accident, kejadian aneh, nggak mungkin ah, tapi kejadian. Kalau ini bangunan tua, ya yalah. Tapi, bangunan sebagus ini, menurut saya, aneh tapi nyata," katanya.
Menurut Setyo, dalam blueprint akan terlihat Gedung BEI dibangun dengan kekuatan yang bisa bertahan berapa tahun. Jika bagian gedung roboh lebih cepat daripada batasan usia yang ditentukan, wajar bila ada kemungkinan kecerobohan pemeliharaan gedung.
"Bangunan punya blueprint. Pasti ada kekuatannya untuk berapa tahun. Misalnya, kekuatan dibangun untuk 25 tahun. Nah, ini belum sampai 25 tahun (sudah roboh). Lha, ini ada apa? Pertanyaannya seperti itu," ujar Setyo. "Gedung tinggi ada waktu tertentu dicek. Nggak mungkin nggak dicek. Memang ini mungkin lolos pengamatan. Freak accident tadi."
Di sisi lain, Director of Cushman & Wakefield Indonesia, Farida Riyadi, mengatakan Tower II Gedung BEI yang selasarnya ambruk ini belum pernah direnovasi, sejak dibangun periode 1997-1998. Namun, pemeriksaan bangunan dipastikan telah dilakukan berkala setiap tahunnya. Pemeriksaan terakhir dilakukan Mei 2017 lalu. Menurut Farida, ada 20 penyewa (tenant) pada Tower II. *
Komentar