Supermoon, Penyeberangan Selat Bali Waspada
Fenomena Super Blue Blood Moon atau Supermoon bertepatan dengan Gerhana Bulan Total, Rabu (31/1), yang diprediksi memicu potensi gelombang tinggi, diwaspadai pihak otoritas penyeberangan Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk di Selat Bali.
NEGARA, NusaBali
Ketika terjadi gelombang tinggi dan membahayakan terhadap keselamatan aktivitas pelayaran, pihak Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) atau Syahbandar memastikan akan melakukan penundaan penyeberangan.
Kepala Syahbandar Gilimanuk Nyoman Suprianta, Selasa (30/1), mengatakan, untuk kemungkinan gangguan cuaca ektrem, rutin dipantau. Begitu juga dengan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), baik mengenai potensi angin kencang maupun tinggi gelombang yang selalu diterima pihaknya, tetap dijadikan acuan untuk kewaspadaan menyangkut keselamatan aktivitas pelayaran.
“Kalau mengancam keselamatan, sudah pasti kami minta pelayaran ditunda dulu. Keselamatan tetap menjadi prioritas,” katanya.
Disinggung mengenai peringatan terhadap potensi gelombang tinggi seiring fenomena Supermoon itu, menurutnya, belum ada secara khusus diterima. Tetapi, mengenai prakiraan cuaca di Selat Bali untuk Rabu besok (hari ini), dipastikan sudah ada.
“Kalau dalam prakiraan ada potensi angin kencang dan gelombang tinggi, tetap kami jadikan peringatan. Belum ada sampai mengkhusus. Tetapi sebelum ada fenomena ini, peringatan-peringatan sudah terus kami terima,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Manajer Usaha Pelabuhan Gilimanuk Heru Wahyono, Selasa kemarin. Peringatan terhadap kemungkinan cuaca buruk selama bulan Januari, sempat diterima pihaknya. Selain dari BMKG, peringatan mengenai kemungkinan cuaca buruk itu diakui sempat diturunkan pihak Kementerian Perhubungan. “Kalau mengkhusus untuk fenomena besok (hari ini) itu, memang tidak ada. Tetapi malah sebelumnya, kami terima kalau memang sebulan terakhir ini, kemungkinan cuaca buruk, dan kami diminta memperhatikan kemungkinan cuaca buruk itu,” katanya.
Yang jelas, kata Heru Wahyono, keputusan untuk melakukan penundaan penyeberangan ada di Syahbandar. Selama Januari ini, dia tidak memungkiri sudah sempat dilakukan beberapa kali penundaan penyeberangan. Seingatnya paling terakhir sempat dilakukan penundaan penyeberanga dua kali masing-masing selama sekitar 30 menit, yakni pada Selasa (23/1) sore dan Rabu (24/1) sore. “Kalau memang harus ditunda karena mengancam keselamatan, kami pasti tunda. Walaupun harus menunggu, dan terjadi antrean, yang penting dan paling utama adalah keselamatan,” tutur Heru. *ode
Kepala Syahbandar Gilimanuk Nyoman Suprianta, Selasa (30/1), mengatakan, untuk kemungkinan gangguan cuaca ektrem, rutin dipantau. Begitu juga dengan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), baik mengenai potensi angin kencang maupun tinggi gelombang yang selalu diterima pihaknya, tetap dijadikan acuan untuk kewaspadaan menyangkut keselamatan aktivitas pelayaran.
“Kalau mengancam keselamatan, sudah pasti kami minta pelayaran ditunda dulu. Keselamatan tetap menjadi prioritas,” katanya.
Disinggung mengenai peringatan terhadap potensi gelombang tinggi seiring fenomena Supermoon itu, menurutnya, belum ada secara khusus diterima. Tetapi, mengenai prakiraan cuaca di Selat Bali untuk Rabu besok (hari ini), dipastikan sudah ada.
“Kalau dalam prakiraan ada potensi angin kencang dan gelombang tinggi, tetap kami jadikan peringatan. Belum ada sampai mengkhusus. Tetapi sebelum ada fenomena ini, peringatan-peringatan sudah terus kami terima,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Manajer Usaha Pelabuhan Gilimanuk Heru Wahyono, Selasa kemarin. Peringatan terhadap kemungkinan cuaca buruk selama bulan Januari, sempat diterima pihaknya. Selain dari BMKG, peringatan mengenai kemungkinan cuaca buruk itu diakui sempat diturunkan pihak Kementerian Perhubungan. “Kalau mengkhusus untuk fenomena besok (hari ini) itu, memang tidak ada. Tetapi malah sebelumnya, kami terima kalau memang sebulan terakhir ini, kemungkinan cuaca buruk, dan kami diminta memperhatikan kemungkinan cuaca buruk itu,” katanya.
Yang jelas, kata Heru Wahyono, keputusan untuk melakukan penundaan penyeberangan ada di Syahbandar. Selama Januari ini, dia tidak memungkiri sudah sempat dilakukan beberapa kali penundaan penyeberangan. Seingatnya paling terakhir sempat dilakukan penundaan penyeberanga dua kali masing-masing selama sekitar 30 menit, yakni pada Selasa (23/1) sore dan Rabu (24/1) sore. “Kalau memang harus ditunda karena mengancam keselamatan, kami pasti tunda. Walaupun harus menunggu, dan terjadi antrean, yang penting dan paling utama adalah keselamatan,” tutur Heru. *ode
Komentar