Pentas Perkusi saat Malam Siwa Ratri
Selain diisi dengan pentas perkusi juga dimeriahkan fire dance dan dharma wacana tentang makna perayaan Siwa Ratri.
Maknai Kesadaran Mengeksplorasi Api Kreativitas Dalam Diri
DENPASAR, NusaBali
Perayaan Siwa Ratri yang jatuh pada Senin (15/1) kemarin dirayakan oleh umat Hindu di Bali. Agar Siwa Ratri tidak hanya dimaknai dengan sekedar begadang semalaman, anak-anak yang tergabung dalam Rare Penggak mengisi malam Siwa Ratri dengan kegiatan-kegiatan positif. Mereka pentas perkusi di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, kemarin malam.
Meski tema pementasan memang tidak berkaitan dengan Siwa Ratri, namun para rare ini tampak begitu semangat. Bagi mereka, ini merupakan suatu kesadaran untuk mengelola api kreativitas dalam diri. Meski demikian, pentas perkusi itu tetap diisi dengan pencerahan spiritual berupa Dharma Wacana dari Kelihan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita.
Sebelumnya kegiatan diawali dengan sembahyang bersama. Anak-anak yang mulai beranjak remaja ini, kemudian pentas perkusi dan fire dance dipimpin Ketua Rare Penggak, Komang Hary Kartika Yasa, yang dimulai sekitar pukul 19.30 Wita. Usai pentas, barulah kegiatan diisi dengan Dharma Wacana tentang makna perayaan Siwa Ratri. Kelihan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, mengapresiasi insiatif Rare Penggak untuk mengisi malam Siwa Ratri dengan kegiatan positif. Baginya, mengisi dengan kreativitas termasuk memaknai hal-hal baik merupakan salah satu cara merayakan Siwa Ratri. “Pentas seperti ini bentuk membangkitkan kesadaran dalam mengelola api kreativitas yang ada dalam diri. Bukan beorientasi sebagai ajang menebus dosa. Sebab esensi dari Siwa Ratri itu kan sadar. Kesadaran,” ungkapnya.
Lebih lanjut mengenai pemaknaan Siwa Ratri, kata Wahyudita, memiliki makna agar manusia setiap saat bisa sadar diri, bukan begadang semalam suntuk tanpa tujuan. Memaknai Siwa Ratri sebagai jalan untuk membangun kesadaran. “Siwa Ratri sebagai perenungan untuk bagaimana kita menyadari diri. Mestinya setiap hari dilakukan, hanya diambil satu hari saja sebagai hari peringatan. Diambillah pada Tilem yang paling gelap yaitu tilem Kepitu,” terang Wahyudita.
“Maknanya, di dalam kegelapan, sesungguhnya kita memahami makna cahaya. Di Tilem tergelap itu waktu kita memahami dan mebangkitkan kesadaran diri. Karena esensi Siwa Ratri adalah adanya kesadaran. Sadar telah melakukan hal buruk, agar jangan diulangi. Begitu juga saat berbuat baik jangan pamrih,” imbuhnya. *ind
Komentar