Dinas Kesehatan Sosialisasi Cegah Keracunan Makanan
Dinas Kesehatan Bangli gencarkan sosialisasi pola pengolahan, penyimpanan, pendistribusian makanan, serta pentingnya menjaga kebersihan.
BANGLI, NusaBali
Tujuannya mengurangi terjadinya kasus keracunan seperti yang terjadi di Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Bangli, Ni Luh Made Eka Sasiani, mengatakan pada tahun 2017 terjadi dua kasus keracunan makanan. Kejadian tersebut menimbulkan banyak korban yang tersebar di Banjar Bukit Tungtung, Banjar Munduk Lantang, dan Banjar Kayu Selem, Desa Songan B, Kintamani. Korbannya tersebar di beberapa bajar karena para korban makan tape yang dibeli dari satu warung. “Tape tersebut merupkan industri rumah tangga yang dijual di Desa Songan B. Dari hasil uji laboratoriu, diketahui tape yang dikonsumsi postif mengandung bakteri Coliform,” jelasnya, Senin (22/1).
Kasus kedua menimpa pengungsi yang tinggal di posko GOR Kubu, Keluharan Kubu, Bangli. Penyebabnya sambal kemiri yang positif mengandung Escherichia coli. Sementara awal tahun 2018 terjadi kasus keracunan makanan yang menyebabkan 57 warga Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem, harus dilarikan ke RSUD Bangli guna mendapat penanganan lebih lanjut. “Untuk kasus ini masih diuji lab. Penyebab keracunan masih menunggu hasil lab,” terangnya.
Diakui, Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi ke masyarakat lewat petugas puskesmas dan puskesmas pembantu serta bidan desa. Kegiatan sosialisasi menyasar sekolah serta ibu-ibu PKK. Dijelaskan pula cara pengolahan makanan yakni saat mengolah makanan perangkat yang digunakan harus benar-benar bersih menghidari penggunaan penyedap yang berlebihan dan bahan pewarna. Luh Eka Sasiani menganjurkan dalam mengolah makanan agar menghindari zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Begitupula saat menyimpan atau membungkus makanan, selayaknya makanan tidak dibungkus dalam kondisi masih panas dan juga memperhatikan waktu dari makanan yang dibungkus dengan waktu makanan disajikan. Nasi yang terlalu lama dibungkus akan basi dan kalau dikonsumsi bisa memicu terjadinya keracunan makanan. *e
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Bangli, Ni Luh Made Eka Sasiani, mengatakan pada tahun 2017 terjadi dua kasus keracunan makanan. Kejadian tersebut menimbulkan banyak korban yang tersebar di Banjar Bukit Tungtung, Banjar Munduk Lantang, dan Banjar Kayu Selem, Desa Songan B, Kintamani. Korbannya tersebar di beberapa bajar karena para korban makan tape yang dibeli dari satu warung. “Tape tersebut merupkan industri rumah tangga yang dijual di Desa Songan B. Dari hasil uji laboratoriu, diketahui tape yang dikonsumsi postif mengandung bakteri Coliform,” jelasnya, Senin (22/1).
Kasus kedua menimpa pengungsi yang tinggal di posko GOR Kubu, Keluharan Kubu, Bangli. Penyebabnya sambal kemiri yang positif mengandung Escherichia coli. Sementara awal tahun 2018 terjadi kasus keracunan makanan yang menyebabkan 57 warga Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem, harus dilarikan ke RSUD Bangli guna mendapat penanganan lebih lanjut. “Untuk kasus ini masih diuji lab. Penyebab keracunan masih menunggu hasil lab,” terangnya.
Diakui, Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi ke masyarakat lewat petugas puskesmas dan puskesmas pembantu serta bidan desa. Kegiatan sosialisasi menyasar sekolah serta ibu-ibu PKK. Dijelaskan pula cara pengolahan makanan yakni saat mengolah makanan perangkat yang digunakan harus benar-benar bersih menghidari penggunaan penyedap yang berlebihan dan bahan pewarna. Luh Eka Sasiani menganjurkan dalam mengolah makanan agar menghindari zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Begitupula saat menyimpan atau membungkus makanan, selayaknya makanan tidak dibungkus dalam kondisi masih panas dan juga memperhatikan waktu dari makanan yang dibungkus dengan waktu makanan disajikan. Nasi yang terlalu lama dibungkus akan basi dan kalau dikonsumsi bisa memicu terjadinya keracunan makanan. *e
1
Komentar