Cuaca Ekstrem, Petani Garam Pengeng
Petani garam di pesisir Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, belakangan ini pengeng (pusing).
SEMARAPURA, NusaBali
Karena mereka kesulitan memproduksi garam. Karena hujan deras mengguyur wilayah setempat, hingga mustahil bisa menjemur bahan garam dengan sinar matahari. Pantauan Minggu (21/1) di Pantai Kusamba, petani garam tidak bisa beroperasi terutama dalam proses pengeringan dengan cara menjemur air laut dalam cubang garam. Salah seorang petani garam di Desa Kusamba, I Nyoman Warta mengatakan, dirinya kesulitan mengolah garam sejak sebulan lalu karena hujan deras. Sehingga untuk mencari hasil olahan garam dan pengeringannya menjadi terhambat. “Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena ini menyangkut kondisi cuaca,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dirinya bersama sang istri mengumpulkan daun pandan untuk dibuat menjadi tikar. Mereka juga mengumpulkan batu sikat di pantai setempat. “Mudah-mudahan kondisi cuaca segera membaik,” harapnya.
Hal senada juga diungkapkan petani garam Ni Ketut Purniasih. Dia mengaku saat cuaca cerah, dirinya bisa memproduksi garam hingga 20 kg selama dua hari. Kata dia, para pembelinya dari wilayah Klungkung, Gianyar, dan kabupaten lain. “Wisatawan asing juga sering melihat proses pengolahan garam,” ujarnya. Jika hujan deras, Purniasih bekerja alternatif dengan membuat album foto berbahan daun pelepah pisang.
Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara, Desa Kusamba Wayan Rena, jika tak hujan, setiap petani garam berhasil membuat garam rata-rata 10 kg/hari. Namun, karena musim hujan, petani garam tidak mampu berproduksi. Ke depannya, untuk memenuhi kebutuhan pengolahan garam beryodium, petani garam juga akan membuat stok. “Ini untuk mengantisipasi saat musim hujan,” katanya.
Jumlah petani garam di Desa Kusamba, setiap tahun menyusut. Pada tahun 1990-an, mencapai ratusan orang, namun tahun 2014 tersisa 40 orang, dan kini hanya 17 orang.*wan
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dirinya bersama sang istri mengumpulkan daun pandan untuk dibuat menjadi tikar. Mereka juga mengumpulkan batu sikat di pantai setempat. “Mudah-mudahan kondisi cuaca segera membaik,” harapnya.
Hal senada juga diungkapkan petani garam Ni Ketut Purniasih. Dia mengaku saat cuaca cerah, dirinya bisa memproduksi garam hingga 20 kg selama dua hari. Kata dia, para pembelinya dari wilayah Klungkung, Gianyar, dan kabupaten lain. “Wisatawan asing juga sering melihat proses pengolahan garam,” ujarnya. Jika hujan deras, Purniasih bekerja alternatif dengan membuat album foto berbahan daun pelepah pisang.
Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara, Desa Kusamba Wayan Rena, jika tak hujan, setiap petani garam berhasil membuat garam rata-rata 10 kg/hari. Namun, karena musim hujan, petani garam tidak mampu berproduksi. Ke depannya, untuk memenuhi kebutuhan pengolahan garam beryodium, petani garam juga akan membuat stok. “Ini untuk mengantisipasi saat musim hujan,” katanya.
Jumlah petani garam di Desa Kusamba, setiap tahun menyusut. Pada tahun 1990-an, mencapai ratusan orang, namun tahun 2014 tersisa 40 orang, dan kini hanya 17 orang.*wan
1
Komentar