SBY Ingatkan Keamanan Bali Harga Mati
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memberikan kuliah umum di Gedung Fakultas Kedokteran Unud, Jalan PB Sudirman Denpasar, Selasa (2/2).
SBY Beri Kuliah Umum di Sayap Selatan, Pasek Diskusi di Utara
DENPASAR, NusaBali
Dalam kuliah umum di hadapan 500 civitas akademika Unud tersebut, SBY menegaskan keamanan Bali merupakan harga mati.
Dalam memberikan kuliah umum di Gedung Fakultas Kedokteran Unud, Selasa kemarin, SBY yang kini Ketua Umum DPP Demokrat didampingi Gubernur Made Mangku Pastika, Rektor Unud Prof Dr dr I Ketut Suastika Sp PD KEMD, dan mantan Menteri Pendidikan Muhamad Nuh. Sejumlah guru besar lingkungan Unud dan pejabat SKPD Pemprov Bali juga hadir dalam acara tersebut.
Dalam paparannya, SBY menegaskan Bali sebagai Island of God yang dicintai dunia. Bali sebagai magnet dunia yang harus dijaga. Makanya, keamanan Bali adalah harga mati. “Peristiwa terorisme tahun 2002 dan 2005 tidak boleh terjadi lagi kapan pun di Bali. Keamanan Bali di atas segalanya. Keamanan Bali tidak boleh robek,” tandas SBY yang menjabat Presiden RI dua kali periode (2004-2009 dan 2009-2014).
Menurut SBY, memulihkan keamanan memerlukan upaya sangat susah payah. Ketika musibah bom Bali I (12 Oktober 2002), lalu bom Bali II (1 Oktober 2005), pemerintah kala itu berusaha mengembalikan kepercayaan dunia supaya orang mau datang ke Bali. “Saat itu, orang yang datang hanya sepekan kita usahakan supaya bisa bertahan dua pekan,” kenang SBY.
Dalam kuliah umumnya di Gedung Fakultas Kedokteran Unud kemarin, SBY menegaskan soal era globalisasi di depan mata. Menurut SBY, Indonesia bisa menjadi negara kuat di tahun 2045. Nah, untuk menjadi negara kuat itu, bangsa Indonesia harus bercita-cita sebagai pemenang.
“Bangsa yang berani yang akan menjadi pemenang. Kalau sudah pesimis, mereka yang berpikir negatif, pandai mengeluh dan menyalahkan, mereka itu sudah kalah hari ini,” tandas SBY disambut tepuk tangan hadirin.
Karena itu, SBY mengingatkan jangan pernah bercita-cita menjadi bangsa yang gagal. Sebab, kegagalan itu bisa terjadi kapan saja. “Kegagalan itu bukan kejahatan, tapi jangan pernah bercita-cita menjadi orang gagal. Siapa pun pemimpin Indonesia, baik saya, Bapak Jokowi atau siapa pun, kita akan terus berevolusi dan itulah tantangan,” katanya.
Menurut SBY, Indonesia bisa menjadi negara kuat dengan membangun demokrasi berimbang. Keberimbangan kekuasaan eksekutif, legislatif, judikatif. Bukan hanya Pemilu yang jurdil, namun juga berkeadilan, tertib, dan beretika. SBY sempat melontarkan demokrasi yang beretika di era kepemimpinannya. “Saya kalau melihat demo di Istana dulu selalu ada insting: mana pesanan, mana yang memang aspirasi masyarakat,” ujar SBY.
Sementara, Gubernur Mangku Pastika mengatakan dalam globalisasi, sangat penting karakter orang Bali yang siap saing dan berpegang pada kearifan lokal, jengah, sutindih, wirang dengan semangat pantang penyerah. ”Manusia Bali harus unggul, karena itu modal untuk menang,” tegas Pastika.
Menurut Pastika, Bali tidak memiliki sumber daya alam (SDA) seperti tambang, minyak bumi, dan lainnya. Bali hanya mengandalkan pariwisata dan pertanian. Pariwisata dengan pertaniannya harus dijaga dan dipertahankan. “Maka, kembangkan SDM untuk bisa menjaga potensi Bali itu,” pinta mantan Kapolda Bali ini.
Sedangkan Rektor Unud, Prof Ketut Suastika, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kehadiran dan kuliah umum yang diberikan SBY. Dia berharap paparan yang SBY akan menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia khusunya generasi muda untuk bangkit dan berkembang menjadi negara yang maju, kuat, dan sejahtera di 2045.
Sementara itu, hampir bersamaan dengan SBY memberikan kuliah umum di Gedung Fakultas Kedokteran Unud, Selasa kemarin, Senator Gede Pasek Suardika juga memberikan menggelat diskusi di Gedung Agro yang berada di sisi utara Komplek Kampus Unud Denpasar. Lokasi antara SBY memberikan kuliah umum (di komplek sayap selatan) dan Gede Pasek Suardika alias GSP menggelar diskusi (di komplek sayap utara) hanya berjarak beberapa puluh meter.
GSP---anggota DPD RI 2014-2019 Dapoil Bali yang mantan Ketua Komisi III DPR RI 2009-2014 dari Fraksi Demokrat Dapil Bali---kemarin hadir sebagai pembicara dalam diskusi yang digelar Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) yang sedang Munas di Bali. Jika SBY mengangkat tema ‘Indonesia 2045: Menjadi Negara yang Maju, Kuat, dan Sejahtera’, sementara GPS bicara soal ‘Reformasi Gerakan Mahasiswa untuk Merawat NKRI’.
Dalam diskusi yang dihadiri GSP, mengemuka keprihatinan dari mahasiswa Indonesia (delegasi Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia) tentang masalah yang terjadi di Bali terkait rencana reklamasi Teluk Benoa. Dalam diskusi panel ini, hadir pula budayawan dan seniman Bali Made Sidia.
Budayawan Made Sidia dalam pembukaan diskusi, menyampaikan tema kontekstual Bali kekinian terkait pro dan kontra reklamasi Teluk Benoa dalam konteks persatuan dan keutuhan NKRI. Dia membuka pembicaraan melalui analogi tentang Sita dalam epos Ramayana yang artinya juga Siti, berarti Tanah yang harus dihormati dan dijaga, sama seperti menjaga keutuhan NKRI.
Sedangkan GPS dalam pemaparannya menekankan aspek dinamika perubahan yang terjadi di dunia melalui perkembangan dunia IT. Kalau dulu main paflet, sekarang main medsos. Tapi, aspek yang terpenting dalam gerakan mahasiswa adalah kemampuan merawat kepekaan terhadap lingkunganya. Mahasiswa harus punya kepedulian sosial dan peka terhadap isu-isu di lingkunganya. Yang sangat penting juga adalah penguatan karakter jatidiri sebagai warga bangsa, karena ini akan menjadi kekuatan kolektif bangsa. 7 nat
Komentar