Siswa NTT Diundang Masuk Sekolah Bali Mandara
Pastika berharap, dengan diberikannya kuota bagi siswa-siswi kurang mampu yang berasal dari NTT kedepannya bisa mempererat kembali persaudaraan serta menunjukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
DENPASAR, NusaBali
Sebagai salah satu wujud persaudaraan yang telah dipupuk dan dibina dengan warga NTT hingga saat ini, Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika menjanjikan akan memberi kesempatan kepada pelajar dari luar Bali seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tidak mampu untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Bali Mandara. Pernyataan itu disampaikan lamngsung oleh Gubernur saat menghadiri Natal dan Tahun Baru bersama yang digelar oleh Pena NTT di Gedung Nari Graha, Denpasar, Sabtu (20/1) malam.
Dalam sambutannya, Mangku Pastika mengaku bahwa sebagai wujud dalam menjalankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sangatlah mungkin bagi semua orang mendapatkan perlakuan yang sama, termasuk bagi siswa-siswi luar Bali khususnya siswa-siswi dari luas Bali seperti NTT dan NTB untuk merasakan sekaligus mengenyam pendidikan di sekolah Bali Mandara. Menurut dia, kesempatan itu tentunya diperuntukan bagi siswa-siswi yang kurang mampun. Sehingga, kesempatan belajar itu didapatnya dari sekolah Bali Mandara, “Tadi sempat dibilang sama Ketua Ombudsman, bisa ngak anak NTT yang kurang mampu untuk masuk sekolah Bali Mandara? Saya jawab, boleh-boleh saja. Nanti akan dibicarakan lagi terkait berapa persen yang akan direkrut. Tentu saja, penerimaan siswa-siswi di Bali Mandara sebagai bukti persaudaraan kita,” terangnya dihadapan Uskup Agung Denpasar, Mgr Silvester San dan ratusan undangan yang hadir.
Meski demikian, mantan Kapolda NTT periode 2000-2001 ini mengaku harus bicarakan kembali dengan Gubernur terpilih mendatang. Pembicaraan tersebut tentu untuk memastikan berapa persen yang direkrut dari siswa-siswi NTT nanti. Pemberian kuota bagi siswa-siswi NTT ini, tentu memiliki cikal bakal tersendiri. Menurut dia, sebelum terpisah dan menjadi sekarang ini, tiga wilayah masih berada dibawa satu naungan yakni Bali-Nusra. Sehingga, kedekatan itu dipererat lagi salah satu caranya dengan memberikan kuota bagi siswa siswi luar Bali untuk masuk Bali Mandara. “Kedepan kita akan pikirkan lagi berapa yang harus direkrut. Ya, berapa persen gitu. Biar ada porsi yang pas bagi siswa-siswi dari luar Bali khususnya yang kurang mampu,” terangnya
Diakuinya, pendidikan saat ini sudah tidak menunjukan keberpihakan kepada masyarakat kurang mampu, contoh kasusnya adalah sekolah Negeri yang menjadi Favorit sudah banyak di duduki oleh siswa-siswi yang latarbelakangnya keluarganya orang mampu. Padahal, sekolah Negri merupakan dibiayai oleh pemerintah, mulai dari buku, gaji dan tunjangan lainnya. Penerimaan siswa-siswi yang dulunya dilihat dari NEM kini sudah dirubah jadi Zonasi. “Kalau sekolah Negri favorit khususnya di Denpasar itu pakai NEM. Bapaknya berduit, bisa les dan gizinya tercukupi. Sehingga, yang kurang mampu tidak bisa bersaing dan akhirnya masuk ke Swasta. Diswasta, itu gaji gurunya dibayar oleh Murid. Sehingga, keberpihakan itu terhadap yang lemah itu masih kurang,” bebernya mencontohkan.
Sehingga, menurut dia, perlu ada keberpihakan yang riil terhadap masyarakat kurang mampu. Khususnya di bidang pendidikan, Pastika berharap, dengan diberikannya kuota bagi siswa-siswi kurang mampu yang berasal dari NTT kedepannya bisa mempererat kembali persaudaraan serta menunjukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Ini sangat penting kedepannya dan kita akan membahas kuota tersebut,” tutupnya. *dar
Sebagai salah satu wujud persaudaraan yang telah dipupuk dan dibina dengan warga NTT hingga saat ini, Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika menjanjikan akan memberi kesempatan kepada pelajar dari luar Bali seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tidak mampu untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Bali Mandara. Pernyataan itu disampaikan lamngsung oleh Gubernur saat menghadiri Natal dan Tahun Baru bersama yang digelar oleh Pena NTT di Gedung Nari Graha, Denpasar, Sabtu (20/1) malam.
Dalam sambutannya, Mangku Pastika mengaku bahwa sebagai wujud dalam menjalankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sangatlah mungkin bagi semua orang mendapatkan perlakuan yang sama, termasuk bagi siswa-siswi luar Bali khususnya siswa-siswi dari luas Bali seperti NTT dan NTB untuk merasakan sekaligus mengenyam pendidikan di sekolah Bali Mandara. Menurut dia, kesempatan itu tentunya diperuntukan bagi siswa-siswi yang kurang mampun. Sehingga, kesempatan belajar itu didapatnya dari sekolah Bali Mandara, “Tadi sempat dibilang sama Ketua Ombudsman, bisa ngak anak NTT yang kurang mampu untuk masuk sekolah Bali Mandara? Saya jawab, boleh-boleh saja. Nanti akan dibicarakan lagi terkait berapa persen yang akan direkrut. Tentu saja, penerimaan siswa-siswi di Bali Mandara sebagai bukti persaudaraan kita,” terangnya dihadapan Uskup Agung Denpasar, Mgr Silvester San dan ratusan undangan yang hadir.
Meski demikian, mantan Kapolda NTT periode 2000-2001 ini mengaku harus bicarakan kembali dengan Gubernur terpilih mendatang. Pembicaraan tersebut tentu untuk memastikan berapa persen yang direkrut dari siswa-siswi NTT nanti. Pemberian kuota bagi siswa-siswi NTT ini, tentu memiliki cikal bakal tersendiri. Menurut dia, sebelum terpisah dan menjadi sekarang ini, tiga wilayah masih berada dibawa satu naungan yakni Bali-Nusra. Sehingga, kedekatan itu dipererat lagi salah satu caranya dengan memberikan kuota bagi siswa siswi luar Bali untuk masuk Bali Mandara. “Kedepan kita akan pikirkan lagi berapa yang harus direkrut. Ya, berapa persen gitu. Biar ada porsi yang pas bagi siswa-siswi dari luar Bali khususnya yang kurang mampu,” terangnya
Diakuinya, pendidikan saat ini sudah tidak menunjukan keberpihakan kepada masyarakat kurang mampu, contoh kasusnya adalah sekolah Negeri yang menjadi Favorit sudah banyak di duduki oleh siswa-siswi yang latarbelakangnya keluarganya orang mampu. Padahal, sekolah Negri merupakan dibiayai oleh pemerintah, mulai dari buku, gaji dan tunjangan lainnya. Penerimaan siswa-siswi yang dulunya dilihat dari NEM kini sudah dirubah jadi Zonasi. “Kalau sekolah Negri favorit khususnya di Denpasar itu pakai NEM. Bapaknya berduit, bisa les dan gizinya tercukupi. Sehingga, yang kurang mampu tidak bisa bersaing dan akhirnya masuk ke Swasta. Diswasta, itu gaji gurunya dibayar oleh Murid. Sehingga, keberpihakan itu terhadap yang lemah itu masih kurang,” bebernya mencontohkan.
Sehingga, menurut dia, perlu ada keberpihakan yang riil terhadap masyarakat kurang mampu. Khususnya di bidang pendidikan, Pastika berharap, dengan diberikannya kuota bagi siswa-siswi kurang mampu yang berasal dari NTT kedepannya bisa mempererat kembali persaudaraan serta menunjukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Ini sangat penting kedepannya dan kita akan membahas kuota tersebut,” tutupnya. *dar
Komentar