Pertumbuhan Ekonomi Klungkung Melebihi Pertumbuhan Ekonomi Bali
Pertumbuhan ekonomi Klungkung terus mengalami peningkatan secara signifikan.
SEMARAPURA, NusaBali
Berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, dalam kurun waktu dua tahun sejak 2015, pertumbuhan ekonomi Klungkung naik dari semula 6,11 persen menjadi 6,26 persen di tahun 2016.
Dengan angka tersebut, pertumbuhan ekonomi Klungkung melebihi pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,04 persen di tahun 2015 dan 6,24 persen pada 2016. Hal ini diungkapkan Sekda Kabupaten Klungkung, Gede Putu Winastra, kepada NusaBali di Semarapura, Minggu (28/1).
Putu Winastra menyebutkan, Gini Ratio Kabupaten Klungkung juga tidak jauh beda dari Provinsi Bali. Gini Ratio adalah pengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Gini Ratio Klungkung saat ini, kata Winastra, di kisaran angka 0,3601. Klungkung lebih rendah sedikit dibanding Gini Ratio Provinsi Bali yang mencapai 0,366.
Secara keseluruhan, Gini Ratio Klungkung tahun 2016 berada di peringkat kedua kabupaten/kota se-Bali, di bawah Jembrana. Berdasarkan data BPS, Gini Ratio Jembrana tahun 2016 berada di posisi teratas dengan 0,3627. Sedangkan Gini Ratio Klungkung di pisisi kedua dengan 0,3601, disusul Bangli (0,3537), Tabanan (0,3444), Buleleng (0,3360), Denpasar (0,3307), Badung (0,3151), Gianyar (0,3049), dan terendah Gini Ratio Karangasem (0,2930).
Menurut Winastra, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Klungkung dipengaruhi beberapa faktor. Setidaknya, ada 17 lapangan usaha sebagai penyumbang distribusi prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2014-2016. Dari 17 lapangan usaha, 3 di antaranya merupakan lapangan usaha penyumbang PDRB Kabupaten Klungkung tertinggi ta-hun 2016, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (sebesar 23,11 persen), bidang penyediaan akomodasi dan makan minum (sebesar 13,76 persen), serta bidang industri pengolahan (sebesar 9,30 persen).
Selain 3 lapangan usaha sebagai penyumbang PDRB tertinggi itu, menurut Winastra, ada 3 lapangan usaha lainnya yang juga mengalami pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir. Rinciannya, bidang konstruksi, perdagangan besar, dan eceran (sebesar 14,96 persen), penyediaan akomodasi dan makan minum (sebesar 10,18 persen), serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial (sebesar 8,45 persen).
“Angka sementara Produk Domestik Regional Bruto Klungkung tahun 2015 Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut lapangan usaha 2012-2016 adalah mencapai Rp 4,8 triliun lebih,” tandas Winastra.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengakui peningkatan perekonomian Gumi Serombotan ini tidak turun dari langit. “Ada upaya kerja keras melalui turun langsung mengecek masyarakat di desalewat bedah desa. Kami sudah lakukan bedah desa di 36 desa. Dari situ banyak hal yang kami temukan dan langsung eksekusi,” ujar Bupati Suwirta.
Menurut Bupati Suwirta, semua instansi terkait bekerja dan bergerak langsung melakukan penanganan. Misalnya, penanganan kesehatan bagi warga kurang mampu dari Dinas Kesehatan Klungkung, hingga pemberian bantuan bedah atau rehab rumah dari Dinas Sosial Klungkung. Penanganan lainnya dari Dinas Pendidikan Klungkung adalah pemberian beasiswa bagi siswa asal keluarga kurang mampu.
Dalam bedah desa di Desa Tegak, Kecamatan Klungkung beberapa waktu lalu, Bupati Suwirta ingin memperbaiki sanitasi di wilayah ini dengan program 100-0-100, yakni ketersediaan 100 persen air minum, 0 persen kawasan kumuh, 100 persen fasilitas sanitasi dan drainase, melalui penanganan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Kawasan Permukiman (PUPRKP) Kabupaten Klungkung. *wan
Berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, dalam kurun waktu dua tahun sejak 2015, pertumbuhan ekonomi Klungkung naik dari semula 6,11 persen menjadi 6,26 persen di tahun 2016.
Dengan angka tersebut, pertumbuhan ekonomi Klungkung melebihi pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,04 persen di tahun 2015 dan 6,24 persen pada 2016. Hal ini diungkapkan Sekda Kabupaten Klungkung, Gede Putu Winastra, kepada NusaBali di Semarapura, Minggu (28/1).
Putu Winastra menyebutkan, Gini Ratio Kabupaten Klungkung juga tidak jauh beda dari Provinsi Bali. Gini Ratio adalah pengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Gini Ratio Klungkung saat ini, kata Winastra, di kisaran angka 0,3601. Klungkung lebih rendah sedikit dibanding Gini Ratio Provinsi Bali yang mencapai 0,366.
Secara keseluruhan, Gini Ratio Klungkung tahun 2016 berada di peringkat kedua kabupaten/kota se-Bali, di bawah Jembrana. Berdasarkan data BPS, Gini Ratio Jembrana tahun 2016 berada di posisi teratas dengan 0,3627. Sedangkan Gini Ratio Klungkung di pisisi kedua dengan 0,3601, disusul Bangli (0,3537), Tabanan (0,3444), Buleleng (0,3360), Denpasar (0,3307), Badung (0,3151), Gianyar (0,3049), dan terendah Gini Ratio Karangasem (0,2930).
Menurut Winastra, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Klungkung dipengaruhi beberapa faktor. Setidaknya, ada 17 lapangan usaha sebagai penyumbang distribusi prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2014-2016. Dari 17 lapangan usaha, 3 di antaranya merupakan lapangan usaha penyumbang PDRB Kabupaten Klungkung tertinggi ta-hun 2016, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (sebesar 23,11 persen), bidang penyediaan akomodasi dan makan minum (sebesar 13,76 persen), serta bidang industri pengolahan (sebesar 9,30 persen).
Selain 3 lapangan usaha sebagai penyumbang PDRB tertinggi itu, menurut Winastra, ada 3 lapangan usaha lainnya yang juga mengalami pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir. Rinciannya, bidang konstruksi, perdagangan besar, dan eceran (sebesar 14,96 persen), penyediaan akomodasi dan makan minum (sebesar 10,18 persen), serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial (sebesar 8,45 persen).
“Angka sementara Produk Domestik Regional Bruto Klungkung tahun 2015 Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut lapangan usaha 2012-2016 adalah mencapai Rp 4,8 triliun lebih,” tandas Winastra.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengakui peningkatan perekonomian Gumi Serombotan ini tidak turun dari langit. “Ada upaya kerja keras melalui turun langsung mengecek masyarakat di desalewat bedah desa. Kami sudah lakukan bedah desa di 36 desa. Dari situ banyak hal yang kami temukan dan langsung eksekusi,” ujar Bupati Suwirta.
Menurut Bupati Suwirta, semua instansi terkait bekerja dan bergerak langsung melakukan penanganan. Misalnya, penanganan kesehatan bagi warga kurang mampu dari Dinas Kesehatan Klungkung, hingga pemberian bantuan bedah atau rehab rumah dari Dinas Sosial Klungkung. Penanganan lainnya dari Dinas Pendidikan Klungkung adalah pemberian beasiswa bagi siswa asal keluarga kurang mampu.
Dalam bedah desa di Desa Tegak, Kecamatan Klungkung beberapa waktu lalu, Bupati Suwirta ingin memperbaiki sanitasi di wilayah ini dengan program 100-0-100, yakni ketersediaan 100 persen air minum, 0 persen kawasan kumuh, 100 persen fasilitas sanitasi dan drainase, melalui penanganan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Kawasan Permukiman (PUPRKP) Kabupaten Klungkung. *wan
1
Komentar