Jalan Putus, Warga Lewati Jalan Setapak
Pemkab Bangli akan bangunkan jembatan dengan anggaran APBD Induk 2018 sebesar Rp 7 miliar.
BANGLI, NusaBali
Jalan penghubung Banjar Belancan menuju Banjar Banjar Bukih, Desa Belancan, Kecamatan Kintamani, Bangli, putus hampir satu tahun. Warga pun membuat jalan setapak untuk jalur alternatif dari dan menuju dua banjar tersebut. Rencananya tahun ini dibangun jembatan untuk penghubung kedua banjar itu.
Pantauan di lapangan, cukup banyak kendaraan roda dua yang melitas di jalur tersebut. Sedangkan kendaraan roda empat harus melalui jalur lain dan harus memutar cukup jauh. Salah seorang warga, I Ketut Denia, mengatakan sehari-hari warga melalui jalan setapak. Sebelum dibangun jalan setapak, warga harus memutar karena banyak anak-anak sekolah di Desa Bayung Gede. “Kalau tidak dibangun jalan setapak, warga harus melewati Desa Kintamani dengan jarak sekitar 12 kilometer,” ungkap Denia, Minggu (21/1).
Perbekel Desa Belancan, I Ketut Mendra, mengungkapkan jalan penghubung Banjar Belancan dan Banjar Banjar Bukih berada di atas tukad Mampeh. Putusnya jalan tersebut setelah wilayah Bangli diguyur hujan deras selama beberapa hari. Derasnya air dan kondisi tanah yang labil membuat jalan putus. “Kejadian bersamaan dengan bencana di Desa Songan. Pasca kejadian tersebut kami sudah langsung mengajukan perbaikan,” ungkapnya.
Ketut Mendra menyampaikan, jalan putus sepanjang 26 meter dengan lebar jalan 4 meter. Pada tahun 2009 lalu dilakukan pembangunan badan jalan dan pada tahun 2011 dilakukan pengaspalan. “Saat dibangun sudah dibuatkan gorong-gorong untuk saluran air, mungkin karena air terlalu besar sehingga menghancurkan pondasi dan mengakibatkan jalan putus,” ungkapnya. Setelah kejadian itu, pihak desa bersama warga melakukan rapat dan memutuskan membangun jalan setapak yang melewati jalan putus. “Kami menggunakan anggaran dari APBDes sebesar Rp 2 juta serta dana partisipasi masyarakat Banjar Bukih. Ada pula bantuan dari warga Bayung Cerik dan Gelagah Linggah,” bebernya.
Mendra mengaku telah mengusulkan perbaikan di tahun 2017 dan mendapat respon dari Pemkab Bangli. Hanya saja perbaikan akan dilaksanakan pada tahun 2018 ini. “Akan dibangun jembatan, perlu waktu lebih lama sehingga tidak bisa dilaksanakan pada ABPD Perubahan 2017. Kemudian diputuskan pembangunan dilaksanakan menggunakan APBD Induk 2018,” jelas Mendra. Perbekel Mendra juga mengajukan permohonan bantuan ke pusat, namun belum ada respon, sehingga Pemkab Bangli cepat menganggarkan Rp 7 miliar pada APBD induk 2018.
Anggaran Rp 7 miliar tersebut tidak hanya untuk pembangunan jembatan melainkan ada pula berpaikan beberapa ruas jalan yang mengalami jebol. Atas kerusakan jalan itu, aktifitas warga cukup terhambat. Warga yang hendak ke Desa Bayung Gede dan sekitar melewati jalan tersebut kini harus memutar. “Utamanya yang bawa mobil harus ke Kintamani dulu, kemudian baru ke selatan lagi,” imbuhnya. *e
Pantauan di lapangan, cukup banyak kendaraan roda dua yang melitas di jalur tersebut. Sedangkan kendaraan roda empat harus melalui jalur lain dan harus memutar cukup jauh. Salah seorang warga, I Ketut Denia, mengatakan sehari-hari warga melalui jalan setapak. Sebelum dibangun jalan setapak, warga harus memutar karena banyak anak-anak sekolah di Desa Bayung Gede. “Kalau tidak dibangun jalan setapak, warga harus melewati Desa Kintamani dengan jarak sekitar 12 kilometer,” ungkap Denia, Minggu (21/1).
Perbekel Desa Belancan, I Ketut Mendra, mengungkapkan jalan penghubung Banjar Belancan dan Banjar Banjar Bukih berada di atas tukad Mampeh. Putusnya jalan tersebut setelah wilayah Bangli diguyur hujan deras selama beberapa hari. Derasnya air dan kondisi tanah yang labil membuat jalan putus. “Kejadian bersamaan dengan bencana di Desa Songan. Pasca kejadian tersebut kami sudah langsung mengajukan perbaikan,” ungkapnya.
Ketut Mendra menyampaikan, jalan putus sepanjang 26 meter dengan lebar jalan 4 meter. Pada tahun 2009 lalu dilakukan pembangunan badan jalan dan pada tahun 2011 dilakukan pengaspalan. “Saat dibangun sudah dibuatkan gorong-gorong untuk saluran air, mungkin karena air terlalu besar sehingga menghancurkan pondasi dan mengakibatkan jalan putus,” ungkapnya. Setelah kejadian itu, pihak desa bersama warga melakukan rapat dan memutuskan membangun jalan setapak yang melewati jalan putus. “Kami menggunakan anggaran dari APBDes sebesar Rp 2 juta serta dana partisipasi masyarakat Banjar Bukih. Ada pula bantuan dari warga Bayung Cerik dan Gelagah Linggah,” bebernya.
Mendra mengaku telah mengusulkan perbaikan di tahun 2017 dan mendapat respon dari Pemkab Bangli. Hanya saja perbaikan akan dilaksanakan pada tahun 2018 ini. “Akan dibangun jembatan, perlu waktu lebih lama sehingga tidak bisa dilaksanakan pada ABPD Perubahan 2017. Kemudian diputuskan pembangunan dilaksanakan menggunakan APBD Induk 2018,” jelas Mendra. Perbekel Mendra juga mengajukan permohonan bantuan ke pusat, namun belum ada respon, sehingga Pemkab Bangli cepat menganggarkan Rp 7 miliar pada APBD induk 2018.
Anggaran Rp 7 miliar tersebut tidak hanya untuk pembangunan jembatan melainkan ada pula berpaikan beberapa ruas jalan yang mengalami jebol. Atas kerusakan jalan itu, aktifitas warga cukup terhambat. Warga yang hendak ke Desa Bayung Gede dan sekitar melewati jalan tersebut kini harus memutar. “Utamanya yang bawa mobil harus ke Kintamani dulu, kemudian baru ke selatan lagi,” imbuhnya. *e
Komentar