Pantang Gali Kuburan, Pengabenan Dilakukan secara Simbolis
Kepercayaan yang diwarisi turun temurun di Desa Pakraman Gobleg, jenazah krama yang meninggal dunia hanya dimakamkan di setra. Jika ada pengabenan, tidak dilakukan pembongkaran liang kubur untuk pengambilan tulang belulang. Pengabenan dilakukan secara simbolis menggunakan kayu cendana.
Krama Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, Kumpulkan Tulang Belulang di Setra yang Hanyut oleh Banjir
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan tulang belulang di Setra Desa Pakraman Gobleg, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, ditemukan menyusul amblasnya sebagian setra saat diguyur hujan deras pada Rabu (24/1) malam. Tulang belulang dari puluhan kuburan krama itu ditemukan di gerusan longsoran seluas sekitar 300 meter persegi, saat krama setempat gotong royong, Sabtu (27/1).
Gotong royong pengumpulan tulang belulang di Setra Desa Pakraman Gobleg berlangsung pada Sabtu (27/1) dimulai sekitar pukul 07.00 Wita hingga 11.00 Wita dengan melibatkan krama desa setempat didampingi aparat desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas. Krama dengan peralatan cangkul, sabit, dan alat gali lainnya mulai melakukan penelusuran dan penyisiran di areal longsoran setra yang berujung hingga ke kebun cengkih dan sungai yang ada di bawah setra.
Selama empat jam pencarian ditemukan sejumlah tulang belulang dari tanah setra yang tergerus. Penjabat Perbekel Desa Gobleg I Gusti Bagus Rony Ariyana, dihubungi kemarin mengatakan dari sejumlah tulang belulang yang ditemukan, sebagian besar sudah dalam keadaan tidak utuh.
“Karena bagian setra yang tergerus ini rata-rata kuburan lama semua,” kata dia. Bahkan krama yang ikut bergotongroyong pun belum dapat mengidentifikasi kuburan siapa saja yang tergerus.
Setelah dikumpulkan dan diyakini tidak ada lagi yang tertinggal, tulang belulang itu dikubur dalam satu lubang di bagian setra yang dinilai aman dari longsor, tanpa proses upacara. Menurut kesepakatan Desa Pakraman Gobleg, tulang belulang dari kuburan krama baru akan diupacarai setelah mendapatkan hari baik.
“Upacara Ngambe Ulap-nya menurut kelian desa sekitar tanggal 5 Februari nanti (Soma Umanis Bala),” imbuh Rony Ariyana.
Sementara untuk menghindari kemungkinan longsor susulan, pihak desa berencana membuatkan tanggul darurat dari karung yang diisi pasir untuk menahan tanah yang semula tergerus.
Pihaknya pun sudah melaporkan kejadian itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng untuk dapat ditindaklanjuti. Dia pun berharap pemerintah daerah dapat membantu penyenderan bagian bawah setra sehingga ke depannya tidak terjadi lagi peristiwa serupa.
Sebelumnya diberitakan, Penjabat Perbekel Gobleg I Gusti Bagus Rony Ariyana, menyatakan khusus untuk penanganan Setra Desa Pakraman Gobleg yang amblas, pihaknya belum berani memastikan apakah ada mayat terkubur ikut terseret atau tidak. “Tapi, kemungkinan besar ada mayat terkubur yang ikut tergerus. Hanya saja, jumlahnya kami belum tahu. Nanti kami akan sangkep (rapat adat) dulu krama untuk membahas hal ini,” jelas Rony Ariyana.
Menurut Rony Ariyana, dari sekitar 300 meter persegi areal setra yang amblas itu, diperkirakan ada sekitar 50 liang kubur di sana. Termasuk liang kubur terbaru yakni mayat almarhum Nyoman Kodi, krama Banjar Jembong, Desa Pakraman Gobleg, yang baru dimakamkan sekitar 2 bulan sebelumnya. “Kami tidak bisa bertindak sembarangan, karena menurut kepercayaan yang diwarisi turun temurun, pantang untuk menggali kembali kuburan yang sudah ada,” katanya.
Selama ini, kata Rony Ariyana, jenazah krama yang meninggal dunia hanya dimakamkan di setra tersebut. Kendati ada upacara pangabenan, tidak dilakukan pembongkaran liang kubur untuk pengambilan tulang belulang. Mendiang yang diabenkan hanya simbolis saja dengan menggunakan kayu cendana, sehingga Setra Desa Pakraman Gobleg penuh sesak.
Rony Ariyana menuturkan, pihaknya sudah menginventarisasi seluruh bangunan maupun falisitas umum yang rusak akibat longsor dan banjir di desanya. Kerugian total buat sementara diperkirakan mencapai Rp 1,1 miliar.
“Kami sudah data semua kerusakan dan laporkan langsung ke BPBD Buleleng. Kerugian material diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,1 miliar. Ini belum termasuk saluran perpipaan air bersih kami yang juga menaungi desa tetangga, seperti Desa Sidatapa, Desa Tigawasa, dan Desa Banyuasri yang seluruh pipa jaringannya ikut hanyut terbawa air sungai,” ungkap Rony Ariyana saat ditemui NusaBali di Kantor Desa Gobleg, Kamis (25/1).
Terkait penanganan sementara tiga jembatan putus yang selama ini dipakai warga Desa Gobleg sebagai akses jalan menuju desa-desa tetangga, menurut Rony Ariyana, baru satu yang dapat ditangani dengan jembatan darurat. Yakni, Jembatan di Banjar Asah. Warga setempat secara sukarela membuat jembatan darurat dari bambu pasca bencana, Rabu (24/1) lalu. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan tulang belulang di Setra Desa Pakraman Gobleg, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, ditemukan menyusul amblasnya sebagian setra saat diguyur hujan deras pada Rabu (24/1) malam. Tulang belulang dari puluhan kuburan krama itu ditemukan di gerusan longsoran seluas sekitar 300 meter persegi, saat krama setempat gotong royong, Sabtu (27/1).
Gotong royong pengumpulan tulang belulang di Setra Desa Pakraman Gobleg berlangsung pada Sabtu (27/1) dimulai sekitar pukul 07.00 Wita hingga 11.00 Wita dengan melibatkan krama desa setempat didampingi aparat desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas. Krama dengan peralatan cangkul, sabit, dan alat gali lainnya mulai melakukan penelusuran dan penyisiran di areal longsoran setra yang berujung hingga ke kebun cengkih dan sungai yang ada di bawah setra.
Selama empat jam pencarian ditemukan sejumlah tulang belulang dari tanah setra yang tergerus. Penjabat Perbekel Desa Gobleg I Gusti Bagus Rony Ariyana, dihubungi kemarin mengatakan dari sejumlah tulang belulang yang ditemukan, sebagian besar sudah dalam keadaan tidak utuh.
“Karena bagian setra yang tergerus ini rata-rata kuburan lama semua,” kata dia. Bahkan krama yang ikut bergotongroyong pun belum dapat mengidentifikasi kuburan siapa saja yang tergerus.
Setelah dikumpulkan dan diyakini tidak ada lagi yang tertinggal, tulang belulang itu dikubur dalam satu lubang di bagian setra yang dinilai aman dari longsor, tanpa proses upacara. Menurut kesepakatan Desa Pakraman Gobleg, tulang belulang dari kuburan krama baru akan diupacarai setelah mendapatkan hari baik.
“Upacara Ngambe Ulap-nya menurut kelian desa sekitar tanggal 5 Februari nanti (Soma Umanis Bala),” imbuh Rony Ariyana.
Sementara untuk menghindari kemungkinan longsor susulan, pihak desa berencana membuatkan tanggul darurat dari karung yang diisi pasir untuk menahan tanah yang semula tergerus.
Pihaknya pun sudah melaporkan kejadian itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng untuk dapat ditindaklanjuti. Dia pun berharap pemerintah daerah dapat membantu penyenderan bagian bawah setra sehingga ke depannya tidak terjadi lagi peristiwa serupa.
Sebelumnya diberitakan, Penjabat Perbekel Gobleg I Gusti Bagus Rony Ariyana, menyatakan khusus untuk penanganan Setra Desa Pakraman Gobleg yang amblas, pihaknya belum berani memastikan apakah ada mayat terkubur ikut terseret atau tidak. “Tapi, kemungkinan besar ada mayat terkubur yang ikut tergerus. Hanya saja, jumlahnya kami belum tahu. Nanti kami akan sangkep (rapat adat) dulu krama untuk membahas hal ini,” jelas Rony Ariyana.
Menurut Rony Ariyana, dari sekitar 300 meter persegi areal setra yang amblas itu, diperkirakan ada sekitar 50 liang kubur di sana. Termasuk liang kubur terbaru yakni mayat almarhum Nyoman Kodi, krama Banjar Jembong, Desa Pakraman Gobleg, yang baru dimakamkan sekitar 2 bulan sebelumnya. “Kami tidak bisa bertindak sembarangan, karena menurut kepercayaan yang diwarisi turun temurun, pantang untuk menggali kembali kuburan yang sudah ada,” katanya.
Selama ini, kata Rony Ariyana, jenazah krama yang meninggal dunia hanya dimakamkan di setra tersebut. Kendati ada upacara pangabenan, tidak dilakukan pembongkaran liang kubur untuk pengambilan tulang belulang. Mendiang yang diabenkan hanya simbolis saja dengan menggunakan kayu cendana, sehingga Setra Desa Pakraman Gobleg penuh sesak.
Rony Ariyana menuturkan, pihaknya sudah menginventarisasi seluruh bangunan maupun falisitas umum yang rusak akibat longsor dan banjir di desanya. Kerugian total buat sementara diperkirakan mencapai Rp 1,1 miliar.
“Kami sudah data semua kerusakan dan laporkan langsung ke BPBD Buleleng. Kerugian material diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,1 miliar. Ini belum termasuk saluran perpipaan air bersih kami yang juga menaungi desa tetangga, seperti Desa Sidatapa, Desa Tigawasa, dan Desa Banyuasri yang seluruh pipa jaringannya ikut hanyut terbawa air sungai,” ungkap Rony Ariyana saat ditemui NusaBali di Kantor Desa Gobleg, Kamis (25/1).
Terkait penanganan sementara tiga jembatan putus yang selama ini dipakai warga Desa Gobleg sebagai akses jalan menuju desa-desa tetangga, menurut Rony Ariyana, baru satu yang dapat ditangani dengan jembatan darurat. Yakni, Jembatan di Banjar Asah. Warga setempat secara sukarela membuat jembatan darurat dari bambu pasca bencana, Rabu (24/1) lalu. *k23
1
Komentar