Fasilitas Baca Digital untuk Penyandang Tunanetra
Para penyandang tunanetra di Bali tidak perlu lagi khawatir dengan terbatasnya buku yang bisa mereka baca, karena terbatasnya alih buku menggunakan huruf braille.
DENPASAR, NusaBali
Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, para penyandang tunanetra kini bisa menikmati kecanggihan membaca buku lewat aplikasi digital. Hal ini terungkap dalam sosialisasi dan pelatihan mengakses dan membaca buku digital khusus penyandang tunanetra di kampus Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sabtu (27/1). Sejak tahun 2016, berkembang suatu perpustakaan buku digital online dengan format E-Pub khusus untuk penyandang tunanetra. Fasilitas perpustakaan buku digital online ini diluncurkan oleh Yayasan Mitra Netra yang diberi nama Pustaka Mitra Netra (www.mitranetra.web.id).
Pada perpustakaan tersebut telah diunggah ratusan jenis buku, yang dibuat dalam bentuk elektronik versi E-Pub. Struktur bukunya disesuaikan dengan struktur buku asli sehingga sangat aksesibel bagi tunanetra. Persatuan Tunantera Indonesia (Pertuni) kemudian menjalin kerjasama dengan adanya kehadiran perpustakaan buku E-Pub yang diinisiasi oleh Yayasan Mitra Netra tersebut.
Bandung dipilih sebagai kota pertama tempat dilaksanakannya sosialisasi dan pelatihan penggunaan buku E-Pub untuk tunanetra, mengingat kota ini menyimpan sejarah awal perjuangan tunanetra Indonesia. Sementara di Bali, dipilih di IHDN Denpasar. “Pertuni mencatat IHDN Denpasar sudah sejak lama menerima mahasiswa tunanetra. Artinya IHDN Denpasar sebagai lembaga pendidikan tinggi sudah membuka pintu bagi hadirnya para mahasiswa tunanetra. Sementara universitas yang lain sejauh yang kami tahu belum ada,” ujar Ketua Umum Pertuni, Aria Indrawati, di sela acara.
Sebab selama ini, kata Indrawati, banyak tunanetra yang takut menempuh pendidikan tinggi karena mereka berpikir bagaimana nanti kuliah dan membaca banyak buku. “Dari awal, IHDN Denpasar sudah membuka diri, kami sangat mengapresiasi. Itu berarti IHDN Denpasar sudah bersedia melakukan berbagai adaptasi yang diperlukan,” imbuhnya. Hal ini diamini oleh Rektor IHDN Denpasar, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana MSi. Dia yang juga Ketua PHDI Bali ini menambahkan, di IHDN Denpasar setiap tahunnya memang menerima mahasiswa tunanetra rata-rata lima sampai enam orang. Masing-masing memilih program, studi (Prodi) berbeda, seperti Pendidikan, Penerangan, Hukum, bahkan memilih Fakultas Brahma Widya yang terdiri dari jurusan Filsafat, Teologi, serta Yoga dan Kesehatan.
“Yang masih aktif sekarang ada tujuh orang mahasiswa tunanetra. Kami di IHDN Denpasar tidak pernah membedakan yang disabilitas maupun yang normal untuk belajar di kampus. Kami terbuka bagi semua,” terangnya. Adanya perpustakaan digital dengan format E-Pub ini, menurut Rektor Sudiana, akan sangat membantu seluruh penyandang tunanetra di Bali untuk mendapatkan haknya memperoleh dan mengakses informasi. Ketum Pertuni, Aria Indrawati menjelaskan, materi yang disampaikan dalam sosialisasi dan pelatihan tersebut, yaitu cara menggunakan Perpustakaan Online buku E-Pub, serta cara membaca buku E-Pub dengan menggunakan laptop atau smart phone. Metode penyampainnya pun cukup sederhana. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok didampingi oleh satu orang instruktur. Selanjutnya, peserta diminta langsung mempraktekkan instruksi yang disampaikan oleh instruktur. *ind
Pada perpustakaan tersebut telah diunggah ratusan jenis buku, yang dibuat dalam bentuk elektronik versi E-Pub. Struktur bukunya disesuaikan dengan struktur buku asli sehingga sangat aksesibel bagi tunanetra. Persatuan Tunantera Indonesia (Pertuni) kemudian menjalin kerjasama dengan adanya kehadiran perpustakaan buku E-Pub yang diinisiasi oleh Yayasan Mitra Netra tersebut.
Bandung dipilih sebagai kota pertama tempat dilaksanakannya sosialisasi dan pelatihan penggunaan buku E-Pub untuk tunanetra, mengingat kota ini menyimpan sejarah awal perjuangan tunanetra Indonesia. Sementara di Bali, dipilih di IHDN Denpasar. “Pertuni mencatat IHDN Denpasar sudah sejak lama menerima mahasiswa tunanetra. Artinya IHDN Denpasar sebagai lembaga pendidikan tinggi sudah membuka pintu bagi hadirnya para mahasiswa tunanetra. Sementara universitas yang lain sejauh yang kami tahu belum ada,” ujar Ketua Umum Pertuni, Aria Indrawati, di sela acara.
Sebab selama ini, kata Indrawati, banyak tunanetra yang takut menempuh pendidikan tinggi karena mereka berpikir bagaimana nanti kuliah dan membaca banyak buku. “Dari awal, IHDN Denpasar sudah membuka diri, kami sangat mengapresiasi. Itu berarti IHDN Denpasar sudah bersedia melakukan berbagai adaptasi yang diperlukan,” imbuhnya. Hal ini diamini oleh Rektor IHDN Denpasar, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana MSi. Dia yang juga Ketua PHDI Bali ini menambahkan, di IHDN Denpasar setiap tahunnya memang menerima mahasiswa tunanetra rata-rata lima sampai enam orang. Masing-masing memilih program, studi (Prodi) berbeda, seperti Pendidikan, Penerangan, Hukum, bahkan memilih Fakultas Brahma Widya yang terdiri dari jurusan Filsafat, Teologi, serta Yoga dan Kesehatan.
“Yang masih aktif sekarang ada tujuh orang mahasiswa tunanetra. Kami di IHDN Denpasar tidak pernah membedakan yang disabilitas maupun yang normal untuk belajar di kampus. Kami terbuka bagi semua,” terangnya. Adanya perpustakaan digital dengan format E-Pub ini, menurut Rektor Sudiana, akan sangat membantu seluruh penyandang tunanetra di Bali untuk mendapatkan haknya memperoleh dan mengakses informasi. Ketum Pertuni, Aria Indrawati menjelaskan, materi yang disampaikan dalam sosialisasi dan pelatihan tersebut, yaitu cara menggunakan Perpustakaan Online buku E-Pub, serta cara membaca buku E-Pub dengan menggunakan laptop atau smart phone. Metode penyampainnya pun cukup sederhana. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok didampingi oleh satu orang instruktur. Selanjutnya, peserta diminta langsung mempraktekkan instruksi yang disampaikan oleh instruktur. *ind
Komentar