Aprindo Minta Akurasi Data Beras
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali meminta Pemerintah melakukan akurasi data produksi gabah /padi dari hulu ke hilir, yang riil.
DENPASAR, NusaBali
Demikian juga distribusi dan kebutuhannya. Hal itu menyikapi informasi gejolak harga beras yang sampai di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah. Ketua DPD Aprindo Bali I Gusti Ketut Sumardayasa, menyatakan salah satu kelemahan pengambil kebijakan adalah rendahnya akurasi data dari hulu ke hilir. “Ini kita sangat sayangkan,” ujarnya.
Tegasnya semua data yang berkaitan dengan gabah atau beras, harus riil harus akurat. Mulai dari berapa produksi riil, berapa yang digiling di Bali, berapa yang diantar pulaukan dan lainnya. “Sehingga semua jelas dan pasti, karena beras merupakan kebutuhan pokok,” ujarnya.
Sebelumnya Aprindo melakukan monitoring lapangan di sejumlah swalayan di Denpasar dan sekitarnya untuk mengetahui kondisi di lapangan. Dari hasil monitoring itulah disimpulkan, data yang menyangkut beras diminta seakurat dan seriil mungkin.
“Ini harapan dari para peritel,” kata IGK Sumardayasa usai menotoriing bersama pengurus Aprindo lainnya. Dikatakan, para peritel cendrung mengikuti harga yang diberikan suplier. Kalau dari suplier harga tinggi, peritel tentu juga harus menaikkan harga. Karena peritel tidak mungkin menjual dan kemudian merugi. Kata IGK Sumardayasa, harus ada margin keuntungan walau nol koma sekian.
“Beras, merupakan salah satu item barang yang margin keuntungannya sangat rendah,” kata IGK Sumardayasa. Rata-rata dari swalayan dan usaha ritel yang dipantau, menjual beras premium yang harganya sudah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp 12.800 per kilogram.
IGK Sumardayasa mengatakan hasil monitoring Aprindo Bali tentu dilaporkan ke DPP Aprindo di Jakarta. *K17
Tegasnya semua data yang berkaitan dengan gabah atau beras, harus riil harus akurat. Mulai dari berapa produksi riil, berapa yang digiling di Bali, berapa yang diantar pulaukan dan lainnya. “Sehingga semua jelas dan pasti, karena beras merupakan kebutuhan pokok,” ujarnya.
Sebelumnya Aprindo melakukan monitoring lapangan di sejumlah swalayan di Denpasar dan sekitarnya untuk mengetahui kondisi di lapangan. Dari hasil monitoring itulah disimpulkan, data yang menyangkut beras diminta seakurat dan seriil mungkin.
“Ini harapan dari para peritel,” kata IGK Sumardayasa usai menotoriing bersama pengurus Aprindo lainnya. Dikatakan, para peritel cendrung mengikuti harga yang diberikan suplier. Kalau dari suplier harga tinggi, peritel tentu juga harus menaikkan harga. Karena peritel tidak mungkin menjual dan kemudian merugi. Kata IGK Sumardayasa, harus ada margin keuntungan walau nol koma sekian.
“Beras, merupakan salah satu item barang yang margin keuntungannya sangat rendah,” kata IGK Sumardayasa. Rata-rata dari swalayan dan usaha ritel yang dipantau, menjual beras premium yang harganya sudah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp 12.800 per kilogram.
IGK Sumardayasa mengatakan hasil monitoring Aprindo Bali tentu dilaporkan ke DPP Aprindo di Jakarta. *K17
Komentar