Wiranto Tolak Jadi Ketum Hanura Lagi
Pendiri Partai Hanura yang kini menjabat Menko Polhukam, Jenderal TNI (Purn) Wiranto, menolak usulan untuk kembali menjadi Ketua Umum DPP Hanura, menggantikan Oesman Sapta Odang (OSO).
JAKARTA, NusaBali
Alasannya, Wiranto tidak mau rangkap jabatan. "Nggak, saya dari dulu mengatakan soal rangkap jabatan tugas menteri, apalagi Menko Polhukam, jangan terganggu dengan urusan politik praktis," tegas Wiranto dilansir detikcom di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (17/1). Penegasan Wiranto ini sekaligus mematahkan harapan kubu 'Ambhara', yang sebelumnya pecat OSO dari kursinya karena dianggap banyak pelanggaran dan meminta kembali sang Ketua Dewan Pembina Partai Hanura untuk kembali jadi Ketua Umum DPP Hanura.
Wiranto meminta untuk tidak dibandingkan dengan Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto, yang kini rangkap jabatan menjadi Menteri Perindustrian. Sebab, cakupan tugasnya berbeda. "Saya kan nggak (bisa). Dia (Airlangga) kan menterinya beda dengan saya. Jangan kemudian membandingkan, cakupannya beda," tandas Wiranto.
Wiranto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Hanura juga memastikan tidak akan ada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk memilih ketua umum yang baru, menyusul perpecahan di partainya. "Tidak ada itu istilah Munaslub. Kami akan lakukan evaluasi. Islah itu kalau konflik sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan. Ini kesalahpahaman sebentar, sedikit," katanya.
Wiranto pun mengaku sudah bicara dengan OSO terkait konflik internal partainya. "Konflik internal biasa dalam kepartaian. Kami introspeksi, tapi nggak harus menghan-curkan partai. Prinsipnya gitu, saya ajak ayo rukun karena tugas ke depan berat," ujar Wiranto dalam keterangan persnya di tempat terpisah, yakni di Istana Negara Jakarta, Rabu kemarin.
"OSO saya ajak bicara, kami sepakat introspeksi dan tetap lakukan usaha untuk kompak, karena ini Partai Hanura. Masalah verifikasi faktual tidak jadi dilakukan. Jadi, usaha kami mengkompakkan partai, agar eksis," lanjut mantan Panglima TNI dan Capres dari Golkar di Pilpres 2004 ini.
Wiranto menolak bila disebut ada kubu-kubu di internal Hanura. Wiranto pun siap turun tangan mendamaikan pihak-pihak yang bertikai di internal Hanura. "Nggak ada kubu. Saya Ketua Dewan Pembina, kalau ada konflik di dalam, kita selesaikan. Hari ini juga (masalah) selesai kok," kata Wiranto.
Sementara itu, Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan Wiranto telah mempelajari semua masalah di internal partainya, sehingga menolak tawaran untuk kembali menjadi Ketua Umum DPP Hanura. "Ya, itu Pak Wiranto menolak versi Ambhara. Itu haknya Ambhara. Itu haknya Pak Ketua Dewan Pembina. Karena mungkin Pak Wiranto telah mempelajari semua masalah. Pak Wiranto kan bukan anak kemarin, tak bisa dibohong-bohongi," tegas OSO secara terpisah di Hotel Manhattan, Jalan Setiabudi Jakarta, Rabu kemarin.
OSO juga meyakini Wiranto satu suara dengannya. Menurut OSO, Wiranto tak akan menyetujui usulan Munaslub dari Hanura kubu 'Ambhara'. "Jadi, insyaallah sudah diungkapkan banyak hal dengan Pak Wiranto. Sehingga Pak Wiranto mengambil kebijakan yang mengatakan tak ada Munaslub," ujar Ketua Umum DPP Hanura yang juga Ketua DPD RI ini.
OSO menegaskan, sebelum menghadiri rapat di Hotel Manhattan kemarin, dirinya sempat berbicara langsung dengan Wiranto---di sela acara pelantikan kabinet hasil reshuffle di Istana Negara Jekarta. Wiranto juga disebutnya telah menyampaikan sikap terkait gejolak di internal Hanura. "Saya baru ketemu Pak Wiranto. Saya tanya, Pak Wiranto sudah memberikan keterangan pers tadi dan pers semua tahu, media semua tahu di Istana. Dan, saya mendampingi beliau," tandas OSO.
Menurut OSO, Wiranto mendukung penuh kepemimpinan dirinya sebagai Ketua Umum DPP Hanura. Wiranto tidak ada keingingan untuk mengambil-alih jabatan yang belum genap setahun dipegang OSO. Bagi OSO, isu yang beredar merupakan adu domba antara dirinya vs Wiranto. "Pak Wiranto nggak ada pikiran ke situ. Itu kan isu-isu yang kemarin kita bantah. Yang kemarin isu-isu itu adalah orang-orang untuk yang mengadu domba saya dengan Pak Wiranto."
OSO sendiri telah merombak struktur pengurus DPP Hanura. Bukan hanya partai lainnya. Bukan hanya Sarifuddin Sudding yang dipecat dari jabatan Sekjen DPP Hanura, namun juga sejumlah pengurus lainnya. Khusus untuk isi posisi Sudding, OSO pilih Harry Lontung Siregar sebagai Sekjen DPP Hanura. Harry Lontung merupakan keluarga besan dari Presiden Jokowi.
"Sekjen kan sudah diganti. Tentu tidak hanya Sekjen kan. Pengurus dari BPH juga diganti dan usulan pergantian ke Menkum HAM sudah dikirim. Kita hanya posisi menunggu SK saja," ungkap Ketua DPP Hanura, Benny Rhamdani, di Hotel Manhattan kemarin.
Benny menerangkan posisi yang diganti mulai dari Wakil Ketua hingga Ketua Bappilu Hanura. Menurut dia, restrukturisasi partai ini merupakan kewenangan penuh OSO sesuai mandat Rapimnas Hanura di Bali. Prombakan pengurus partai dilakukan karena pengurus sebelumnya dinilai tidak patuh terhadap keputusan partai. Mereka juga dinilai telah merusak kehormatan Hanura.
Terkait dipilihnya Harry Lontung sebagai Sekjen DPP Hanura, menurut OSO, tidak ada kaitannya dengan status keluarga besan Presiden Jokowi. "Nggak ada urusan yang begitu-begitu. Nggak ada urusan besan. Ini urusan organisasi," tegas OSO. *
Wiranto meminta untuk tidak dibandingkan dengan Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto, yang kini rangkap jabatan menjadi Menteri Perindustrian. Sebab, cakupan tugasnya berbeda. "Saya kan nggak (bisa). Dia (Airlangga) kan menterinya beda dengan saya. Jangan kemudian membandingkan, cakupannya beda," tandas Wiranto.
Wiranto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Hanura juga memastikan tidak akan ada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk memilih ketua umum yang baru, menyusul perpecahan di partainya. "Tidak ada itu istilah Munaslub. Kami akan lakukan evaluasi. Islah itu kalau konflik sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan. Ini kesalahpahaman sebentar, sedikit," katanya.
Wiranto pun mengaku sudah bicara dengan OSO terkait konflik internal partainya. "Konflik internal biasa dalam kepartaian. Kami introspeksi, tapi nggak harus menghan-curkan partai. Prinsipnya gitu, saya ajak ayo rukun karena tugas ke depan berat," ujar Wiranto dalam keterangan persnya di tempat terpisah, yakni di Istana Negara Jakarta, Rabu kemarin.
"OSO saya ajak bicara, kami sepakat introspeksi dan tetap lakukan usaha untuk kompak, karena ini Partai Hanura. Masalah verifikasi faktual tidak jadi dilakukan. Jadi, usaha kami mengkompakkan partai, agar eksis," lanjut mantan Panglima TNI dan Capres dari Golkar di Pilpres 2004 ini.
Wiranto menolak bila disebut ada kubu-kubu di internal Hanura. Wiranto pun siap turun tangan mendamaikan pihak-pihak yang bertikai di internal Hanura. "Nggak ada kubu. Saya Ketua Dewan Pembina, kalau ada konflik di dalam, kita selesaikan. Hari ini juga (masalah) selesai kok," kata Wiranto.
Sementara itu, Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan Wiranto telah mempelajari semua masalah di internal partainya, sehingga menolak tawaran untuk kembali menjadi Ketua Umum DPP Hanura. "Ya, itu Pak Wiranto menolak versi Ambhara. Itu haknya Ambhara. Itu haknya Pak Ketua Dewan Pembina. Karena mungkin Pak Wiranto telah mempelajari semua masalah. Pak Wiranto kan bukan anak kemarin, tak bisa dibohong-bohongi," tegas OSO secara terpisah di Hotel Manhattan, Jalan Setiabudi Jakarta, Rabu kemarin.
OSO juga meyakini Wiranto satu suara dengannya. Menurut OSO, Wiranto tak akan menyetujui usulan Munaslub dari Hanura kubu 'Ambhara'. "Jadi, insyaallah sudah diungkapkan banyak hal dengan Pak Wiranto. Sehingga Pak Wiranto mengambil kebijakan yang mengatakan tak ada Munaslub," ujar Ketua Umum DPP Hanura yang juga Ketua DPD RI ini.
OSO menegaskan, sebelum menghadiri rapat di Hotel Manhattan kemarin, dirinya sempat berbicara langsung dengan Wiranto---di sela acara pelantikan kabinet hasil reshuffle di Istana Negara Jekarta. Wiranto juga disebutnya telah menyampaikan sikap terkait gejolak di internal Hanura. "Saya baru ketemu Pak Wiranto. Saya tanya, Pak Wiranto sudah memberikan keterangan pers tadi dan pers semua tahu, media semua tahu di Istana. Dan, saya mendampingi beliau," tandas OSO.
Menurut OSO, Wiranto mendukung penuh kepemimpinan dirinya sebagai Ketua Umum DPP Hanura. Wiranto tidak ada keingingan untuk mengambil-alih jabatan yang belum genap setahun dipegang OSO. Bagi OSO, isu yang beredar merupakan adu domba antara dirinya vs Wiranto. "Pak Wiranto nggak ada pikiran ke situ. Itu kan isu-isu yang kemarin kita bantah. Yang kemarin isu-isu itu adalah orang-orang untuk yang mengadu domba saya dengan Pak Wiranto."
OSO sendiri telah merombak struktur pengurus DPP Hanura. Bukan hanya partai lainnya. Bukan hanya Sarifuddin Sudding yang dipecat dari jabatan Sekjen DPP Hanura, namun juga sejumlah pengurus lainnya. Khusus untuk isi posisi Sudding, OSO pilih Harry Lontung Siregar sebagai Sekjen DPP Hanura. Harry Lontung merupakan keluarga besan dari Presiden Jokowi.
"Sekjen kan sudah diganti. Tentu tidak hanya Sekjen kan. Pengurus dari BPH juga diganti dan usulan pergantian ke Menkum HAM sudah dikirim. Kita hanya posisi menunggu SK saja," ungkap Ketua DPP Hanura, Benny Rhamdani, di Hotel Manhattan kemarin.
Benny menerangkan posisi yang diganti mulai dari Wakil Ketua hingga Ketua Bappilu Hanura. Menurut dia, restrukturisasi partai ini merupakan kewenangan penuh OSO sesuai mandat Rapimnas Hanura di Bali. Prombakan pengurus partai dilakukan karena pengurus sebelumnya dinilai tidak patuh terhadap keputusan partai. Mereka juga dinilai telah merusak kehormatan Hanura.
Terkait dipilihnya Harry Lontung sebagai Sekjen DPP Hanura, menurut OSO, tidak ada kaitannya dengan status keluarga besan Presiden Jokowi. "Nggak ada urusan yang begitu-begitu. Nggak ada urusan besan. Ini urusan organisasi," tegas OSO. *
1
Komentar