Support Sineas Muda lewat Indigenous Film Festival
Festival Film Internasional yang bakal digelar di kawasan Ubud, Gianyar akan menampilkan karya anak bangsa yang menyoroti kelestarian dan keberlanjutan kebudayaan lewat film.
DENPASAR, NusaBali
Bahkan, film berjudul ‘Long Saan’ karya sutradara Erick Est didapuk untuk menandai pembukaan festival film internasional bertajuk ‘Indigenous Film Festival’ itu. Long Saan menjadi salah satu film yang akan ditayangkan dalam festival tersebut, akan mengisahkan perjuangan dan tantangan Suku Dayak di Kalimantan. Selain itu, di hari pertama pembukaan festival juga ditayangkan karya tiga pembuat film pribumi dari Odisha, India. Film ini akan mempresentasikan film dan perjuangan mereka untuk mendapatkan pengakuan dan kelangsungan hidup budaya di daerah Suku Odisha.
Menurut Direktur Indigenous Film Festival, David Metcalf, festival yang akan digelar dari 26-29 Januari 2018 di Teater Paradiso, Ubud, Gianyar itu akan menampilkan total 32 film, 17 film mengangkat komunitas di Indonesia dan sisanya dari 12 negara yakni diantaranya India, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Peru, Panama, Honduras, Brasil, Nikaragua, Kongo, dan Kanada.
"Lewat acara ini, tidak saja untuk menunjukkan bahwa sebenarnya bahwa banyak film buatan anak bangsa yang bagus-bagus, sekaligus untuk mengedukasi komunitas 'indigenous' dan memberikan dukungan pada sineas-sineas muda," ujar David, Kamis (25/1).
David Metcalf selaku penyelenggara festival menjelaskan dalam festival film ini, akan ditampilkan film dokumenter mengenai perjuangan sejumlah komunitas maupun suku di Indonesia dan 12 negara di dunia. Film ini akan mengupas dan mempertontonkan kisah kisah sejumlah komunitas yang terasing dan diasingkan dalam berjuang menghadapi tantangan kebudayaan dan lingkungan. Salah satunya yang gencar diperjuangkan sejumlah suku-suku di dunia adalah hak atas tanah adatnya.
David mempunyai harapan besar agar ke depannya anak-anak muda bisa membuat film-film yang bagus dan juga turut serta untuk menyelamatkan lingkungan maupun kebudayaan mereka. “Melalui festival ini, kami pun ingin mempertemukan para pembuat film dari berbagai daerah dan bisa menceritakan kisah mereka, sekaligus memberikan solusi yang menguntungkan banyak komunitas di seluruh Indonesia," kata David.
Selain pemutaran film, juga digelar lokakarya pada Senin (29/1) mengenai cara membuat film dokumenter yang efektif dan bagus. *ind
Menurut Direktur Indigenous Film Festival, David Metcalf, festival yang akan digelar dari 26-29 Januari 2018 di Teater Paradiso, Ubud, Gianyar itu akan menampilkan total 32 film, 17 film mengangkat komunitas di Indonesia dan sisanya dari 12 negara yakni diantaranya India, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Peru, Panama, Honduras, Brasil, Nikaragua, Kongo, dan Kanada.
"Lewat acara ini, tidak saja untuk menunjukkan bahwa sebenarnya bahwa banyak film buatan anak bangsa yang bagus-bagus, sekaligus untuk mengedukasi komunitas 'indigenous' dan memberikan dukungan pada sineas-sineas muda," ujar David, Kamis (25/1).
David Metcalf selaku penyelenggara festival menjelaskan dalam festival film ini, akan ditampilkan film dokumenter mengenai perjuangan sejumlah komunitas maupun suku di Indonesia dan 12 negara di dunia. Film ini akan mengupas dan mempertontonkan kisah kisah sejumlah komunitas yang terasing dan diasingkan dalam berjuang menghadapi tantangan kebudayaan dan lingkungan. Salah satunya yang gencar diperjuangkan sejumlah suku-suku di dunia adalah hak atas tanah adatnya.
David mempunyai harapan besar agar ke depannya anak-anak muda bisa membuat film-film yang bagus dan juga turut serta untuk menyelamatkan lingkungan maupun kebudayaan mereka. “Melalui festival ini, kami pun ingin mempertemukan para pembuat film dari berbagai daerah dan bisa menceritakan kisah mereka, sekaligus memberikan solusi yang menguntungkan banyak komunitas di seluruh Indonesia," kata David.
Selain pemutaran film, juga digelar lokakarya pada Senin (29/1) mengenai cara membuat film dokumenter yang efektif dan bagus. *ind
1
Komentar