Jembatan Darurat Dibuka, Pengawasan Struk Lemah
Sesuai rencana, lintasan darurat dengan menggunakan sisa pinggiran jembatan Tukadaya yang ambruk mulai dibuka, Senin (1/2) siang.
NEGARA, NusaBali
Sejak mulai dibuka tepat pukul 12.00 Wita, terjadi penumpukan antrean kendaraan jenis truk yang datang dari arah barat atau dari Gilimanuk.
Saat dibuka, petugas sempat ketat periksa struk untuk mengetahui berat kendaraan yang akan melintasi jembatan darurat. Kendaraan barang yang diperbolehkan lewat tergantung jumlah sumbu atau gardannya. Kendaraan barang satu sumbu sejenis truk engkel, maksimal seberat 15 ton. Kendaraan dua sumbu sejenis truk tronton, maksimal 25 ton. Sedangkan yang tiga sumbu sejenis truk trailer dibatasi maksimal 50 ton.
Mengetahui ada jalur darurat, para sopir truk yang tertahan di sejumlah lokasi berdatangan untuk melanjutkan perjalanan ke Denpasar. Membeludaknya truk mau menyeberang, antrean panjang pun tak terelakkan. Panjang antrean sampai 1 kilometer dari arah barat. Kendaraan truk yang mengular menyebabkan kendaraan kecil dari arah barat melintasi jalur alternatif lewat jalan pendesan. Sebaliknya dari Denpasar, relatif lebih lengang kendaraan barang, sehingga lebih leluasa dilewati kendaraan kecil.
Memasuki sore hari, pemeriksaan struk berat kendaraan tak dilakukan lagi oleh Dinas Perhubungan Jembrana maupun Provinsi Bali. Hanya ada petugas kepolisian yang tampak sibuk mengatur lalu lintas, terutama di perempatan Keladian, sekitar 50 meter di barat jembatan Tukadaya. Akibat tak ada pemeriksaan struk, sejumlah truk yang dilarang mengunakan jembatan darurat malah menerebos.
Dilalui banyak kendaraan, aspal di jembatan darurat pada sisi utara mulai lembek. Begitu juga dengan tiang pembatas dari kayu sebelum masuk jalur darurat yang di sisi utara itu, sudah bergeser. Sebab tiang pembatas tersenggol kendaraan bus AKAS. Kondisi tanpa pengecekan struk ini pun diduga karena lonjakan arus kendaraan barang. Terlebih ada aksi protes dari para sopir lokal Jembrana yang kejauhan mencari struk ke Jembatan Timbang Cekik.
Khusus kendaraan yang dari Gilimanuk, sudah disaring di pertigaan Cekik. Ketika ada kendaraan melebihi JBI, tetap diharuskan lewat ke Singaraja. Sebelum dibuka, sempat dilakukan rapat koordinasi (rakor) di posko dekat lokasi jembatan ambruk. Rakor melibatkan Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) VIII, Dinas PU Jembrana, Dinas Hubkominfo Jembrana, Sat Lantas Polres Jembrana, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jembatan Timbang Cekik beserta sopir truk. Meski berjalan alot, karena adanya penerapan penggunaan jembatan sesuai jumlah berat yang diizinkan (JBI) yang mengundang keberatan dari pihak pengurus dan sopir truk.
Kepala Seksi Pelaksanaan BPJN VIII, Nusakti Yasa Wedha mengatakan, untuk kekuatan Jalan Nasional di Jalur Denpasar-Gilimanuk, bagi kendaraan barang, kekuatannya ada batasannya. Sesuai Muatan Sumbu Terberat (MST), per sumbu atau per gandar adalah seberat 10 ton. Sedangkan ketika truk satu sumbu terlalu dipaksakan, maka beban semakin tinggi dan mengkhawatirkan bagi akses darurat tersebut. Mengenai perbaikan jembatan, pihaknya menargetkan bisa selesai kisaran tiga sampai empat bulan ke depan. 7 ode
Komentar