BTPN Merger Sumitomo
Sumitomo Mitsui Banking Corporation berencana akan menggabungkan (merger) dua entitas bank milik perusahaan tersebut, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
JAKARTA, NusaBali
Direktur BTPN Anika Faisal dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (29/1), mengatakan, aksi korporasi ini sejalan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk konsolidasi sektor keuangan.
Penggabungan atau merger bank diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sinergi sektor perbankan. "Perseroan akan memastikan, semua proses yang dijalankan akan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku," ucap Anika.
Hingga akhir kuartal III 2017, BTPN mengantongi laba bersih Rp1,4 triliun atau relatif setara dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu. Jika tidak memperhitungkan nilai investasi pada 2017, perolehan laba mencapai Rp1,8 triliun.
Fungsi penyaluran kredit BTPN hingga kuartal III 2017 tercatat sebesar Rp65,8 triliun atau hanya tumbuh lima persen (tahun ke tahun/year on year/yoy), dengan rasio kredit bermasalah (NPL) 0,9 persen. Aset BTPN sebelum merger tercatat Rp93,8 triliundengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 24,8 persen.*ant
Direktur BTPN Anika Faisal dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (29/1), mengatakan, aksi korporasi ini sejalan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk konsolidasi sektor keuangan.
Penggabungan atau merger bank diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sinergi sektor perbankan. "Perseroan akan memastikan, semua proses yang dijalankan akan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku," ucap Anika.
Hingga akhir kuartal III 2017, BTPN mengantongi laba bersih Rp1,4 triliun atau relatif setara dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu. Jika tidak memperhitungkan nilai investasi pada 2017, perolehan laba mencapai Rp1,8 triliun.
Fungsi penyaluran kredit BTPN hingga kuartal III 2017 tercatat sebesar Rp65,8 triliun atau hanya tumbuh lima persen (tahun ke tahun/year on year/yoy), dengan rasio kredit bermasalah (NPL) 0,9 persen. Aset BTPN sebelum merger tercatat Rp93,8 triliundengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 24,8 persen.*ant
Komentar