Hormati Kearifan Lokal, PLN Ingin Dapat Masukan
Soal Pembangunan Transmisi Jawa Bali Crossing
DENPASAR, NusaBali
PLN mengaku menghargai kearifan lokal, terkait rencana pembangunan transmisi Jawa Bali Crossing (JBC) untuk menambah pasokan daya listrik, sekaligus antisipasi ancaman defisit listrik di Bali. Jika rencana proyek JBC tersebut dinilai tidak sesuai dengan kearifan lokal dan kepercayaan masyararakat, PLN siap melakukan studi, apakah ketinggian (tower) bisa diturunkan dan mana posisi (koordinatnya).
Atau jika transmisi lewat saluran udara sama sekali tidak diizinkan, maka PLN bersedia mencari solusi lain dengan segala konsekuensinya. Karena memang, JBC bukan satu-satunya solusi untuk memperkuat pasokan daya listrik di Bali.
Pasalnya tahun 2020 Bali diperkirakan mengalami defisit. Dan ancaman pemadaman bergilir akan terjadi sebagaimana tahun 2012-2014.
Berdasarkan hitungan PLN, beban puncak Bali pada tahun 2020 sebesar 1260 MW, itu sudah hampir sama dengan kapasitas Rencana Usaha Pengembangan Tenaga Kelistrikan (RTPTL) Bali saat ini 1280 MW. “Hitungan tersebut berdasarkan pertumbuhan kebutuhan listrik sekitar 5 persen setiap tahun. Informasi ini yang juga harus diketahui publik,” ujar GM PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa pada Selasa (23/1) lalu.
Suwarjoni Astawa menambahkan Jawa-Bali merupakan sistem kelistrikan besar, dimana minimal harus ada cadangan 30 persen daya dari beban puncak. Hal itu untuk mengantisipasi dan menjamin pasokan, jika terjadi persoalan seperti perawatan salah satu pembangkit.
Menurut Suwarjoni Astawa, dari studi PLN penguatan daya atau menambah kapasitas transmisi dari Jawa ke Bali yang paling efisien yang paling memungkinan melalui tower saluran udara, yang disebut Jawa Bali Crossing (JBC). “Namun kalau dari sisi dan kepercayaan tower tidak bisa digeser, atau dari sisi ketinggian harus diturunkan kita bisa melakukan studi,” ujar Suwarjoni Astawa.
Untuk itu pihaknya ingin mendapat masukan dari stakeholder. Dalam penjelasan yang dihadiri juga oleh GM PLN Persero Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali Djarot Hutabri serta pengamat energi Fabby Tumewa, PLN menyatakan siap kembali bertemu dengan PHDI Bali maupun PHDI Pusat.
Rencananya transmisi untuk memperkuat kelistrikan di Bali yang disebut Proyek 500 kV Jawa- Bali Power Transmisi terdiri 7 komponen. Komponen pertama Perluasan Gardu Induk di Paiton, Situbondo (Jatim). Komponen kedua konstruksi 131,4 km jaringan transmisi Paiton- Watudodol (Jatim). Komponen ketiga konstruksi 2,68 km 500 kV transmisi crossing Watudodol- Segara Rupek. Terus komponen keempat konstruksi 10,5 km 500 KV jaringan transmisi Segara Rupek – Gilimanuk.
Komponen kelima konstruksi 75,3 km 500 KV SUTET Gilimanuk – Antosari. Komponen yang keenam, konstruksi 500/50 KVGI di Antosari. Komponen terakhir yakni ketujuh pembangunan/penguatan 26 gardu induk di Jawa dan Bali.*k1
Atau jika transmisi lewat saluran udara sama sekali tidak diizinkan, maka PLN bersedia mencari solusi lain dengan segala konsekuensinya. Karena memang, JBC bukan satu-satunya solusi untuk memperkuat pasokan daya listrik di Bali.
Pasalnya tahun 2020 Bali diperkirakan mengalami defisit. Dan ancaman pemadaman bergilir akan terjadi sebagaimana tahun 2012-2014.
Berdasarkan hitungan PLN, beban puncak Bali pada tahun 2020 sebesar 1260 MW, itu sudah hampir sama dengan kapasitas Rencana Usaha Pengembangan Tenaga Kelistrikan (RTPTL) Bali saat ini 1280 MW. “Hitungan tersebut berdasarkan pertumbuhan kebutuhan listrik sekitar 5 persen setiap tahun. Informasi ini yang juga harus diketahui publik,” ujar GM PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa pada Selasa (23/1) lalu.
Suwarjoni Astawa menambahkan Jawa-Bali merupakan sistem kelistrikan besar, dimana minimal harus ada cadangan 30 persen daya dari beban puncak. Hal itu untuk mengantisipasi dan menjamin pasokan, jika terjadi persoalan seperti perawatan salah satu pembangkit.
Menurut Suwarjoni Astawa, dari studi PLN penguatan daya atau menambah kapasitas transmisi dari Jawa ke Bali yang paling efisien yang paling memungkinan melalui tower saluran udara, yang disebut Jawa Bali Crossing (JBC). “Namun kalau dari sisi dan kepercayaan tower tidak bisa digeser, atau dari sisi ketinggian harus diturunkan kita bisa melakukan studi,” ujar Suwarjoni Astawa.
Untuk itu pihaknya ingin mendapat masukan dari stakeholder. Dalam penjelasan yang dihadiri juga oleh GM PLN Persero Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali Djarot Hutabri serta pengamat energi Fabby Tumewa, PLN menyatakan siap kembali bertemu dengan PHDI Bali maupun PHDI Pusat.
Rencananya transmisi untuk memperkuat kelistrikan di Bali yang disebut Proyek 500 kV Jawa- Bali Power Transmisi terdiri 7 komponen. Komponen pertama Perluasan Gardu Induk di Paiton, Situbondo (Jatim). Komponen kedua konstruksi 131,4 km jaringan transmisi Paiton- Watudodol (Jatim). Komponen ketiga konstruksi 2,68 km 500 kV transmisi crossing Watudodol- Segara Rupek. Terus komponen keempat konstruksi 10,5 km 500 KV jaringan transmisi Segara Rupek – Gilimanuk.
Komponen kelima konstruksi 75,3 km 500 KV SUTET Gilimanuk – Antosari. Komponen yang keenam, konstruksi 500/50 KVGI di Antosari. Komponen terakhir yakni ketujuh pembangunan/penguatan 26 gardu induk di Jawa dan Bali.*k1
Komentar