Siwaratri, Ribuan Remaja Padati Pura Jagatnatha
Hari Raya Siwaratri yang jatuh setiap Tilem Kapitu, Senin (15/1), dirayakan ribuan umat Hindu di Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Perayaan dengan persembahayangan di Pura Jagatnatha Jembrana. Perayaan dipusatkan di Pura Jagatnatha Jembrana itu, dirangkaian dengan persembahyangan tiga tahap, diramaikan kalangan anak-anak muda maupun remaja.
Tiga tahap persembahyangan bersama di Pura Jagatnatha, masing-masing dilaksanakan pada pukul 20.00 Wita, pukul 24.00 Wita, dan terakhir memasuki Selasa (16/1) pukul 05.00 Wita. Dalam tahap kedua persembahayangan tepat memasuki pukul 00.00 Wita itu, juga diisi dengan menyandungkan japa mantra 108 kali. Dalam setiap tahapan persembahyangan itu, juga dipanjatkan sembah sembilan kali kepada Hyang Siwa.
Pada persembahyangan tahap pertama di Pura Jagatnatha tersebut, sempat dihadiri Bupati Jembrana I Putu Artha beserta keluarga. Begitu juga tampak hadir sejumlah Kepala OPD Pemkab Jembrana. Di sela-sela menunggu setiap tahapan persembahayangan bersama itu, juga disematkan kegiatan rembug dengan melibatkan kalangan anak-anak sekolah dari SMA/SMK se-Jembrana.
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indoesia (PHDI) Jembrana I Komang Arsana, mengatakan hampir dalam setiap tahapan sembahyangan bersama di Pura Jagatnaha tersebut, penuh diikuti umat. Bahkan tahapan persembahayangan tahap pertama dan kedua, harus dibagi menjadi beberapa gelombang. “Memang ramai sekali. Terus penuh Utama Mandala. Paling banyak, anak-anak muda. Termasuk sampai memasuki persembahyangan bersama tahap ketiga, banyak diikuti anak-anak muda,” katanya.
Arsana yang juga Ketua Panitia Perayaan Siwatri di Pura Jagatnatha tersebut, mengatakan sejatinya malam Siwaratri bukan hari penebusan dosa. Tetapi merupakan hari perenungan dosa, sehingga diharapkan tidak mengulangi berbuat dosa. “Hukum Karmapala tetap akan berlaku. Tetapi dengan brata Siwaratri ini, adalah bagian introspeksi diri, agar bisa mengendalikan diri, dan menghindari perbuatan dosa. Kalau berbuat dosa, sesusai hukum Karmapala, pasti akan tetap harus menanggung buah perbuatan itu,” ujarnya.
Menurut Arsana, karena hampir selalu diramaikan kalangan remaja, dalam kesempatan perayaan Siwaratri di Pura Jagatnata itu, pihaknya sengaja mengadakan rembug sastra, dengan mengikutsertakan perwakilan masing-masing 10 siswa dari SMA/SMK se-Jembrana. Namun selain siswa dari SMA/SMK, rembuh sastra yang diadakan sampai memasuki persembahayangan terakhir dinihari itu, juga dibebaskan untuk diikuti kalangan umum. “Dalam rembug sastra itu, ya kami khusus mendiskusikan mengenai makna Siwaratri, dan pengembangan kajian-kajian tutur Lubdaka yang berkaitan dengan perayaan Siwaratri. Kami lihat, anak-anak juga antusias mengikuti rembug sasta itu,” pungkasnya.*ode
Tiga tahap persembahyangan bersama di Pura Jagatnatha, masing-masing dilaksanakan pada pukul 20.00 Wita, pukul 24.00 Wita, dan terakhir memasuki Selasa (16/1) pukul 05.00 Wita. Dalam tahap kedua persembahayangan tepat memasuki pukul 00.00 Wita itu, juga diisi dengan menyandungkan japa mantra 108 kali. Dalam setiap tahapan persembahyangan itu, juga dipanjatkan sembah sembilan kali kepada Hyang Siwa.
Pada persembahyangan tahap pertama di Pura Jagatnatha tersebut, sempat dihadiri Bupati Jembrana I Putu Artha beserta keluarga. Begitu juga tampak hadir sejumlah Kepala OPD Pemkab Jembrana. Di sela-sela menunggu setiap tahapan persembahayangan bersama itu, juga disematkan kegiatan rembug dengan melibatkan kalangan anak-anak sekolah dari SMA/SMK se-Jembrana.
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indoesia (PHDI) Jembrana I Komang Arsana, mengatakan hampir dalam setiap tahapan sembahyangan bersama di Pura Jagatnaha tersebut, penuh diikuti umat. Bahkan tahapan persembahayangan tahap pertama dan kedua, harus dibagi menjadi beberapa gelombang. “Memang ramai sekali. Terus penuh Utama Mandala. Paling banyak, anak-anak muda. Termasuk sampai memasuki persembahyangan bersama tahap ketiga, banyak diikuti anak-anak muda,” katanya.
Arsana yang juga Ketua Panitia Perayaan Siwatri di Pura Jagatnatha tersebut, mengatakan sejatinya malam Siwaratri bukan hari penebusan dosa. Tetapi merupakan hari perenungan dosa, sehingga diharapkan tidak mengulangi berbuat dosa. “Hukum Karmapala tetap akan berlaku. Tetapi dengan brata Siwaratri ini, adalah bagian introspeksi diri, agar bisa mengendalikan diri, dan menghindari perbuatan dosa. Kalau berbuat dosa, sesusai hukum Karmapala, pasti akan tetap harus menanggung buah perbuatan itu,” ujarnya.
Menurut Arsana, karena hampir selalu diramaikan kalangan remaja, dalam kesempatan perayaan Siwaratri di Pura Jagatnata itu, pihaknya sengaja mengadakan rembug sastra, dengan mengikutsertakan perwakilan masing-masing 10 siswa dari SMA/SMK se-Jembrana. Namun selain siswa dari SMA/SMK, rembuh sastra yang diadakan sampai memasuki persembahayangan terakhir dinihari itu, juga dibebaskan untuk diikuti kalangan umum. “Dalam rembug sastra itu, ya kami khusus mendiskusikan mengenai makna Siwaratri, dan pengembangan kajian-kajian tutur Lubdaka yang berkaitan dengan perayaan Siwaratri. Kami lihat, anak-anak juga antusias mengikuti rembug sasta itu,” pungkasnya.*ode
1
Komentar