ODGJ Hilang Bawa Pisau Buat Panik Warga
Hilang selama lima hari dengan membawa perupak (pisau), seorang warga I Nyoman Suparta, 46, ditemukan dalam kondisi lemas dan luka di bagian perut di tegalan Banjar Gempinis Kauh, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Senin (22/1).
TABANAN, NusaBali
Karena lukanya cukup serius, Suparta yang menderita gangguan jiwa dilarikan ke BRSUD Tabanan. Menurut warga setempat, I Ketut Suparka, Suparta hilang pada Rabu (17/1) sekitar pukul 24.00 Wita. Saat itu istrinya, Ni Made Serinami yang diajak tidur sudah tidak mendapati Suparta pada Kamis sekitar pukul 04.00 Wita. Dia pun panik karena sang suami pergi membawa perupak. “Lantas istrinya menginformasikan kepada warga jika suaminya hilang,” jelasnya.
Pada Kamis (18/1), krama Banjar Gempinis Kauh pun melakukan pencarian terhadap Suparta. Bahkan sempat melibatkan gong dalam melakukan pencarian. “Hingga malam pun Suparta tidak kunjung ditemukan,” imbuh Suparka.
Pencarian berlanjut pada Sabtu (20/1) dengan melibatkan warga dua banjar, yakni Banjar Gempinis Kauh dan Gempinis Kangin. Namun hasilnya nihil, Suparta tak kunjung ditemukan. “Pencarian sudah dilakukan sampai ke pelosok banjar, areal sawah, sungai, dan tegalan, tetapi Suparta sampai malam tidak ketemu,” jelasnya.
Hingga akhirnya, salah seorang warga setempat, I Wayan Wardika alias Pan Eko hendak mencari janur ke tegalan. Tiba-tiba Suparta didapati dalam keadaan lemas di dalam gubug atau sekitar 2,5 kilometer dari rumahnya, dan terdapat luka di bagian perut atas.
“Pan Eko ini menghubungi warga, bersamaan dengan itu polisi dan tentara juga ikut menjemput Suparta hingga langsung dibawa ke rumah sakit,” tutur Suparka.
Sementara itu sang istri, Ni Made Serinami mengaku waswas atas kepergian suaminya yang diketahui membawa perupak. Diakuinya, Suparta menderita gangguan jiwa alias orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sejak masih bujangan. “Suami saya sudah empat kali bolak balik ke RSJ,” ujarnya di rumah sakit.
Namun kalau kondisinya sedang baik, untuk sekadar rembug selalu nyambung. Tetapi ketika penyakitnya kambuh, sering lari tanpa sebab dan tidak berani melihat orang ramai. Biasanya ketika melihat orang ramai Suparta tidak mau ngomong atau sembunyi. “Pernah lari tanpa sebab sampai matanya tertusuk pohon kakao yang hingga kini dirasakan masih sakit,” kata Ni Serinami.
Meskipun demikian, Suparta setiap bulan selalu rutin berobat ke BRSUD Tabanan. Tidak ada tekanan dalam keluarga yang membebani Suparta hingga memiliki riwayat gangguan jiwa. Gngguan jiwa yang diidapnya itu diduga karena keturuan. “Saudaranya ada juga seperti ini, yang terparah si Suparta ini,” ujar tetangga Suparta, I Made Tarka.
Kasubid Rawat Jalan dan Rawat Inap BRSUD Tabanan dr I Made Karna Binawan Nesa, menjelaskan pasien terdapat luka di bagian perut atas. Belum dapat dipastikan apakah itu luka dari pisau atau dari kayu. Karena baru akan dilakukan pembersihan luka di ruang operasi. “Belum bisa kami pastikan apakah itu luka percobaan bunuh diri atau apa, karena masih ditangani dokter bedah,” jelasnya.
Dikatakannya, pasien kondisinya masih lemah dan susah mengetahui keluhanya, karena pasien sejak dibawa ke BRSUD Tabanan tidak mau bicara. “Nanti kami lakukan eksplorasi dulu, setelah itu akan dibawa ke ruang operasi untuk dibersihkan lukanya,” tandas dr Karna. *d
Karena lukanya cukup serius, Suparta yang menderita gangguan jiwa dilarikan ke BRSUD Tabanan. Menurut warga setempat, I Ketut Suparka, Suparta hilang pada Rabu (17/1) sekitar pukul 24.00 Wita. Saat itu istrinya, Ni Made Serinami yang diajak tidur sudah tidak mendapati Suparta pada Kamis sekitar pukul 04.00 Wita. Dia pun panik karena sang suami pergi membawa perupak. “Lantas istrinya menginformasikan kepada warga jika suaminya hilang,” jelasnya.
Pada Kamis (18/1), krama Banjar Gempinis Kauh pun melakukan pencarian terhadap Suparta. Bahkan sempat melibatkan gong dalam melakukan pencarian. “Hingga malam pun Suparta tidak kunjung ditemukan,” imbuh Suparka.
Pencarian berlanjut pada Sabtu (20/1) dengan melibatkan warga dua banjar, yakni Banjar Gempinis Kauh dan Gempinis Kangin. Namun hasilnya nihil, Suparta tak kunjung ditemukan. “Pencarian sudah dilakukan sampai ke pelosok banjar, areal sawah, sungai, dan tegalan, tetapi Suparta sampai malam tidak ketemu,” jelasnya.
Hingga akhirnya, salah seorang warga setempat, I Wayan Wardika alias Pan Eko hendak mencari janur ke tegalan. Tiba-tiba Suparta didapati dalam keadaan lemas di dalam gubug atau sekitar 2,5 kilometer dari rumahnya, dan terdapat luka di bagian perut atas.
“Pan Eko ini menghubungi warga, bersamaan dengan itu polisi dan tentara juga ikut menjemput Suparta hingga langsung dibawa ke rumah sakit,” tutur Suparka.
Sementara itu sang istri, Ni Made Serinami mengaku waswas atas kepergian suaminya yang diketahui membawa perupak. Diakuinya, Suparta menderita gangguan jiwa alias orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sejak masih bujangan. “Suami saya sudah empat kali bolak balik ke RSJ,” ujarnya di rumah sakit.
Namun kalau kondisinya sedang baik, untuk sekadar rembug selalu nyambung. Tetapi ketika penyakitnya kambuh, sering lari tanpa sebab dan tidak berani melihat orang ramai. Biasanya ketika melihat orang ramai Suparta tidak mau ngomong atau sembunyi. “Pernah lari tanpa sebab sampai matanya tertusuk pohon kakao yang hingga kini dirasakan masih sakit,” kata Ni Serinami.
Meskipun demikian, Suparta setiap bulan selalu rutin berobat ke BRSUD Tabanan. Tidak ada tekanan dalam keluarga yang membebani Suparta hingga memiliki riwayat gangguan jiwa. Gngguan jiwa yang diidapnya itu diduga karena keturuan. “Saudaranya ada juga seperti ini, yang terparah si Suparta ini,” ujar tetangga Suparta, I Made Tarka.
Kasubid Rawat Jalan dan Rawat Inap BRSUD Tabanan dr I Made Karna Binawan Nesa, menjelaskan pasien terdapat luka di bagian perut atas. Belum dapat dipastikan apakah itu luka dari pisau atau dari kayu. Karena baru akan dilakukan pembersihan luka di ruang operasi. “Belum bisa kami pastikan apakah itu luka percobaan bunuh diri atau apa, karena masih ditangani dokter bedah,” jelasnya.
Dikatakannya, pasien kondisinya masih lemah dan susah mengetahui keluhanya, karena pasien sejak dibawa ke BRSUD Tabanan tidak mau bicara. “Nanti kami lakukan eksplorasi dulu, setelah itu akan dibawa ke ruang operasi untuk dibersihkan lukanya,” tandas dr Karna. *d
1
Komentar