Kepergok Bongkar Sarana Upacara Pangrapuh, Pemulung Diamankan
Pemulung Anis Pujiono mengaku tidak tahu barang yang digali di setra adalah benda berharga bernilai spiritual dari upacara ngaben. Dia datang hanya berniat cari barang rongsokan, lalu mengorek-ngorek tanah dan ditemukan banyak bokor, hingga dimasukkan ke karung
Kasus Nyeleneh Usai Ngaben Massal di Setra Desa Pakraman Pengelatan, Kecamatan Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Seorang pemulung, Anis Pujiono, 41, diamankan warga ke Kantor Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng, Selasa (23/1). Masalahnya, pemulung berusia 41 tahun ini kepergok warga tenggah menggali sarana pangrapuh upacara ngaben massal di Setra Desa Pakraman Penglatan, kemarin pagi sekitar pukul 09.30 Wita.
Sarana pangrapuh untuk upacara Pitra Yadnya yang digali dan dibongkar Anis Pujiono tersebut baru saja ditanam bersamaan dengan berlangsungnya ngaben massal dari Keluarga Dadia Pasek Gelgel Sibang Kaja, Desa Pakraman Pengelatan pada Sukra Wage Uye, Jumat (19/1) lalu. Sedangkan keseluruhan upacara nyidakarya sebagai penutup ngaben massal baru berakhir pada Soma Paing Menail, Senin (22/1) malam.
Dalam upacara ngaben massal itu, jumlah sawa yang diupacarai 38 sawa, 1 ngelungah, dan 37 ngerapuh. Namun, baru beberapa jam usai upacara nyidakarya, sarana pangrapuh malah dibongkar oleh Anis Pujiono, pemulung yang tinggal di Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng.
Informasi di lapangan, saat kepergok menggali sarana pangrapuh di Setra Desa Pakraman Penglatan kemarin pagi, pemulung Anis Pujiono sudah sempat memasukkan barang-barang berharga bernilai spiritual seperti bokor, pis bolong, dan lainnya ke dalam karung. Pelaku diketahui datang mencari barang bekas ke Desa Pengelatan dengan naik sepeda motor.
Saat kejadian, sejatinya ada banyak pekerja yang tengah memperbaiki tembok penyengker Setra Desa Pakraman Pengelatan. Namun, para pekerja menginra Anis Pujiono masuk ke areal setra yang berlokasi di Banjar Sanih, Desa Pengelatan ini hanya untuk mencari barang bekas berupa gelas dan botol plastik air mineral. Maklum, sisa sampah plastik dipastikan banyak di areal setra usai ngaben massal.
Nah, saat para pekerja ini rehat ngopi di sebuah warung yang tidak jauh dari lokasi setra, pemulung Anis Pujiono justru membongkar sarana pangrapuh yang sudah dikubur di pamuhunan (pembakaran) jenazah di setra. Saat itulah, pekerja melihat ulah Anis Pujiono membongkar sarana pangrapuh.
Para pekerja dan warga setempat pun langsung terjun mengamankan Anis Pujiono. Guna menghidari hal yang tidak diinginkan, Anis Purnomo dibawa ke Kantor Desa Pengelatan. Sedangkan sarana pangrapuh yang sudah dimasukkan ke dalam karung oleh si pemulung, dibiarkan di areal setra.
“Saya sendiri yang melihat dan langsung amankan pemulung ini ke Kantor Desa Penglatan. Kalau ini sampai ketahui oleh krama yang punya upacara ngaben, bisa lain ceritanya. Lebih baik kita amankan ke kantor desa, di situ ada Babinsa dan Bhabinkamtimas,” terang salah satu tokoh masyarakat yang juga Ketua BPD Pengelatan, Nyoman Sukerena.
Peristiwa pembongkaran sarana pangrapuh oleh pemulung ini pun sempat dibahas di Kantor Desa Pengelatan. Pihak mpunya upacara, Dadia Pasek Gelgel Sibang Kaja, juga dihadirkan. Dalam pertemuan itu, perwakilan Dadia Pasek Gelgel Sibang Kaja belum bisa memutuskan tindakan apa yang harus diambil. Namun, untuk sementara, pemulung Anis Purnomo diserahkan ke Polsek Kota Singaraja.
“Keluarga dadia masih berembuk apa yang harus dilakukan, karena ini baru selesai pengabenan. Jadi, keluarga dadia masih minta petunjuk dari Nak Lingsir (sulinggih) yang mumput upacara itu. Dalam rambuk tadi, si pemulung diserahkan dulu ke Polsek Kota Singaraja sambil menunggu hasil rembuk keluarga dadia,” terang Kepala Desa (Perbekel) Pengeletan, Nyoman Budarsa.
Sementara itu, salah satu krama Dadia Pasek Gelgel Sibang Kaja, Wayan Sayang, mengatakan jumlah krama dadianya mencapai 88 kepala keluarga (KK). Wayan Sayang sendiri mengaku belum bisa memutuskan tindakan apa yang mesti diambil terkait dibongkarnya sarana pangrapuh di setra, karena harus dibicarakan dengan seluruh krama dadia. “Keluarga kami tinggalnya sebagian besar di luar daerah, ada yang di Sulawesi, Sumatra, dan Denpasar. Mereka sudah pada balik, karena upacaranya telah selesai semalam (Senin). Jadi, kami harus berembuk dulu,” jelas Sayang.
Sayang menilai, kejadian pembongkaran sarana pangrapuh di setra itu membuat keluarga besarnya harus menggelar upacara lagi. Namun, untuk untuk upacaranya harus memohon petunjuk kepada sulinggih yang muput pengabenan. “Upacara ngaben massal ini menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta. Sekrang seperti ini kejadiannya. Jadi, saya juga belum tahu seperti apa upacaranya nanti,” tandas Sayang.
Di sisi lain, pemulung Anis Pujiono mengaku tidak tahu barang yang digali adalah benda berhaga bernilai spiritual dari upacara ngaben. Menurut Anis, dirinya datang ke setra hanya berniat mencari barang rongsokan. Saat itu, dia melihat pis bolong (uang kepeng) di lokasi pembekaran jenazah.
Dari pis bolong tersebut, dia coba mengorek-ngorek lagi tanahnya dan melihat ada bokor. Anis pun terus menggali, karena jumlah bokornya cukup banyak. ”Saya sudah minta maaf, sama sekali tidak tahu kalau itu sarana upacara. Niat saya hanya cari rombengan. Saat tumpukan bekas pembakaran (jenazah) saya korek-korek, kok ada bokor. Ya saya ambil perlahan-lahan, dengan pakai tangan. Kalau bokor itu cukup mahal harganya bagi saya, bisa Rp 10.000 per kilogram,” cerita pemu-lung yang kemarin langsung dibawa ke Mapolsek Kota Singaraja seusai rembug di Kantor Desa Pengelatan ini. *k19
Komentar