250 General Manager Ditarget Sertifikasi Nasional
Menghadapi serbuan ‘GM asing’, Bali berbenah dengan mensertifikasi para GM hotel untuk mendapat sertifikasi nasional.
MANGUPURA, NusaBali
Indonesia Hotel Manager Acsociation (IHGMA) menargetkan 250 orang membernya pada 2018 ini lolos sertifikasi General Manager (GM) secara nasional. Upaya untuk mendapatkan sertifikasi ini merupakan tanggungjawab dari asosiasi untuk mendapat pengakuan karena saat ini banyak GM yang datang dari luar negeri.
Ketua DPD IHGMA Bali, Nyoman Astawa dikonfirmasi, Sabtu (27/1) mengungkapkan, saat ini member IHGMA terbanyak ada di Bali. Namun masih banyak yang belum tersertifikasi secara nasional maupun internasional. Dari total 115 orang member IHGMA Bali yang sudah tersertifikasi nasional 62 orang. Sementara secara internasional yang sudah mendapat sertifikasi sekitar 90 orang dari Bali.
Seritfikasi ini selain untuk bersaing dengan banyaknya GM yang datang dari luar negeri juga untuk membangun kualitas SDM para member. Tahun ini kementerian pariwisata menyiapkan kuota sertifikasi sebanyak 1.000 orang. IHGMA menargetkan 250 orang dari kuota itu bisa tercapai. Sertifikasi ini merupakan level VIII Bandan Nasional Sertifikasi Profesi. Sertifikasi ini setara dengan S2. Sertifikasi ini menggunakan sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
Sertifikasi ini dinilainya sangat penting karena saat ini terjadi persaingan yang ketat di Asia. Vietnam, Thailand, dan Filipina sangat agresif dalam memberikan serangan terhadap pertumbuhan pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Bali sebagai ikon pariwisata Indonsesia selalau ingin memposisiskan asosiasi ini sebagai posisi yang strategis. Baik berpartner kepada pemerintah, berkontribusi terhadap industri, kepedulian terhadap lingkungan dan kemasyarakatan.
“IHGMA telah bekerja sama dengan kementerian pariwisata untuk mensertifikasi para GM. Sejak Oktober 2017 hingga saat ini sudah 62 GM yang sudah disertifikasi secara nasional. GM yang S1 atau dipoloma kalau sudah lulus uji kompetensi ini berarti sudah setara dengan S2. Ini sudah berlangsung di empat kota yakni Jakarta, Bali, Makassar, dan kembali ke Jakarta. Kami berharap tahun ini member kami di Bali banyak yang tersertifikasi secara nasional. Tahun ini menteri pariwisata menargetkan 1.000 orang GM. Kami ingin 250 member kami bisa tercapai. Member IHGMA terbanyak ada di Bali,” ungkap Astawa.
Selain membangun dan mengembangkan SDM, IHGMA Bali juga akan mengembangkan sejumlah langkah strategis pada 2018 yang telah disusun dalam program kerja. Terdapat tiga poin utama yaitu competency development, community development dan corporate business development. Ketiga program tersebut, semuanya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dan melibatkan para anggota serta stakeholder terkait.
Sejumlah isu yang berkaitan dengan pariwisata terutama terkait bencana alam terutama erupsi Gunung Agung dan banjir menjadi perhatian. Menurutnya masalah-masalah yang ada di Bali bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi semua stake holder swasta untuk menunjukan tanggungjawab moral.
Pihaknya siap mendukung program ‘Bali recovery’ oleh pemerintah Bali dengan memberikan komitmen satu malam gratis menginap jika terjadi Gunung Agung meletus dan bandara ditutup. Hal ini penting untuk disiapkan suapaya tak terjadi tumpang tindih dan menunggu pemerintah.
“Ini bukan berarti kami mau gaya-gayaan bahwa kami mampu, tetapi ini merupakan promosi penting bagi kami kepada saler yang ada luar negeri. Wisatawan itu membutuhkan statemen yang pasti dan bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.*p
Indonesia Hotel Manager Acsociation (IHGMA) menargetkan 250 orang membernya pada 2018 ini lolos sertifikasi General Manager (GM) secara nasional. Upaya untuk mendapatkan sertifikasi ini merupakan tanggungjawab dari asosiasi untuk mendapat pengakuan karena saat ini banyak GM yang datang dari luar negeri.
Ketua DPD IHGMA Bali, Nyoman Astawa dikonfirmasi, Sabtu (27/1) mengungkapkan, saat ini member IHGMA terbanyak ada di Bali. Namun masih banyak yang belum tersertifikasi secara nasional maupun internasional. Dari total 115 orang member IHGMA Bali yang sudah tersertifikasi nasional 62 orang. Sementara secara internasional yang sudah mendapat sertifikasi sekitar 90 orang dari Bali.
Seritfikasi ini selain untuk bersaing dengan banyaknya GM yang datang dari luar negeri juga untuk membangun kualitas SDM para member. Tahun ini kementerian pariwisata menyiapkan kuota sertifikasi sebanyak 1.000 orang. IHGMA menargetkan 250 orang dari kuota itu bisa tercapai. Sertifikasi ini merupakan level VIII Bandan Nasional Sertifikasi Profesi. Sertifikasi ini setara dengan S2. Sertifikasi ini menggunakan sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
Sertifikasi ini dinilainya sangat penting karena saat ini terjadi persaingan yang ketat di Asia. Vietnam, Thailand, dan Filipina sangat agresif dalam memberikan serangan terhadap pertumbuhan pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Bali sebagai ikon pariwisata Indonsesia selalau ingin memposisiskan asosiasi ini sebagai posisi yang strategis. Baik berpartner kepada pemerintah, berkontribusi terhadap industri, kepedulian terhadap lingkungan dan kemasyarakatan.
“IHGMA telah bekerja sama dengan kementerian pariwisata untuk mensertifikasi para GM. Sejak Oktober 2017 hingga saat ini sudah 62 GM yang sudah disertifikasi secara nasional. GM yang S1 atau dipoloma kalau sudah lulus uji kompetensi ini berarti sudah setara dengan S2. Ini sudah berlangsung di empat kota yakni Jakarta, Bali, Makassar, dan kembali ke Jakarta. Kami berharap tahun ini member kami di Bali banyak yang tersertifikasi secara nasional. Tahun ini menteri pariwisata menargetkan 1.000 orang GM. Kami ingin 250 member kami bisa tercapai. Member IHGMA terbanyak ada di Bali,” ungkap Astawa.
Selain membangun dan mengembangkan SDM, IHGMA Bali juga akan mengembangkan sejumlah langkah strategis pada 2018 yang telah disusun dalam program kerja. Terdapat tiga poin utama yaitu competency development, community development dan corporate business development. Ketiga program tersebut, semuanya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dan melibatkan para anggota serta stakeholder terkait.
Sejumlah isu yang berkaitan dengan pariwisata terutama terkait bencana alam terutama erupsi Gunung Agung dan banjir menjadi perhatian. Menurutnya masalah-masalah yang ada di Bali bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi semua stake holder swasta untuk menunjukan tanggungjawab moral.
Pihaknya siap mendukung program ‘Bali recovery’ oleh pemerintah Bali dengan memberikan komitmen satu malam gratis menginap jika terjadi Gunung Agung meletus dan bandara ditutup. Hal ini penting untuk disiapkan suapaya tak terjadi tumpang tindih dan menunggu pemerintah.
“Ini bukan berarti kami mau gaya-gayaan bahwa kami mampu, tetapi ini merupakan promosi penting bagi kami kepada saler yang ada luar negeri. Wisatawan itu membutuhkan statemen yang pasti dan bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.*p
1
Komentar