Tiga Jembatan Putus, Setra dan Pura Amblas
Karena jembatan putus, warga Desa Gobleg sulit nyeberang ke Desa Munduk untuk cari air dan keperluan lainnya
Banjir-Longsor di Desa Gobleg, Kerugian Tembus Rp 1,1 Miliar
SINGARAJA, NusaBali
Hujan deras yang mengguyur kawasan Buleleng Barat, Selasa (23/1) malam hingga Rabu (24/1) dinihari, bukan hanya menimbulkan bencana banjir-longsor di 8 desa wilayah Kecamatan Banjar. Desa Gobleg yang berada di bagian hulu/atas (sisi selatan) Kecamatan Banjar, juga porakporanda diterjang longsor dan bajir. Setidaknya, ada tiga jembatan putus, satu setra tergerus, dan 5 pura rusak dalam bencana di Desa Gobleg ini.
Berdasarkan data yang diperoleh NusaBali di Kantor Desa Gobleg, Kamis (25/1), ada 10 rumah warga yang rusak akibat longsor. Untungnya, penghuni rumah tidak sampai mengungsi, karena kerusakannya tidak terlalu berat. Selain itu, sejumlah tembok penyengker rumah warga juga ambruk. Sedangkan lima pura yang nengalami kerusakan masing-masing Merajan Jeroan Gobleg, Sanggah keluarga Nyoman Sudaya, Pura Subak Abian Guna Sari, Pura Bali, dan Pura Pamulungan Agung.
Yang paling memprihatinkan, tiga jembatan penghubung Desa Gobleg dengan desa-desa lainnya terputus akibat diterjang air bah. Ketiga jembatan yang putus tersebut, masing-masing Jembatan di Banjar Jembong (Desa Gobleg) menuju Banjar Pasuk (Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng), Jembatan di Banjar Asah (Desa Gobleg) menuju Banjar Bulakan (Desa Munduk), dan Jembatan di Banjar Tengah (Desa Gobleg) menuju Banjar Menabung (Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar).
Jembatan di Banjar Asah (Desa Gobleg) dan Jembatan di Banjar Jembong (Desa Gobleg) yang melitang di atas Sungai Mendaung, dengan lebar sungai sekitar 30 meter ini, amblas tanpa bekas karena diterjang air bah. Demikian pula Jembatan di Banjar Tengah menuju Banjar Menabung (Desa Kayuputih), amblas tidak berbekas.
Menurut seorang warga, Wayan Suparta, 45, Jembatan di Banjar Asah dan Jembatan di Banjar Jembong merupakan salah satu akses jalan sangat penting bagi warga Desa Gobleg. Jembatan di Banjar Jembong seringkali digunakan warga untuk menyeberangi sugai menuju Desa Munduk buat mengambil air bersih dari sumber Mata Air Mendaung.
“Kalau air Pam desa kami surut, biasanya kami ambil air di sebrang sini. Tapi, karena jembatannya sekarang putus, ya kami terpaksa harus lewat tepi sungai dengan ekstra hati-hati,” tandas Wayan Suparta di lokasi jembatan putus, Kamis kemarin.
Fasilitas jembatan tersebut selama ini juga dimanfaatkan warga Desa Gobleg sebagai akses jalan menuju Desa Munduk yang berada di sebelah timur. Bahkan, ada sekitar 20 anak asal Desa Gobleg yang bersekolah di Desa Munduk melalui akses jembatan tersebut.
Bukan hanya itu, akses jalan dari Desa Gobleg menuju Desa Padawa (Kecamatan Banjar) juga sempat lumpuh total, karena adanya longsoran di tepi jalan dengan jumlah yang cukup banyak. Beruntung, warag secara sukarela telah membersihkan material longsoran itu, Kamis kemarin, sehingga akses jalan dari Desa Gobleg-Desa Pedawa dan sebaliknya sudah bisa dilalui kendaraan roda dua.
Sementara, hujan deras yang menyebabkan air sungai meluap, juga menggerus Setra Desa Pakraman Gobleg. Karena amblasnya setre seluas 300 meter persegi ini, diperkirakan ada puluhan liah kubur berikut jenazahnya yang ikut tergerus.
Panmtauan NusaBali, Kamis kemarin, sejumlah kain putih kuning tampak berserakan di tanah setra yang longsor tersebut. Namun, sampai saat ini belum ada krama Desa Pakraman Gobleg yang mengklaim kuburan keluarganya ikut terseret longsor ke bawah tebing setinggi 30 meter.
Penjabat Perbekel Gobleg, I Gusti Bagus Rony Ariana, mengakui pihaknya sudah menginventarisasi seluruh bangunan maupun falisitas umum yang rusak akibat longsor dan banjir di desanya. Kerugian total buat sementara diperkirakan mencapai Rp 1,1 miliar.
“Kami sudah data semua kerusakan dan laporkan langsung ke BPBD Buleleng. Kerugian material diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,1 miliar. Ini belum termasuk saluran perpipaan air bersih kami yang juga menaungi desa tetangga, seperti Desa Sidatapa, Desa Tigawasa, dan Desa Banyusri yang seluruh pipa jaringannya ikut hanyut terbawa air sungai,” ungkap Perbekel IGB Rony Ariana saat ditremui NusaBali di Kantor Desa Gobleg, Kamis kemarin.
Terkait penanganan sementara tiga jembatan putus yang selama ini dipakai warga Desa Gobleg sebagai akses jalan menuju desa-desa tetangga, menurut Rony Ariana, baru satu yang dapat ditangani dengan jembatan darurat. Yakni, Jembatan di Banjar Asah. Warga setempat secara sukarela membuat jembatan darurat dari bambu pasca bencana, Rabu lalu.
Khusus untuk penanganan Setra Desa Pakraman Gobleg yang amblas, pihaknya belum berani memastikan apakah ada mayat terkubur ikut terseret atau tidak. “Tapi, kemungkinan besar ada mayat terkubur yang ikut tergerus. Hanya saja, jumlahnya kami belum tahu. Nanti kami akan sangkep (rapat adat) dulu krama untuk membahas hal ini,” jelas Rony Ariana.
Menurut Rony Ariana, dari sekitar 300 meter persegi areal setra yang amblas itu, diperkirakan ada sekitar 50 liang kubur di sana. Termasuk liang kubur terbaru yakni mayat almarhum Nyoman Kodi, krama Banjar Jembong, Desa Pakraman Gobleg, yang baru dimakamkan sekitar 2 bulan lalu. “Kami tidak bisa bertindak sambarangan, karena menurut kepercayaan yang diwarisi turun temurun, pantang untuk menggali kembali kuburan yang sudah ada,” katanya.
Selama ini, kata Rony Ariana, jenazah krama yang meninggal dunia hanya dimakamkan di setra tersebut. Kendati ada upacara pangabenna, tidak dilakukan pembongkaran liang kubur untuk pengambilan tulang belulang. Mendiang yang diabenkan hanya simbolis saja dengan menggunakan kayu cendana, sehingga Setra Desa Pakraman Gobleg penuh sesak. *k23
1
Komentar