Perbekel Bukti Ikuti Ujian Kenaikan Tingkat Kempo Se-ASEAN di Kamboja
Kepala Desa (Perbekel) Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, I Gede Wardana, 63, termasuk salah satu Perbekel di Bali yang getol mendalami cabang olahraga beladiri kempo.
Made Wardana Bidik Sabuk Hitam Dan IV di Usia 63
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan, Perbekel berusia 63 tahun ini tengah bersiap mengikuti penataran pelatih dan ujian kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja, guna mengejar ambisinya meraih sabuk hitam Dan IV.
Kesempaan mengikuti study season (penataran pelatih) dan ujian kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja, 30 Januari-4 Februari 2018 nanti, sangatlah spesial bagi Gede Wardana. Pasalnya, hanya dua kenshi (atlet kempo) dari Bali yang diizinkan PB Perkemi mengikuti kenaikan tingkat di Kamboja, termasuk Gede Wardana sendiri. Sedangkan satu kenshi lainnya adalah Arief Gunawan, juga asal Buleleng.
Menurut Gede Wardana, dari Indonesia sendiri hanya ada 7 kenshi yang mendapat izin dari PB Perkemi berangkat ke Kamboja. Selain Gede Wardana dan Arief Gunawan, 5 kenshi lagi berasal dari provinsi lainnya.
Wardana dan Arief Gunawan bersama 5 kenshi Indonesia lainnya dijadwalkan sudah berkumpul di Jakarta, Senin (29/1) lusa. Keesokan harinya, mereka dijadwalkan terbang ke Kamboja, Selasa (30/1). “Kami akan mengikuti kegiatan study season dan kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja hingga 4 Februari 2018 mendatang,” jelas Wardana di Singaraja, Jumat (26/1).
Wardana sendiri saat ini menjadi sensei (pelatih) Pengcab Kempo Kabupaten Buleleng. Perbekel Bukti ini sudah memegang sabuk hitam Dan III kempo sejak tahun 2003 lalu. Seharusnya, Wardana sudah meraih sabuk hitam Dan V. Namun, dalam dua kali kesempatan sebelumnya dia selalu tidak lolos, karena kesalahan administrasi.
“Dulu saya tidak tahu kok saya selalu tidak lolos. Ternyata, itu karena kesalahan memasukkan data administrasi. Sekarang saya lolos dan mendapat izin dari PB Perkemi, makanya saya harus bisa meraih sabuk hitam Dan IV,” kata Wardana yang kemarin ditemui NusaBali seusai latihan di GOR Bhuawa Patra, Jalan Udayana Singaraja.
Bagi Wardana, olahraga beladiri kempo sudah menjadi bagian dari hidupnya. Wardana mulai mengenal olahraga beladiri asal Jepang yang dibawa ke Indonesia oleh Ginandjar Kartasasmitha ini, sejak tahun 1974. Sebelum menggeluti beladiri kempo, Wardana sempat mempelajari dua olahraga beladiri lainnya, yakni pencak silat dan tinju.
Beladiri kempo, menurut Wardana, adalah olahraga dengan unsur keras dan lemah lembut. “Unsur keras dan lemah lembutnya itulah yang membuat saya tertarik dengan olahraga kempo,” jelas Wardana.
Menurut Wardana, keinginan menguasai jurus-juru beladiri, salah satunya untuk membela diri, karena kehidupannya yang terbilang cukup keras. Wardana tercatat pernah menjadi ‘penguasa’ Terminal Banyuasri-Singaraja sekitar tahun 1980-an. Kala itu, Wardana cukup disegani dan ditakuti oleh para sopir angkot dan angkutan umum jurusan Singaraja-Denpasar.
“Dulu memang kehidupan saya agak keras. Kalau ditantang, ya saya lawan saja. Kalau sekarang, berpikir-lah, kan sudah tua,” kenang kenshi kelahiran 31 Desember 1955 yang dikaruniai 6 anak: Putu Surya Suteja, Kadek Jatim Swardana, Komang Didin, Ketut Indramayu Ciputra, Gede Devayana Parmana, Made Cornelia Wisandra, dari pernikahannya dengan Putu Wiwik Pastiningsih ini.
Wardana mengisahkan, sebelum terpilih sebagai Kepala Desa Bukti pada 2013 lalu, dirinya sempat menjadi petugas penagih utang di pada sebuah bank swasta di Buleleng. Sejak terpilih menjadi Perbekel Bukti, Wardana langsung meninggalkan kehidupan ‘keras’ yang dijalani selama ini. “Sejak menjadi Perbekel, ya saya tidak bisa lagi menjalani kehidupan keras, malu kalau sampai berkelahi,” jelas kenshi berusia 63 tahun yang telah dikaruniai 10 cucu ini.
Kini, guna mengejar mimpi meraih sabuk hitam Dan 4 Kempo, Wardana bersama Arief Gunawan terus menjaga staminanya dengan latihan rutin 3 kali seminggu. Dia berharap kondisinya benar-benar prima saat study season di Kamboja nanti. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan, Perbekel berusia 63 tahun ini tengah bersiap mengikuti penataran pelatih dan ujian kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja, guna mengejar ambisinya meraih sabuk hitam Dan IV.
Kesempaan mengikuti study season (penataran pelatih) dan ujian kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja, 30 Januari-4 Februari 2018 nanti, sangatlah spesial bagi Gede Wardana. Pasalnya, hanya dua kenshi (atlet kempo) dari Bali yang diizinkan PB Perkemi mengikuti kenaikan tingkat di Kamboja, termasuk Gede Wardana sendiri. Sedangkan satu kenshi lainnya adalah Arief Gunawan, juga asal Buleleng.
Menurut Gede Wardana, dari Indonesia sendiri hanya ada 7 kenshi yang mendapat izin dari PB Perkemi berangkat ke Kamboja. Selain Gede Wardana dan Arief Gunawan, 5 kenshi lagi berasal dari provinsi lainnya.
Wardana dan Arief Gunawan bersama 5 kenshi Indonesia lainnya dijadwalkan sudah berkumpul di Jakarta, Senin (29/1) lusa. Keesokan harinya, mereka dijadwalkan terbang ke Kamboja, Selasa (30/1). “Kami akan mengikuti kegiatan study season dan kenaikan tingkat se-ASEAN di Kamboja hingga 4 Februari 2018 mendatang,” jelas Wardana di Singaraja, Jumat (26/1).
Wardana sendiri saat ini menjadi sensei (pelatih) Pengcab Kempo Kabupaten Buleleng. Perbekel Bukti ini sudah memegang sabuk hitam Dan III kempo sejak tahun 2003 lalu. Seharusnya, Wardana sudah meraih sabuk hitam Dan V. Namun, dalam dua kali kesempatan sebelumnya dia selalu tidak lolos, karena kesalahan administrasi.
“Dulu saya tidak tahu kok saya selalu tidak lolos. Ternyata, itu karena kesalahan memasukkan data administrasi. Sekarang saya lolos dan mendapat izin dari PB Perkemi, makanya saya harus bisa meraih sabuk hitam Dan IV,” kata Wardana yang kemarin ditemui NusaBali seusai latihan di GOR Bhuawa Patra, Jalan Udayana Singaraja.
Bagi Wardana, olahraga beladiri kempo sudah menjadi bagian dari hidupnya. Wardana mulai mengenal olahraga beladiri asal Jepang yang dibawa ke Indonesia oleh Ginandjar Kartasasmitha ini, sejak tahun 1974. Sebelum menggeluti beladiri kempo, Wardana sempat mempelajari dua olahraga beladiri lainnya, yakni pencak silat dan tinju.
Beladiri kempo, menurut Wardana, adalah olahraga dengan unsur keras dan lemah lembut. “Unsur keras dan lemah lembutnya itulah yang membuat saya tertarik dengan olahraga kempo,” jelas Wardana.
Menurut Wardana, keinginan menguasai jurus-juru beladiri, salah satunya untuk membela diri, karena kehidupannya yang terbilang cukup keras. Wardana tercatat pernah menjadi ‘penguasa’ Terminal Banyuasri-Singaraja sekitar tahun 1980-an. Kala itu, Wardana cukup disegani dan ditakuti oleh para sopir angkot dan angkutan umum jurusan Singaraja-Denpasar.
“Dulu memang kehidupan saya agak keras. Kalau ditantang, ya saya lawan saja. Kalau sekarang, berpikir-lah, kan sudah tua,” kenang kenshi kelahiran 31 Desember 1955 yang dikaruniai 6 anak: Putu Surya Suteja, Kadek Jatim Swardana, Komang Didin, Ketut Indramayu Ciputra, Gede Devayana Parmana, Made Cornelia Wisandra, dari pernikahannya dengan Putu Wiwik Pastiningsih ini.
Wardana mengisahkan, sebelum terpilih sebagai Kepala Desa Bukti pada 2013 lalu, dirinya sempat menjadi petugas penagih utang di pada sebuah bank swasta di Buleleng. Sejak terpilih menjadi Perbekel Bukti, Wardana langsung meninggalkan kehidupan ‘keras’ yang dijalani selama ini. “Sejak menjadi Perbekel, ya saya tidak bisa lagi menjalani kehidupan keras, malu kalau sampai berkelahi,” jelas kenshi berusia 63 tahun yang telah dikaruniai 10 cucu ini.
Kini, guna mengejar mimpi meraih sabuk hitam Dan 4 Kempo, Wardana bersama Arief Gunawan terus menjaga staminanya dengan latihan rutin 3 kali seminggu. Dia berharap kondisinya benar-benar prima saat study season di Kamboja nanti. *k19
1
Komentar